Aa Gym positif virus Corona COVID-19. Disebutkan, awalnya ia hanya mengalami gejala kelelahan.
Namun, setelah hasil swab akhirnya keluar dan dinyatakan positif COVID-19, kini Aa Gym mengalami gejala batuk-batuk dan juga sedikit pusing.
"Alhamdulillah tidak ada sesak, tidak ada pusing yang berlebihan. Hanya pagi ini agak sedikit pusing karena semalam baru sampai jam 11- setengah 12 malam jadi tidurnya baru sedikit, jam tiga sudah bangun," kata Aa Gym dalam kanal YouTube pribadinya, Selasa (29/12/2020).
Butuh berapa lama agar bisa pulih dari COVID-19?
Waktu berapa lama bisa pulih dari COVID-19 bergantung pada seberapa parah infeksinya. Sejumlah pasien Corona dapat sembuh dengan cepat, namun tak menutup kemungkinan di beberapa kelompok lain gejalanya bisa bertambah parah.
Berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, atau penyakit komorbid juga dapat menentukan jangka waktu sembuhnya pasien Corona.
Menurut sebuah analisis yang dilakukan pada pasien Corona di China oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kira-kira butuh waktu dua pekan bagi pasien dengan gejala ringan untuk bisa pulih dari COVID-19.
Gejala ringan yang dimaksud, seperti demam, lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien Corona juga mengalami nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, dan diare. Gejala-gejala ini biasanya ringan dan mulai secara bertahap.
Apabila melakukan isolasi mandiri di rumah, usahakan meminimalisir kontak dengan anggota keluarga. Periksa suhu tubuh secara berkala dan selalu terapkan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan dan memakai masker.
https://trimay98.com/movies/altered-states/
UNS Dorong Penyintas COVID-19 Donor Plasma Konvalesen
Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mendorong para penyintas COVID-19 untuk melakukan donor plasma konvalesen. Dari civitas akademika UNS, sudah ada 27 penyintas COVID-19 yang melakukan donor plasma.
Rektor UNS, Jamal Wiwoho, mengatakan telah menghubungi para penyintas COVID-19 dari UNS. Ada 27 orang yang bersedia mengikuti program tersebut.
"Kita punya data, ada 27 orang (penyintas) yang bersedia. Ada beberapa yang tidak berkenan karena alasan-alasan tertentu," kata Jamal saat dijumpai di sela kegiatan donor darah di Auditorium UNS, Selasa (29/12/2020).
Dorongan tersebut dilakukan karena tingginya angka kematian akibat COVID-19. Donor plasma konvalesen dinilai menjadi salah satu solusi untuk menyembuhkan pasien.
"Masalahnya pendonor plasma ini masih langka. Padahal ini sangat membantu penyembuhan pasien COVID-19. Makanya kita dorong seluruh masyarakat yang sembuh dari COVID-19 untuk donor plasma," ujarnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran UNS, Reviono, mengatakan bekerja sama dengan PMI dalam pelaksanaan donor konvalesen. Proses pengambilan plasma darah dan pendistribusiannya akan dilakukan oleh PMI.
"Proses pengambilannya kan pakai alat khusus, plasmapheresis, itu adanya di PMI. Kita hanya mendata dan mendorong teman-teman untuk mendonorkan plasma," ujar Reviono dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, memang ada syarat-syarat agar plasma darah bisa digunakan untuk penyembuhan pasien COVID-19. PMI akan melakukan screening terlebih dahulu terhadap calon pendonor.
"Pendonor harus diswab lagi, harus dipastikan negatif. Imunoglobulinnya juga harus tinggi, kalau nggak ya nggak ada artinya. Ada beberapa persyaratan yang nanti diatur PMI," ujar dia.
Waktu pengambilan plasma yang terbaik ialah sebelum waktu tiga bulan pascasembuh. Setelah tiga bulan, biasanya imunoglobulin dalam plasma darah sudah berkurang.
"Biasanya waktunya tiga bulan. Setelah tiga bulan imunoglobulin sudah berkurang. Tapi memang ada yang masih kuat, tergantung kondisinya," tutupnya.
Selain donor plasma, UNS juga rutin menggelar donor darah saat pandemi COVID-19. Hal ini dilakukan untuk memenuhi stok darah di PMI yang menurun selama pandemi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar