Minggu, 26 Januari 2020

Ramai Soal Penerbangan 'Zero Gravity', Bolehkah Dilakukan?

Belakangan, ramai di media sosial mengenai penerbangan dengan sensasi zero gravity. Apakah maksudnya?

Video penerbangan zero gravity dengan armada Cessna 172 milik salah pilot Vincent Raditya viral di internet. Konten tersebut menimbulkan kontradiksi. Salah seorang berpendapat bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan, namun pihak lain merasa hal itu masih dalam batas aman.

Sebenarnya, zero gravity adalah sebuah momen di mana tubuh tidak merasa ada beban atau melayang bebas. Hal ini, umumnya terjadi pada astronot yang sedang berada di luar angkasa. Meskipun, pada saat di bumi, seseorang pun juga bisa merasakannya.

Salah satu caranya adalah saat melakukan penerbangan di dalam pesawat. Saat kondisi pesawat menukik atau mengalami turbulensi, beban akan lebih ringan daripada biasanya. Manuever inilah yang membuat keadaan tubuh serasa seperti tidak memiliki beban.

Fadjar Nugroho, pilot sekaligus instruktur penerbangan menjelaskan soal sejumlah pesawat dengan kapasitas manuver masing-masing. Setiap pesawat memiliki ketahanan beban yang berbeda-beda.

"Ada beberapa kategori pesawat, yang paling sering anda lihat dipakai secara umum untuk latihan, ada yang bilang capung, pesawat latihan ini masuk kategori normal atau utility category. Ada pesawat aerobatic category, commuter category bisa menampung sampai 19 kursi penumpang. Ada kategori transport, contohnya Airbus a330 wide body, a330-200, masuk trabnsport category," ujarnya dalam sebuah video di akun Instagram resminya.

Fadjar menjelaskan, bahwa pesawat jenis utility category, termasuk Cessna 172 dapat menahan beban zero gravity.

"Dari kategori itu (normal category) pesawat punyaa tanggungan atau load tertentu, normal diwajibkan menahan beban 3,8 g dan -1,52 g. Apapun beban yang dtahan oleh pesawat antara -1,52g sampai +3,8 g manuver aman. Di luar +3,8 dan di bawah -1,52 diluar sertifikasi yanbg diberikan," tambahnya.

detikcom pun menghubungi Ziva Narendra Arifin, seorang pakar penerbangan yang juga menjadi President Director Aviatory Indonesia.

Menurut Ziva, dari segi keamanan dan regulasi hal ini masih aman untuk dilakukan. Ditambah, faktor pelaku atau seseorang yang mengoperasikan pun sudah ahli di bidangnya.

"Jadi gini, kapasitasnya dulu kita lihat. Dalam sehari-harinya Captain Vincent bekerja sebagai pilot Airline, tapi dalam video terkait beliau berperan sebagai pilot rekreasi. Kapasitasnya dibedakan dulu," ujarnya saat dihubungi detikcom Senin (20/5/2019).

Ziva mengatakan, bahwa posisi kapten pesawat di dalam video tersebut membawa penumpang untuk tujuan rekreasi. Tidak sebagai pekerjaannya yang membawa penumpang komersil dalam sebuah maskapai. Lalu, bagaimana dengan keamanan dan peraturannya?

"Zero gravity sebenarnya boleh-boleh saja dalam arti sang pilot memiliki pengalaman dan kecakapan untuk mensimulasikan manuver tersebut. Jadi, kalau misalnya dari secara teknis operasi sah-sah saja. Kembali lagi, sang pilot memang memahami konsep manuver zero gravity karena teknik tersebut bukanlah manuver ekstrem tetapi mensimulasikan kondisi daya gravitasi 0 (zero). Tentunya juga harus mepertimbangkan keselamatan penumpang. Sebagai Pilot in Command (PIC) keselamatan harus diperhatikan. Namun harus diingat kembali bahwa penerbangan rekreasi memiliki tolak ukur regulasi yang cukup berbeda dengan penerbangan komersil (airline)." tambah Ziva.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar