Bukan Depok di Jawa Barat, tapi ini Pantai Depok di Yogyakarta. Sunsetnya indah, kuliner seafood-nya pun menggoyang lidah.
Pantai Depok tak kalah populer dengan Pantai Parangtritis. Lokasinya pun tak jauh dari Pantai Parangtritis. Yang membedakan di Pantai Depok dengan pantai lainnya adalah wisata kuliner khas laut yaitu seafood.
Perjalanan menuju Pantai Depok dari Kota Yogyakarta sangatlah mengasyikan. Sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan yang hijau. Hamparan tanaman pertanian yang memanjakan mata disertai semilir angin di sore hari.
Perjalanan menuju Pantai Depok satu arah dengan Pantai Parangtritis, rambu-rambu jalan yang sangat jelas memudahkan perjalanan menuju pantai ini. Bedanya, sebelum gerbang pembayaran tiket ke Pantai Parangtritis kita belok kanan, melewati perkampungan warga. Sepanjang perjalanan banyak ditemui bawang merah hasil panen yang dijual oleh penduduk di depan rumah masing-masing.
Sesampainya di Pantai Depok, hal wajib yang dilakukan adalah membeli seafood segar di TPI. Beragam pilihan hasil tangkapan laut seperti udang, kepiting, kerang, serta ikan-ikan kecil sampai yag berukuran besar tersedia di sini.
Usai membeli berbagai jenis seafood saatnya mencari jasa pemasak. Sebenarnya, tanpa kita cari, jasa pemasak di pantai ini sudah berdatangan untuk menawarkan diri, tinggal kita sesuaikan dengan lokasi rumah makannya. Kita juga dapat menentukan jenis masakan untuk mengolah seafood tersebut. Kami pun memilih menu cumi asam pedas, udang asam manis, ikan bakar, dan kerang rebus. Nasi, sambal, dan lalapan juga dapat kita request sesuai selera.
Sambil menunggu koki memasak, saatnya menikmati keindahan pantai. Hangatnya suasana saat senja dan menyaksikan sunset di pantai menjadi kegiatan yang menarik. Tak lama setelah itu, hidangan laut yang lezat siap untuk disantap.
Ramai Soal Penerbangan 'Zero Gravity', Bolehkah Dilakukan?
Belakangan, ramai di media sosial mengenai penerbangan dengan sensasi zero gravity. Apakah maksudnya?
Video penerbangan zero gravity dengan armada Cessna 172 milik salah pilot Vincent Raditya viral di internet. Konten tersebut menimbulkan kontradiksi. Salah seorang berpendapat bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan, namun pihak lain merasa hal itu masih dalam batas aman.
Sebenarnya, zero gravity adalah sebuah momen di mana tubuh tidak merasa ada beban atau melayang bebas. Hal ini, umumnya terjadi pada astronot yang sedang berada di luar angkasa. Meskipun, pada saat di bumi, seseorang pun juga bisa merasakannya.
Salah satu caranya adalah saat melakukan penerbangan di dalam pesawat. Saat kondisi pesawat menukik atau mengalami turbulensi, beban akan lebih ringan daripada biasanya. Manuever inilah yang membuat keadaan tubuh serasa seperti tidak memiliki beban.
Fadjar Nugroho, pilot sekaligus instruktur penerbangan menjelaskan soal sejumlah pesawat dengan kapasitas manuver masing-masing. Setiap pesawat memiliki ketahanan beban yang berbeda-beda.
"Ada beberapa kategori pesawat, yang paling sering anda lihat dipakai secara umum untuk latihan, ada yang bilang capung, pesawat latihan ini masuk kategori normal atau utility category. Ada pesawat aerobatic category, commuter category bisa menampung sampai 19 kursi penumpang. Ada kategori transport, contohnya Airbus a330 wide body, a330-200, masuk trabnsport category," ujarnya dalam sebuah video di akun Instagram resminya.
Fadjar menjelaskan, bahwa pesawat jenis utility category, termasuk Cessna 172 dapat menahan beban zero gravity.
"Dari kategori itu (normal category) pesawat punyaa tanggungan atau load tertentu, normal diwajibkan menahan beban 3,8 g dan -1,52 g. Apapun beban yang dtahan oleh pesawat antara -1,52g sampai +3,8 g manuver aman. Di luar +3,8 dan di bawah -1,52 diluar sertifikasi yanbg diberikan," tambahnya.
detikcom pun menghubungi Ziva Narendra Arifin, seorang pakar penerbangan yang juga menjadi President Director Aviatory Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar