India menempati peringkat pertama kasus COVID-19 terbanyak se-Asia. Data dari situs Worldometer, Kamis (24/9) mencatat ada 5,7 juta kasus Corona di India.
Kementerian Kesehatan India menyebut lonjakan kasus secara eksponensial terjadi karena otoritas kesehatan meningkatkan jumlah pengujian spesimen harian yang kini lebih dari satu juta tes per hari.
Banyaknya jumlah testing yang dilakukan perhari berdampak pada pelayanan kesehatan di India. Sama seperti di Indonesia yang terus mengalami lonjakan kasus harian, sejumlah rumah sakit dipersiapkan untuk menangani pasien COVID-19.
Baik di India dan Indonesia, salah satu kendala yang dikeluhkan adalah kapasitas rumah sakit pasien COVID-19. Tenaga kesehatan di India disebut sudah sangat kewalahan dalam menghadapi lonjakan kasus Corona.
"Kami kewalahan dengan peningkatan infeksi yang terjadi. Tidak hanya di Delhi, kekurangan staf medis terlatih di RS pemerintah dan swasta terjadi di negara secara umum," ungkap dr Anoop Saraya dari All India Institute of Medical Science Delhi, dikutip dari DW News.
Indonesia sendiri sudah memiliki total kasus sebanyak lebih dari 257 ribu yang tersebar di seluruh negeri. Meski terbilang jauh lebih sedikit daripada kasus di India, Indonesia jadi sorotan sebab kapasitas testingnya dianggap masih tertinggal jauh dari negara lain di Asia.
Sebagai perbandingan, selama enam bulan pandemi COVID-19, Indonesia baru bisa melakukan 1.799.563 tes spesimen sementara India sudah lebih dari 67 juta tes. Jumlah tes COVID-19 yang dilakukan RI per harinya masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga.
Melonjaknya kasus COVID-19 baik di Indonesia dan India membuat tenaga medis harus berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan pasien.
1. Fasilitas kesehatan
Indonesia: 140 rumah sakit rujukan COVID-19
India: 7.740 fasilitas kesehatan rujukan COVID-19
2. Obat yang digunakan:
Indonesia:
- Lopinavir-ritonavir-azitromisin
- Lopinavir-ritonavir-doksisiklin
- Lopinavir-ritonavir-klaritromisin
- Hidroksiklorokuin-azitromisin
- Hidroksiklorokuin-doksisiklin
- Terapi plasma darah
India:
- Hidroksiklorokuin
- Favipiravir
- Remdesivir
- Tocilizumab
- Itolizumab
- Dexamethasone
- Methylprednisolone
- Terapi plasma darah
3. Jumlah pasien sembuh
Indonesia: 187.958 kasus per 23 September 2020
India: 4.581.820 kasus per 23 September 2020
4. Jumlah kasus aktif
Indonesia: 59.453 kasus per 23 September 2020
India: 966.358 kasus per 23 September 2020
Pelaksanaan lockdown atau 'penguncian' wilayah di Indonesia dan India juga jadi sorotan. Jika di Indonesia tak diberlakukan penguncian negara, India memberlakukan lockdown total dan terbesar sepanjang pandemi COVID-19.
https://cinemamovie28.com/the-grey/
Studi Ini Paparkan Risiko Dine In di Restoran Saat Pandemi COVID-19
Makan di restoran ternyata menjadi salah satu aktivitas yang dikaitkan dengan penyebaran COVID-19. Walau orang-orang sudah mematuhi protokol kesehatan dengan menjaga jarak, namun tak mungkin tetap mengenakan masker ketika menyantap makanan.
Hal ini semakin dikuatkan dengan sebuah studi yang dilakukan oleh CDC, Amerika Serikat. Dilansir dari CNN Indonesia, penelitian tersebut dilakukan CDC dengan menganalisis 314 orang dewasa yang dites COVID-19 pada bulan Juli lalu karena memiliki gejala. Hasil tes pun menunjukkan 154 orang dinyatakan positif dan 160 orang negatif COVID-19.
Pasien pun ditanya aktivitas mereka sebelum terserang penyakit seperti makan di restoran, hangout di bar, atau pergi ke pusat kebugaran. Peneliti menemukan 71 persen orang positif dan 74 persen orang negatif selalu menggunakan masker.
Menariknya, orang yang dites positif menunjukkan lebih mungkin makan di restoran dalam dua minggu terakhir sebelum mereka merasa sakit. Menurut para peneliti, paparan terjadi saat makan lantaran masker tak dipakai secara efektif saat makan dan minum.
"Paparan di restoran telah dikaitkan dengan sirkulasi udara. Arah ventilasi, dan intensitas aliran udara dapat mempengaruhi penularan virus, bahkan jika tindakan jarak sosial dan penggunaan masker diterapkan sesuai dengan pedoman saat ini," tulis para peneliti dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (24/9/2020).
CDC pun mengeluarkan pedoman tentang tingkatan risiko aktivitas di tempat makan, adapun pedoman tersebut antara lain.
Risiko Terendah: Layanan makanan terbatas pada drive-through, pengiriman, pengantaran dan penjemputan di tepi jalan.
Lebih Banyak Risiko: Makan di tempat terbatas dengan tempat duduk di luar ruangan. Kapasitas duduk dikurangi dan ditempatkan dengan jarak setidaknya 1,8 meter.
Risiko yang lebih besar: Makan di tempat (dine in) dengan tempat duduk dalam dan luar ruangan, dengan kapasitas duduk dikurangi dan jarak setidaknya 1,8 meter.
Risiko Tertinggi: Makan di tempat dengan tempat duduk di dalam dan luar ruangan yang tidak mengurangi kapasitas tempat duduk dan tidak menjaga jarak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar