Varian baru Corona yang belakangan ditemukan di Inggris telah menyebar ke tiga negara. Varian baru Corona ini juga disebut-sebut lebih menular dan menjadi penyebab lonjakan kasus COVID-19 di Inggris.
Dikutip dari CNN, Kepala teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Van Kerkhove menyebut varian COVID-19 baru ini ditemukan di Denmark, Belanda, dan Australia.
"Kami memahami bahwa varian ini telah diidentifikasi juga di Denmark, di Belanda dan ada satu kasus di Australia dan tidak menyebar lebih jauh di sana," katanya kepada BBC dalam wawancara yang direkam sebelumnya.
Van Kerkhove menyebut mutasi Corona dari Inggris ini telah menyebar di Inggris sejak september. Namun, ia memastikan mutasi Corona sejauh ini tidak terbukti memperparah penyakit.
"Yang memprihatinkan, virus itu menyebar dan mutasinya banyak," jelas Maria.
"Kami memahami bahwa virus tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah dari informasi awal dari Inggris, meskipun sekali lagi penelitian tersebut sedang dilakukan untuk melihat pasien yang dirawat di rumah sakit dengan varian ini," tuturnya.
Menurutnya, lebih banyak sequencing atau pengurutan dilakukan, membantu melihat bagaimana penyebaran varian baru virus Corona di Inggris yang kemungkinan sudah beredar di tempat lain. Ia menekankan penting untuk melakukan pencegahan demi menekan varian baru Corona terus bermutasi.
"Semakin lama virus ini menyebar, semakin banyak peluang yang dimilikinya untuk berubah. Jadi kami benar-benar perlu melakukan semua yang kami bisa sekarang untuk mencegah penyebaran," tambahnya.
Berdasarkan keterangan WHO, berikut negara yang melaporkan mutasi Corona di Inggris:
Australia
Belanda
Denmark
Selain itu, sejumlah negara melarang perjalanan ke Inggris, berkaitan dengan mutasi Corona baru yang disebut lebih menular da;ah sebagai berikut.
Prancis
Jerman
Italia
Belanda
Belgia
Austria
Swedia
Swiss
Bulgaria
Rumania
Turki
Iran
Israel
Kuwait
El Salvador
Arab Saudi
https://trimay98.com/movies/furie/
Sudah Serius, Mutasi Corona di Inggris Disebut Mulai di Luar Kendali
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan pada Minggu (20/12) bahwa pemerintah telah memberlakukan lockdown atau penguncian yang ketat di masa Natal dan tahun baru di London dan Inggris tenggara karena jenis baru virus Corona sudah "di luar kendali".
"Kami bertindak sangat cepat dan tegas. Sayangnya strain baru ini di luar kendali. Kami harus mengendalikannya," tutur Hancock kepada Sky News dikutip dari Medical Xpres, Senin (21/12/2020).
Sekitar 16,4 juta orang memasuki langkah-langkah lockdown "tingkat empat" paling ketat sejak Minggu, atau 31 persen dari populasi Inggris.
Mereka yang berada di wilayh ini tidak diizinkan mengadakan pertemuan keluarga untuk Natal, sementara di negara lain sejumlah rumah tangga diizinkan untuk berbaur hanya pada Hari Natal.
Hancock mengatakan situasinya "sangat serius".
"Akan sangat sulit untuk mengendalikannya sampai kami mendapatkan vaksinnya. Inilah yang kita hadapi selama beberapa bulan mendatang," katanya menambahkan.
Walikota London, Sadiq Khan, mengatakan kepada Sky News bahwa London sekarang memiliki jumlah pasien rawat inap yang sama seperti selama puncak gelombang pertama pada bulan April. Kasus juga meningkat pesat di antara mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun, katanya.
Sebelumnya, otoritas penasihat kesehatan Pemerintah Inggris menyebut varian mutasi baru virus penyebab COVID-19 yang menyebar di negara itu memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi. Meski demikian belum ditemukan bukti yang menunjukkan varian mutasi ini lebih mematikan atau mempengaruhi vaksin.
"Kami telah memperingatkan Organisasi Kesehatan Dunia dan terus menganalisis data yang tersedia untuk meningkatkan pemahaman kami," tutur Kepala Petugas Medis Inggris, Chris Whitty melalui sebuah pernyataan dikutip dari Associated Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar