Minggu, 21 Maret 2021

Vaksin AstraZeneca Direstui, Epidemiolog: Manfaatnya Jauh Lebih Besar

 Polemik mengenai vaksin COVID-19 AstraZeneca mengemuka, karena adanya penangguhan penggunaan vaksin ini di 15 negara Eropa terkait dugaan pembekuan darah pada penerimanya. Selain itu, masalah kehalalan juga sempat menghambat penggunaan vaksin ini di Indonesia.

Namun, setelah melalui sejumlah kajian, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) vaksin COVID-19 AstraZeneca. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengeluarkan fatwa vaksin AstraZeneca dapat digunakan dalam kondisi darurat.


Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sekaligus epidemiolog Prof. dr. Hasbullah Thabrany menegaskan urgensi dari pemberian izin pada vaksin AstraZeneca adalah untuk menyelamatkan nyawa banyak orang. Ia menyebut kejadian pembekuan darah yang diindikasikan sebagai efek vaksin AstraZeneca jumlah kasusnya sangat kecil.


"Kejadian yang tidak diharapkan bisa saja terjadi. Yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar manfaat keseluruhan untuk masyarakat. Tunggulah kata ahlinya seperti WHO terkait efektivitas dan keamanan vaksin. Jangan kita mengambil kesimpulan sendiri dan langsung menolak karena menolak vaksin efeknya bisa membahayakan orang lain," ungkap Hasbullah dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu (21/3/2021).


Ia menekankan pemerintah sudah semestinya mengambil kebijakan yang mengedepankan kepentingan orang banyak dan tidak menjadikan perkara kecil sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan.


"WHO mengatakan AstraZeneca bisa diteruskan. Manfaatnya jauh lebih besar. Kejadian itu juga belum terbukti efek dari vaksin," cetus Hasbullah.


Terkait terbatasnya waktu shelf life vaksin AstraZeneca, Hasbullah menyatakan hal itu tak perlu dikhawatirkan. Ia menerangkan, stok vaksin AstraZeneca sejumlah satu juta dosis akan habis dalam 3-4 hari dengan memperhitungkan kemampuan rata-rata vaksinasi 300-400 ribu dosis per hari.


Hasbullah juga mengingatkan masyarakat, vaksin bukan perisai utama untuk mencegah penularan COVID-19. Dia mengatakan meskipun sudah mendapatkan vaksin dua kali, protokol kesehatan tetap harus dijalankan untuk menghindari tertular atau menularkan virus ke orang lain.

https://tendabiru21.net/movies/youngju/


Bisa Prediksi RI Negara Paling Bahagia di Dunia Nomor Berapa? Ini Daftarnya


 Berdasarkan laporan tahunan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), yakni The World Happiness Report, Finlandia kembali dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia. Tahun ini merupakan tahun ke-4 Finlandia mendapatkan penghargaan tersebut.

The World Happiness Report menempatkan Denmark pada posisi kedua, kemudian diikuti oleh Swiss, Islandia, dan Belanda. Lagi, Selandia Baru menjadi negara non-Eropa satu-satunya yang masuk daftar 10 besar. Sementara itu, Inggris jatuh dari posisi 13 ke 17.


Data yang didapat dari peneliti analitik Gallup itu meminta orang-orang di 149 negara untuk menilai kebahagiannya. Penilaian tersebut meliputi dukungan sosial, kebebasan pribadi, produk domestik bruto (PDB), dan tingkat korupsi di masing-masing negara.


Di sisi lain, negara yang masuk ke dalam daftar negara paling tidak bahagia adalah Afganistan, diikuti oleh Lesotho, Bostwana, Rwanda, dan Zimbabwe.


RI peringkat 82

Menurut laporan, terdapat frekuensi lebih tinggi terhadap emosi negatif pada lebih dari sepertiga negara, yang disebabkan oleh pandemi. Namun, 22 negara justru merasa sebaliknya. Sejumlah negara Asia mengalami peningkatan peringkat dari tahun lalu, beberapa di antaranya adalah China yang naik dari posisi 94 ke 84, dan Indonesia dari posisi 84 ke 82.


"Anehnya, secara rata-rata, tidak terdapat penurunan kesejahteraan saat pengukuran dilakukan dengan evaluasi yang ada," kata John Helliwell, salah satu penulis laporan tersebut, dikutip dari BBC.


"Salah satu penjelasan yang paling masuk akal adalah orang-orang melihat COVID-19 sebagai sesuatu yang biasa, bukan sebagai ancaman dari luar yang dapat mempengaruhinya. Sebaliknya, justru COVID-19 dapat membentuk rasa solidaritas," lanjutnya.


Finlandia berhasil kembali mendapatkan penghargaan tersebut karena hasil penilaiannya, di mana masyarakat dan pemerintah sama-sama bisa membangun rasa percaya serta kerja sama untuk melindungi nyawa satu sama lain di masa pandemi.


Berdasarkan laporan John Hopkins University, negara dengan jumlah penduduk 5,5 juta itu telah berhasil menangani pandemi dibandingkan dengan negara Eropa lainnya, yakni dengan total kasus sebanyak 70.000 dan angka kematian 805.

https://tendabiru21.net/movies/yongju-valley/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar