Para peneliti Inggris telah menemukan adanya 16 kasus baru dari mutasi varian Corona yang mirip dengan varian yang ditemukan di Afrika Selatan dan Brasil. Saat ini, varian baru Corona dengan mutasi E484K itu tengah dalam pengawasan Public Health England (PHE) dan diidentifikasi sebagai variant under investigation (VUI).
Dikutip dari BBC, kasus varian baru ini pertama kali ditemukan di Inggris pada 15 Februari lalu. Menurut para ahli, mutasi E484K dapat membantu virus menghindari imunitas yang didapat dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya.
Sementara itu, 16 orang yang positif terpapar varian baru ini dan semua orang yang pernah berhubungan langsung dengan ke-16 orang tersebut sedang menjalani isolasi. Lebih lanjut, PHE mengatakan bahwa kasus dari varian mutasi E484K telah menyebar di Inggris dan pemeriksaan massal untuk mengidentifikasi varian ini tidak diperlukan.
Dengan adanya varian baru dengan mutasi E484K ini, Inggris saat ini memiliki total delapan varian yang berada dalam pengawasan, yakni empat variant under investigation (VUI) dan empat variant of concern (VOC).
Baru-baru ini, pemerintah Inggris sedang dalam pencarian orang yang diketahui terinfeksi dengan varian asal Brasil. Menurut laporan, sebanyak 379 rumah di bagian tenggara Inggris telah diperiksa dan lima area di South Gloucestershire akan menjalani pemeriksaan COVID-19, termasuk orang-orang yang tidak mengalami gejala.
Di sisi lain, terdapat orang yang terinfeksi varian asal Brasil tersebut dan menjalani pemeriksaan mandiri, namun tidak melengkapi rincian kontaknya. Menurut Sekretaris Kesehatan Matt Hancock, kejadian seperti ini hanya terjadi pada sekitar 0,1 persen pemeriksaan.
Sementara terkait virus yang terus bermutasi, hal ini merupakan peristiwa yang biasa. Sebab, virus akan terus berubah dan bermutasi untuk terus berkembang dan menyebar. Hanya saja, sejumlah perubahan tersebut justru dapat mempengaruhi efikasi vaksin yang ada saat ini.
Oleh sebab itu, para ahli saat ini terus melakukan penelitian untuk mengembangkan vaksin COVID-19 guna memastikan efikasinya agar tetap dapat melindungi tubuh dari varian-varian virus baru yang ada dan terus bermutasi.
https://nonton08.com/movies/fall-from-grace/
Varian Corona B117 Tak Terbukti Picu Gejala Lebih Parah, Lalu Apa Bahayanya?
Gejala pada pasien COVID-19 dengan varian virus Corona B117 asal Inggris disebut tidak lebih buruk dibanding pasien COVID-19 dengan varian virus yang ada sebelumnya.
Sebelumnya, beredar kabar bahwa varian virus Corona B117 menyebabkan gejala yang lebih berat pada pasien COVID-19. Vaksin yang sudah ada, termasuk SInovac di Indonesia dikhawatirkan tak mempan melawan varian virus baru ini.
Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban meluruskan, varian virus Corona baru ini tidak terbukti menimbulkan gejala lebih parah dan kasus kematian lebih banyak.
"Tidak benar bahwa kondisi pasien COVID-19 dengan varian Inggris B117 akan lebih berat atau mudah meninggal Dari sisi berat-ringan, penyakit tidak beda," terangnya saat dihubungi detikcom, Kamis (4/3/2021).
Sebelumnya, Prof Zubairi sempat membuat utas di Twitter membahas B117. Ia mengatakan, yang berbahaya dari kehadiran B117 ini memang bukan peningkatan kematian, melainkan penularannya yang amat mudah.
"Bisa jadi jumlah kasus harian kita bertambah lagi dan rumah sakit juga terkena imbasnya, jika varian ini dominan. Tapi tidak benar akan menyebabkan kematian yang lebih banyak," ujarnya, dikutip detikcom dari akun Twitter @ProfesorZubairi atas izin yang bersangkutan.
Dalam paparannya lebih lanjut pada detikcom, ia menyebut bahwa risiko yang perlu diperhatikan adalah peningkatan beban rumah sakit disebabkan penularan B117 yang cepat.
"Mengapa beban rumah sakit meningkat? Ya kalau yang terinfeksi banyak banget kan sebagian tidak semuanya OTG (Orang Tanpa Gejala), ada juga yang membutuhkan perawatan. Itu yang menyebabkan kemungkinan meningkatnya beban keterisian bed di rumah sakit rujukan COVID," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar