Varian atau mutasi virus Corona terbaru di Inggris dan Afrika Selatan bikin heboh belakangan ini. Banyak pertanyaan muncul terkait mutasi ini, termasuk apa pengaruhnya terhadap efektivitas vaksin?
Sejauh ini, sejumlah varian SARS-CoV-2 atau virus Corona penyebab COVID-19 sudah sering dilaporkan. Termasuk varian baru yang juga disebut lebih menular dan sudah ditemukan di Indonesia, yakni D614G.
Bahkan, Universitas Airlangga pada September 2020 mengumumkan temuan mutasi tipe Q677H yang jarang ditemukan. Mutasi yang satu ini lebih dekat dengan strain yang saat itu menyebar di Eropa dan baru satu-satunya yang ditemukan di Surabaya.
Nah, yang kali ini merebak di Inggris bagian selatan dan mulai menyebar ke berbagai negara, adalah mutasi yang berbeda lagi. Sama seperti mutasi sebelumnya, diklaim mutasi kali ini lebih mudah menular.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta yang sudah diketahui tentang mutasi virus Corona di Inggris maupun Afrika Selatan.
https://cinemamovie28.com/movies/white-palace/
1. Dikenal dengan banyak sebutan
Centers of Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyebut varian ini sebagai SARS-CoV-2 VOC 202012/01, yang berarti variant of concern yang ditemukan tahun 2020 bulan 12. Angka 01 di bagian belakang menunjukkan jenis varian 01.
Sebelumnya, varian ini disebut VUI 202012/01, singkatan dari variant under investigation.
Varian ini juga dikenal sebagai N501Y, yang artinya mengalami mutasi pada receptor binding domain (RBD) dari spike protein di posisi 501, dengan asam amino asparagine (N) tergantikan oleh tyrosine (Y).
2. Varian yang berbeda
Menurut CDC, pemerintah Afrika Selatan pada 18 Desember 2020 mengumumkan merebaknya strain baru virus Corona dengan skenario yang sama dengan yang terjadi di Inggris. Varian yang ditemukan di Afrika Selatan juga memiliki mutasi N501Y, namun merebak secara independen dan tidak berhubungan dengan varian di Inggris.
Apakah varian baru ini mempengaruhi efektivitas vaksin? Selengkapnya ada di halaman berikut.
3. Disebut 70 persen lebih menular
Di Inggris, varian ini terdeteksi pertama kali pada September 2020. Pada November, seperempat kasus di negara ini didominasi varian baru. Angkanya melonjak jadi dua pertiga kasus pada pertengahan Desember.
Perdana Menteri Boris Johnson menyebut varian baru ini 70 persen lebih menular.
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) dr Gunadi mengatakan belum ada bukti varian ini lebih ganas atau berbahaya.
4. Tak ada bukti mempengaruhi vaksin
Meski belum terbukti lebih berbahaya, penularannya yang lebih cepat memicu kekhawatiran soal penanganan di rumah sakit. Makin banyak kasus, makin banyak pula risiko kematian jika rumah sakit kewalahan.
Kabar baiknya, vaksin COVID-19 yang saat ini dikembangkan mampu melatih sistem imun untuk menyerang beberapa bagian virus. Karenanya, vaksin diyakini masih akan bekerja pada mutasi virus yang ditemukan.
"Mutasi ini belum terbukti mempengaruhi efektivitas vaksin Corona yang ada," sebut dr Gunadi.
https://cinemamovie28.com/movies/the-loss-of-sexual-innocence/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar