Sail to Natuna 2019 kembali digelar. Event ini merupakan event tahunan yang didukung Dinas Pariwisata Kepulauan Riau dan Kementerian Pariwisata RI. Acara ini diminati oleh wisatawan dalam negeri maupun mancanegara.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Natuna, Hardiansyah, mengatakan Natuna memiliki banyak potensi wisata bahari yang layak dikunjungi, sebelum atau sesudah kegiatan. Kini Sail to Natuna 2019 kembali digelar mulai 10-15 Juni 2019.
Menurutnya, Sail to Natuna 2019 merupakan salah satu acara dalam rangkaian Festival Bahari Kepri. Selain Sail to Natuna, ada Nongsa Reggata Batam, Sail to Lingga, dan Sail to Anambas yang akan diselenggarakan pada bulan Juli dan puncaknya pada bulan September 2019.
"Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya yakin event ini akan meriah. Bahkan lebih meriah dari tahun 2018," kata Hardiansyah dalam keterangannya, Senin (10/6/2019).
Lanjut Hardiansyah, ada 32 yacht peserta mancanegara yang ambil bagian pada Sail to Natuna 2019. Beberapa diantaranya dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Kepala Dispar Kepulauan Riau, Boeralimar, menambahkan bahwa Sail to Natuna 2019 menjadi salah satu upaya mempromosikan potensi wisata bahari di Kepulauan Riau. Beberapa pantai di Natuna terkenal sangat indah dan menjadi tujuan wisata. Misalnya, Alif Stone Park, Pantai Batu Kasah, Pantai Tanjung, Pulau Senua, dan Tanjung Datuk.
"Dengan kegiatan ini, kami berharap dapat lebih mengangkat keindahan laut yang ada di sini, sehingga berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan," ucap Boeralimar.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya, menuturkan Kepri menjadi salah satu daerah penggiat cross border tourism yang dapat diandalkan.
"Tahun ini, Kepri menyiapkan 46 event pariwisata unggulan. Antara lain Festival Bahari Kepri yang masuk Top 100 Event Wonderfull Indonesia. Hampir semua event ada di Kepri, dan semua sukses mendatangkan wisatawan," pungkas Yahya.
Mengenal Barapan Kebo, Tradisi Unik di Sumbawa
Jika Madura ada Karapan Sapi dan Minang punya Pacu Jawi, Sumbawa juga punya lho. Namanya Barapan Kebo.
Atraksi budaya masyarakat Sumbawa di Nusa Tenggara Barat tak kalah menariknya dengan yang dimiliki daerah lain. Barapan Kebo adalah salah satu contohnya.
Setelah selama sebulan beristirahat di bulan ramadan, tradisi Barapan Kebo kembali digelar pada Minggu (9/6/2019). Lokasinya di arena Uma Padak Angin Laut yang ada di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa.
Peserta yang tampil lomba pun jumlahnya tak sedikit, ada sekitar 270-an lebih peserta yang ikut meramaikan event tradisi itu. Penonton dari berbagai kecamatan, bahkan dari luar kabupaten ramai berdatangan menyaksikan Barapan Kebo di akhir masa libur Lebaran Hari Raya Idul Fitri 1440 H.
Barapan Kebo merupakan suatu tradisi khas yang dimiliki masyarakat agraris di Sumbawa yang hingga kini masih tetap dirawat. Hidupnya ada di keseharian suku yang berjuluk Tau Sabalong Samalewa (Samawa) tersebut.
"Yang setiap hari Minggu ini diadakan oleh komunitas barapan kebo. Ini budaya Samawa yang sekarang diadakan setiap hari Minggu sepanjang tahun," tutur salah satu pegiat pariwisata Sumbawa, Ari Abdussalam, Senin (10/6/2019).
Arena balapan setiap pekannya diadakan berpindah-pindah dan digilir di setiap desa atau kecamatan. Tergantung dari kesiapan panitia penyelenggaranya.
Seperti biasa, kerbau-kerbau tangguh telah disiapkan oleh si pemilik kerbau yang akan ikut sebagai peserta dalam perlombaan itu. Sepasang kerbau disatukan dengan noga yang menempel di pundak kerbau.
Noga adalah kayu yang dipasang di pundak kerbau, sehingga dua kerbau jadi satu, lengkap dengan tali kekang di lehernya. Ada juga kareng, terbuat dari kayu yang berbentuk segi tiga dan menyerupai huruf A, tempat di mana seorang joki berdiri dan memegang tali kendali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar