Rabu, 02 September 2020

Sebut PSBB Tak Perlu karena Picu Resesi, Ini Klarifikasi Pejabat Kemenkes

Plt Dirjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes, Abdul Kadir menyebut Indonesia sudah tidak perlu lagi lockdown atau PSBB karena akan membuat negara resesi. Hal ini ia sampaikan dalam Simposium Nasional Dies Natalis 64 Universitas Hasanuddin yang disiarkan akun Youtube FKM UNHAS.
Kadir beralasan pembatasan sosial hanya akan menghambat perekonomian, sementara virus Corona COVID-19 akan tetap ada di dunia tidak bisa dihilangkan.

"Tidak perlu lagi kita misalnya harus lockdown, harus PSBB, enggak perlu. Kalau kita lockdown atau PSBB, apa yang terjadi? Ekonomi tidak bergerak, negara kita menjadi resesi," kata Kadir seperti dikutip dari CNN pada Selasa (1/9/2020).

Mengenai hal tersebut, Kadir memberikan penjelasan lanjutan bahwa pernyataan dibuat dalam konteks bila warga Indonesia bisa disiplin menjalankan protokol kesehatan. Ia menekankan bahwa saat ini yang harus diupayakan adalah bagaimana warga bisa disiplin protokol kesehatan.

"Jadi saya sampaikan kita tidak perlu takut Corona karena harus berdamai, yang paling penting intinya gitu. Jangan sampai karena ada Corona tidak bisa melakukan aktivitas ekonomi keseharian dan sebagainya," kata Kadir pada detikcom saat dihubungi terpisah.

"Ke depan Corona ini akan sama dengan flu dan HIV-AIDS tergantung daripada kita ini menghadapinya dengan pola hidup baru. Tetap lakukan aktivitas, kegiatan ekonomi, pendidikan, dan sebagainya dengan mengacu protokol kesehatan," lanjutnya.

Kadir menyebut dampak negatif sosial ekonomi bisa lebih besar bila lockdown atau PSBB terus dilakukan karena minimnya adaptasi kebiasaan normal baru.

Satgas COVID-19 Awasi Mutasi Corona D614G: Belum Tentu Lebih Berbahaya

 Satgas Penanganan COVID-19 terus mengawasi perkembangan mutasi virus Corona COVID-19. Mutasi D614G yang membuat heboh belakangan ini disebut belum tentu membuat virus jadi lebih berbahaya dari segi tingkat penularan dan keparahan penyakit.
Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, mengatakan perlu studi lebih lanjut untuk memastikan klaim awal yang menyebut Corona dengan mutasi D614G lebih mudah menular hingga 10 kali lipat. Sementara dari tingkat keparahan, beberapa studi melihat tidak ada perbedaan berarti tingkat rawat inap pasien yang terinfeksi Corona jenis ini.

"Satgas memonitor kondisi adanya laporan ditemukannya virus yang bermutasi yaitu D614G yang ada di Indonesia. Kami melihat dengan deteksi RNA SARS-COV-2 ini biasanya lebih tinggi di mulut dan hidung. Sebenarnya belum tentu cerminan dari potensi penularan," kata Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (1/9/2020).

"Memang menginfeksi tapi potensi penularannya belum bisa disimpulkan saat ini," lanjutnya.

Wiku menjelaskan mutasi Corona D614G belum bisa dianggap sebagai hal penting yang harus diperhatikan dari pasien bila dibandingkan faktor lain, seperti usia dan penyakit penyerta.

Ia menyebut pihaknya dan lembaga penelitian di Indonesia tetap akan terus mengawasi bila ada mutasi yang bisa berdampak besar.

"Perlu kami pastikan bahwa proses penelitian dan investigasi tentang virus ini tentunya dilakukan lembaga penelitian dan Kementerian Kesehatan," pungkas Wiku.
https://indomovie28.net/may-who/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar