Ada-ada saja akal traveler yang ingin menyeludupkan barang yang dilarang terbang. Seperti traveler ini, yang seludupkan pisau disela-sela tangkai bunga.
Ragam ulah penumpang, ragam juga bawaannya yang harus disita oleh petugas keamanan bandara. Seperti yang terjadi di Seattle-Tacoma International Airport ini.
Dilansir detikcom dari beragam sumber, Senin (12/8/2019) petugas kemanan bandara Amerika Serikat atau dikenal juga dengan TSA (Transportation Security Administration) menyita sebuket bunga dari seorang penumpang. Ternyata dia menyembunyikan pisau di dalam buket.
Kejadian bermula ketika seorang penumpang diberhentikan petugas setelah melewati pemeriksaan bagasi. Dia dihentikan karena ada masalah dalam bawaannya.
Setelah di cek, ternyata penumpang menyembunyikan pisau dalam buket bunga yang dibawanya. Dia pun dikenakan hukum perdata karena membawa senjata tajam.
Hal ini pun diterangkan juga oleh TSA dalam Instagramnya. Bahwa mereka melakukan pemriksaan pada tanggal 23 Juli lalu pada tas jinjing dsan mendapati pisau yang tersembunyi ini.
Mengenal Mumi Papua yang Belum Banyak Orang Tahu
Mungkin belum banyak orang yang tahu, Papua punya Mumi. Warisan dari leluhur ini menjadi salah satu bukti betapa kayanya budaya Papua.
"Ada 5 suku di Papua yang punya tradisi kematian berupa jenazah dijadikan mumi yaitu suku Mek di Pegunungan Bintang, suku Dani di Lembah Baliem, suku Moni di Intan Jaya, suku Yali di Kurima dan suku Mee di Dogiyai," kata peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto kepada detikcom, Senin (13/8/2019).
Hari menjelaskan, jenazah yang dijadikan mumi bukanlah jenazah orang sembarangan. Biasanya, merupakan jenazah seseorang yang dinilai berjasa bagi sukunya, baik itu merupakan kepala suku, panglima perang atau orang yang sangat dihormati.
"Ada tahapan-tahapan dalam mempersiapkan dan menangani mumi, yaitu menunjuk anggota suku yang bertugas mengerjakan proses pemumian, menyiapkan kayu bakar, dan menyiapkan honai sebagai tempat pelaksanaan pemumian," terangnya.
Dalam proses pengerjaan mumi, terlebih dahulu mayatnya diasap dengan kayu bakar. Sebelum pengasapan dilakukan, dipersiapkan babi yang baru lahir sebagai tanda waktu.
Waktu pengasapan berlangsung adalah sejak babi lahir sampai babi tersebut mempunyai taring yang panjang. Setelah selesai pengasapan, kemudian dilakukan upacara-upacara untuk memandikan para petugas, pelepasan mumi dengan memotong babi yang digunakan sebagai tanda waktu dan mengalungkan ekor babi yang dipotong tersebut ke leher mumi. Setelah semua proses pengerjaan mumi selesai, maka diakhiri dengan pesta bakar batu.
Menariknya, ada satu proses lain dalam pemumian di Papua. Suku Mek, menaruh jenazah di atas pohon selama satu tahun sehingga menjadi mumi secara alami.
"Cuaca yang dingin di atas pohon menjadikan jenazah terawetkan secara alami. Baru setelah itu, diturunkan dan ditaruh di dalam gua," terang Hari.
Jadi ada dua metode pemumian di Papua, yakni diasapi dan ditaruh di atas pohon. Kemudian, muminya ada yang ditaruh di dalam honai (rumah tradisional Papua) dan ada di dalam gua.
"Kalau dilihat, mumi-mumi di Papua itu posisinya duduk. Alasannya dalam konsep prasejarah, penguburan dalam posisi duduk ibarat bayi dalam kandungan," terang Hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar