Sabtu, 25 Januari 2020

Ngabuburit di Singapura, Ada Masjid Sultan di Kampong Glam

Singapura tak hanya untuk wisata belanja saja. Kunjungi juga Masjid Sultan, masjid tertua di Singapura yang dibangun Raffles. Ngabuburit di sini seru nih!

Identik dengan wisata berbelanja dan gemerlap hiburan modern, Singapura sebenarnya juga memiliki sejumlah destinasi wisata religi. Salah satu tempat wisata di Singapura yang paling menarik adalah Masjid Sultan yang berada di Kampong Glam, terjepit di antara bangunan pencakar langit dan hiruk pikuk Singapura, tak jauh dari Stasiun MRT Kampung Bugis.

Yang unik, masjid ini dibangun oleh Sir Stamford Raffles untuk memenuhi keinginan Sultan Hussein Shah dari Johor yang merupakan pemilik pulau yang dulunya bernama Tumasik ini. Jumlah pendatang muslim yang terus bertambah saat masa kolonial Inggris, membuat masjid yang besar dirasa perlu dibangun.

Sebenarnya, Masjid Sultan dibangun di atas masjid lama yang sudah ada jauh sebelumnya yang didirikan saudagar-saudagar muslim dari Jawa. Atas permintaan Sultan Hussein, Raffles kemudian membangun masjid baru dengan dana dari East India Company sebesar sebesar $ 3.000, serta donasi dari sejumlah komunitas Muslim.

Saat pembangunan tersebut, masjid awalnya berarsitektur Jawa ini kemudian dibangun ulang dengan mengadopsi gaya Gothik Mughal yang memiliki ciri khas kubah berwarna emas. Setelah direnovasi masjid ikonik ini bisa menampung hingga 5.000 jemaah, dengan luas keseluruhan 4.109 meter persegi dan luas ruang utama 2.000 meter persegi.

Beberapa waktu lalu detikcom datang ke Singapura dan berkunjung ke masjid ini. Saat memasuki masjid, suasana teduh membuat siapapun yang datang bisa merasakan ketenangan hati. Langit-langitnya dibuat sangat tinggi, sehingga sirkulasi udara sangat sejuk meski tanpa menggunakan pendingin ruangan di tengah cuaca Singapura yang begitu terik saat siang hari.

Kesan bersih sangat terasa di dalam maupun luar masjid. Meski masjid ini dikelilingi oleh ramainya aktivitas perdagangan, suasana di sekitar masjid terbilang sangat rapi dan sedap dipandang. Para pedagang ini didominasi keturunan Arab, Melayu, dan Bugis.

Masjid ini juga terbuka bagi wisatawan non muslim yang ingin berkunjung. Para turis biasanya hanya akan masuk hanya sampai beranda agar tidak mengganggu kekhusuan jemaah yang sedang melaksanakan salat. Pengelola mengharuskan wisatawan yang berkunjung mengenakan pakaian yang sopan.

Berjarak selemparan batu dari Masjid Sultan, terdapat destinasi menarik yakni Malay Heritage Center yang dibangun di bekas istana penguasa Johor. Di museum bergaya Melayu-Inggris ini, disimpan banyak koleksi yang menggambarkan kehidupan etnis Melayu sebelum dan setelah kedatangan Inggris.

Beberapa peninggalan seperti keris, kebaya, peta lama Tumasik, alat musik, perkakas, foto-foto kehidupan masyarakat Melayu zaman dulu, hingga majalah Mastika terbitan lama yang bergambar RA Kartini. Malay Heritage Center memang didedikasikan sebagai sarana mengenalkan sejarah etnis Melayu di negeri pulau tersebut.

Saat Ramadan, masjid ini jadi tempat favorit yang dikunjungi wisatawan asal Indonesia sembari beribadah dan menunggung datangnya waktu berbuka puasa. Selain menu takjil gratis yang disediakan pengelola masjid, banyak sekali pedagang makanan berjejeran di sepanjang jalan menuju Masjid Sultan.

Para muslim traveler tak perlu khawatir makanan halal, ini karena Kampong Glam memang jadi tempat pemukiman komunitas Muslim di Singapura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar