Rabu, 29 Januari 2020

Transaksi Rp 930 Juta Berputar di Festival Tapal Batas Badau

Festival Wonderful Indonesia kembali hadir di tapal batas, persisnya di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Nanga Badau di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Barat.

Festival yang digelar 4-5 Mei tersebut dapat berimbas positif untuk masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil survei tim Kementerian Pariwisata (Kemenpar), setidaknya Rp 930 juta uang berputar di acara tersebut.

"Berdasarkan survei pedagang yang diwawancara meliputi penjual mainan anak-anak, makanan, kerajinan tenun dan pakaian menunjukkan peningkatan pendapatan. Pendapatan mereka naik 10-50 %. Selain itu masyarakat yang sebagian besar petani juga memanfaatkan festival tersebut untuk berjualan minuman," ujar Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung dalam keterangan tertulis, Rabu (8/5/2019).

Sepanjang akhir pekan kemarin, PLBN Badau benar-benar sangat ramai oleh para wisatawan dari berbagai daerah bahkan negara tetangga, seperti Malaysia. Setidaknya festival tersebut menyedot 1181 wisatawan Malaysia yang masuk ke Indonesia dengan menggunakan paspor, PLB dan IC.

"Meski cuaca terik tak mematahkan semangat wisatawan untuk hadir di festival ini. Ini menandakan potensi wisata di perbatasan ini sangat besar untuk terus dikembangkan," ujar Adella.

Sementara itu, Kabid Pemasaran Area III Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kementerian Pariwisata Sapto Haryono mengatakan Festival Cross Border tidak hanya bertujuan menjalin kerja sama dengan Malaysia, tetapi juga mempererat tali persahabatan dan silaturahmi negara serumpun di bidang ekonomi, sosial dan budaya.

Sapto mengatakan, cross border harus dijadikan super extra ordinary karena perbatasan punya daya tarik wisata bukan hanya alam, tapi budaya dan kuliner. Imbasnya tentu peningkatan perekonomian dari kepariwisataan.

"Ini yang kita harapkan. Bukan hanya sekadar mendatangkan wisatawan saja, tetapi masyarakat merasakan dampak positifnya," terang Sapto.

Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Kapuas Hulu, Sarbani mengaku makin bersemangat bersinergi dengan Kemenpar untuk memoles wajah pariwisata di perbatasan.

"Dari kegiatan ini tentu berdampak terhadap peningkatan ekonomi terhadap masyarakat. Paling tidak masyarakat di sekitar bisa menjual hasil produksi mereka termasuk menjadi media untuk berpromosi," ucapnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan atraksi wisata di perbatasan sangat efektif menarik minat wisatawan. Sehingga daerah pun kebagian rezeki yang tidak sedikit.

"Kalau di-create serius, pasti berdampak besar bagi perekonomian warga di perbatasan. Jangan lupa, pariwisata adalah core economy Indonesia. Pariwisata memberi multiplying effect yang besar. Karena itu Kemenpar semakin serius mengembangkan pariwisata di perbatasan. Karena perbatasan adalah beranda terdepan negara," kata Arief.

Saingan Makin Ketat, Pemerintah Ingin Permudah Akses ke TN Komodo

Pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT) akan menghadapi persaingan yang semakin ketat untuk merebut pangsa pasar pariwisata dunia. Hal itu menjadi salah satu isu strategis 2018-2023 yang dibahas dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Wisata Alam di Taman Nasional Komodo serta Labuan Bajo.

Menteri Pariwisata Arief Yahya memaparkan, dengan destinasi super prioritas seperti Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo, NTT bisa saja bertransformasi sebagai salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional.

"FGD yang akan digelar merupakan penyatuan persepsi, khususnya terkait arah pengembangan wisata Alam di Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo untuk 5 tahun ke depan. Sebagaimana yang kita tahu, pariwisata merupakan sektor unggulan Indonesia. Sektor yang diharapkan mampu menjadi pengungkit perekonomian makro secara konkret. Karenanya, kita akan melakukan berbagai upaya untuk menarik minat wisatawan," ungkap Arief dalam keterangan tertulis, Rabu (8/5/2019).

Sejauh ini, NTT memiliki target utama wisatawan mancanegara, antara lain dari Singapura, Malaysia, dan Australia. Sementara untuk pasar unggulan meliputi wisatawan asal China, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, USA, UK, dan Prancis.

Adapun pasar wisman potensial, ada India, Belanda, Timur Tengah, Jerman, dan Russia. Sedangkan untuk pasar wisatawan nusantara, banyak berasal dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan NTB.

Kasubdit Pemanfaatan Wisata Alam, Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Julianti Siregar mengungkapkan dalam FGD yang dilaksanakan, Selasa (7/5), di seluruh Taman Nasional yang dimiliki Indonesia masalah aksesibilitas menjadi tantangan luar biasa sebesar 24%. Dia berharap ini akan segera rampung dan berdampak positif bagi pariwisata.

"Kami juga ingin Pariwisata diharapkan mampu menghasilkan income pendapatan masyarakat sekitar. Maka dari itu harus mendunia, dan kami siap mendukung dan bersinergi," ungkap Julianti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar