Senin, 18 Januari 2021

Mengukur Keamanan Vaksin Pfizer Usai 29 Orang Meninggal

 Keamanan vaksin Pfizer dipertanyakan beberapa pihak menyusul kematian puluhan lansia di Norwegia usai disuntik vaksin buatan Amerika Serikat-Jerman-China tersebut. Akan tetapi beberapa pakar menyatakan keyakinannya bahwa vaksin Pfizer tetap aman digunakan.

Dalam kabar terbaru, 29 orang lansia di Norwegia meninggal dunia setelah menerima suntikan vaksin Pfizer. Pakar kesehatan menyebutkan vaksin Pfizer kemungkinan tak bisa disalahkan sepenuhnya sebagai pemicu kejadian yang cukup menghebohkan tersebut.


"Kelompok orang-orang ini --yang punya efek samping berat itu dan sayangnya sebagian meninggal dunia-- sangat-sangat tua dan rapuh," kata Profesor Brendan Murphy dari Departemen Kesehatan Australia.


"Tidak jelas apakah vaksin itu secara langsung berhubungan dengan kematian tersebut," tambah dia seperti dikutip detikINET dari ABC, Senin (18/1/2021).


Adapun Steinar Madsen selaku direktur medis Norwegian Medicines Agency (NOMA), menyatakan bahwa distribusi dan pemberian vaksin Pfizer di negara itu bakal terus dilanjutkan sesuai jadwal meski ada peristiwa kematian tersebut.


"Tapi kami membuat beberapa penyesuaian, apa yang harus diberitahukan pada dokter. Pasien di panti jompo, jika harapan hidupnya sudah pendek atau dalam tahap akhir penyakit, Anda harus mempertimbangkan untuk tidak memberi mereka vaksin," kata Steinar.


Australia sendiri memesan 10 juta dosis vaksin Pfizer dengan salah satu kelompok penerima pertama juga adalah para lansia. Vaksin ini kemungkinan bisa disetujui pada akhir bulan dan otoritas kesehatan menjamin keamanannya. Data dari New York Times, vaksin Corona Pfizer adalah kolaborasi antara Pfizer dari Amerika, dengan BioNTech dari Jerman, dan Fosun dari China.


"Saya pikir orang harus yakin, kami punya proses regulasi sangat bagus dan proses yang menyeluruh di Australia. Vaksin tersebut, bagi mayoritas populasi, terlihat sangat baik untuk mencegah penyakit parah dan kematian," ujar Professor Catherine Bennett dari Deakin University mengenai isu yang menimpa vaksin Pfizer.

https://tendabiru21.net/movies/youre-next/


Jelang Pelantikan Presiden AS, Facebook Larang Iklan Senjata


 Facebook telah mengumumkan akan melarang iklan senjata dan aksesorinya di Amerika Serikat setidaknya sampai dua hari setelah acara pelantikan Presiden AS terpilih Joe Biden pada tanggal 20 Januari 2020.

Langkah ini dilakukan setelah terjadinya kerusuhan yang dilakukan oleh pendukung mantan Presiden AS Donald Trump di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021 kemarin.


Facebook mengatakan sekarang akan melarang iklan aksesoris seperti brankas senjata, rompi, dan sarung senjata di AS.


"Kami sudah melarang iklan senjata, amunisi, dan perangkat tambahan senjata seperti peredam suara. Tapi sekarang kami juga akan melarang iklan untuk aksesori, "kata Facebook dalam postingan di blog seperti dilansir detiKINET dari Reuters, Senin (18/1/2021).


Tiga senator AS mengirim surat kepada CEO Facebook Mark Zuckerberg pada hari Jumat (15/) yang meminta untuk secara permanen memblokir iklan produk yang jelas dirancang untuk digunakan dalam pertempuran bersenjata.


Para senator yang semuanya dari Partai Demokrat mengatakan Facebook harus mengambil tindakan ini dan lainnya untuk meminta pertanggungjawaban atas bagaimana musuh domestik Amerika Serikat telah menggunakan produk dan platform perusahaan untuk memajukan tujuan terlarang mereka sendiri.


Facebook juga telah memblokir pembuatan acara melalui platformnya di dekat beberapa tempat seperti Gedung Putih dan Gedung Kongres AS di Washington, serta gedung-gedung DPR negara bagian hingga 20 Januari.

https://tendabiru21.net/movies/antboy-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar