Bisnis ponsel LG mungkin makin mendekati skenario terburuk, yaitu ditutup oleh perusahaan asal Korea Selatan itu. Perkembangan terkini menyebutkan usaha LG untuk menjual divisi ponselnya menemui jalan buntu.
Dikutip detikINET dari GSM Arena, media Korsel melaporkan LG sudah berdiskusi dengan perusahaan peminat seperti Vingroups asal Vietnam sampai Volkswagen. Namun negosiasi gagal karena harga dianggap kemahalan, padahal pangsa pasar ponsel LG saat ini tinggal 1% secara global.
Maka kemungkinan tinggal satu opsi yang dilakukan, yaitu menutup divisi ponsel LG. Keputusan finalnya kemungkinan akan diambil pada bulan April dan diumumkan pada karyawan. Jika benar kejadian, karyawan akan dipindahkan ke divisi yang lain.
LG sendiri belum berkomentar terhadap kabar terbaru ini dan sebelumnya, mereka sempat menepis akan mengakhiri bisnis ponsel. Namun tandanya semakin nyata. Sempat lumayan berjaya di masa silam, ponsel LG belakangan terus merugi dan kurang diminati.
Dalam laporan finansial yang telah dipublikasikan oleh LG baru-baru ini, divisi ponsel LG di tahun 2020 mengalami kerugian yang sangat tinggi, yakni tembus USD 750,64 juta atau di kisaran Rp 10,5 triliun.
Pada kuartal IV 2020 saja, kerugian bisnis ponsel LG mencapai angka USD 222,93 juta. Dengan demikian dalam 23 kuartal berturut-turut, divisi ponsel LG belum pernah sekalipun membukukan keuntungan.
LG menyebut penjualan ponsel premiumnya mengalami stagnasi alias kurang diminati dan di samping itu, terjadi kelangkaan chipset 4G yang semakin memperburuk keadaan.
Diberitakan sebelumnya, LG tengah mempertimbangkan untuk keluar dari bisnis ponsel pada 2021 ini. Hal ini diketahui dari memo internal yang dikirimkan CEO LG Kwon Bong-seok kepada para pegawai di mana ia menyatakan tengah mempertimbangkan perubahan besar untuk bisnis ponsel LG.
"Sejak kompetisi di pasar global untuk perangkat mobile semakin keras, ini sudah waktunya bagi LG untuk membuat penilaian dan pilihan terbaik. Perusahaan akan mempertimbangkan semua hal, termasuk penjualan, penarikan, dan mengurangi ukuran bisnis ponselnya," tulis Kwon Bong-seok dalam memo tersebut.
https://kamumovie28.com/movies/society/
Update Corona 31 Maret: Tambah 5.937 Kasus Baru, Total Kasus Aktif 122.524
Jumlah kasus virus Corona COVID-19 di Indonesia bertambah 5.937 kasus pada Rabu (31/3/2021). Total kasus positif menjadi 1.511.712, sembuh 1.348.330, dan meninggal 40.858.
Spesimen yang diperiksa mencapai 71.440 dan ada 62.210 suspek. Total kasus aktif hari ini 122.524, bertambah 198 dibandingkan kemarin.
Detail penambahan kasus Corona di Indonesia adalah sebagai berikut.
Kasus positif bertambah 5.937 menjadi 1.511.712
Pasien sembuh bertambah 5.635 menjadi 1.348.330
Pasien meninggal bertambah 104 menjadi 40.858
Sebelumnya, pada Selasa (30/3/2021), tercatat total sebanyak 1.505.775 kasus positif virus Corona COVID-19, 1.342.695 pasien sembuh, dan 40.754 kasus meninggal dunia.
Semua di Bawah Seribu! Ini Sebaran 5.937 Kasus Baru COVID-19 RI 31 Maret
Pada Rabu (31/3/2021), Indonesia melaporkan penambahan 5.937 kasus baru COVID-19. Total pasien terkonfirmasi saat ini 1.511.712 kasus COVID-19.
Jawa Barat masih menduduki status provinsi dengan penambahan kasus COVID-19 tertinggi dengan angka 975 kasus, disusul DKI Jakarta dengan 965 kasus, dan Banten sebanyak 950 kasus.
Detail perkembangan virus Corona Rabu (31/3/2021), adalah sebagai berikut:
Kasus positif bertambah 5.937 menjadi 1.511.712
Pasien sembuh bertambah 5.635 menjadi 1.348.330
Pasien meninggal bertambah 104 menjadi 40.858.
Tercatat sebanyak 71.440 spesimen diperiksa hari ini di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah suspek sebanyak 62.210.
Sebaran 5.937 kasus baru Corona di Indonesia pada Rabu (31/3/2021), sebagai berikut:
Jawa Barat: 975 kasus
DKI Jakarta: 965 kasus
Banten: 950 kasus
Jawa Tengah: 497 kasus
Jawa Timur: 301 kasus
DI Yogyakarta: 272 kasus
Kalimantan Selatan: 267 kasus
Bali: 200 kasus
Kalimantan Timur: 200 kasus
Kalimantan Tengah: 168 kasus
Riau: 160 kasus
Sumatera Barat: 126 kasus
Sumatera Selatan: 102 kasus
Sumatera Utara: 95 kasus
Sulawesi Selatan: 94 kasus
Nusa Tenggara Timur: 90 kasus
Bangka Belitung: 68 kasus
Papua: 58 kasus
Kalimantan Barat: 53 kasus
Nusa Tenggara Barat: 42 kasus
Sulawesi Tengah: 40 kasus
Bengkulu: 35 kasus
Aceh: 30 kasus
Lampung: 29 kasus
Jambi: 27 kasus
Kalimantan utara: 25 kasus
Kepulauan Riau: 23 kasus
Papua Barat: 19 kasus
Gorontalo: 8 kasus
Sulawesi Tenggara: 7 kasus
Maluku Utara: 6 kasus
Sulawesi Utara: 4 kasus
Sulawesi Barat: 1 kasus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar