Pesepakbola asal Swedia Zlatan Ibrahimovic dinyatakan positif COVID-19. Kabar tersebut ia ungkapkan lewat akun Twitter pribadinya.
"Hasil tes COVID-19 saya kemarin negatif tapi hari ini positif. Tidak ada gejala sama sekali. Berani-beraninya COVID-19 menantangku. Ide buruk," tulis Ibrahimovic
Meski tanpa gejala, pasien COVID-19 asimptomatik tetap dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri agar tidak menularkan infeksi tersebut ke orang lain. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Jepang, pasien Corona tanpa gejala cenderung pulih dalam sembilan hari.
Studi tersebut melihat bagaimana infeksi COVID-19 berkembang pada 90 orang tanpa gejala yang tertular di atas kapal pesiar Diamond Princess. Hasilnya menunjukkan hampir setengah dari pasien terbebas dari virus dalam sembilan hari setelah tes pertama positif COVID-19, sementara 90 persen orang pulih dalam 15 hari.
"Awalnya, partikel virus mungkin muncul setelah enam hari, tetapi kemungkinan pasien (tanpa gejala) akan terbebas dari virus setelah delapan hingga 10 hari," tulis peneliti Yohei Doi yang juga seorang dokter dan profesor Fujita Health University, dikutip dari The Japan Times.
Jika melakukan isolasi mandiri di rumah, usahakan meminimalisir kontak dengan anggota keluarga. Periksa suhu tubuh secara berkala dan selalu terapkan perilaku higienis seperti rajin mencuci tangan dan memakai masker sepanjang waktu.
https://cinemamovie28.com/mulan-rise-of-a-warrior/
COVID-19 Belum Usai, Eropa Dilanda Satu Penyakit Mematikan Lagi
Saat ini Eropa tidak hanya dilanda pandemi virus Corona, tetapi juga flu. Terkait kondisi ini, pejabat kesehatan Uni Eropa memperingatkan akan risiko dari serangan epidemi ganda (twindemic) yang mematikan.
"Sangat jelas bahwa krisi ini tidak ada di belakang kami. Kami berada pada momen yang menentukan," ujar Stella Kyriakides, komisaris kesehatan Uni Eropa saat jumpa pers yang dikutip dari Reuters, Jumat (25/9/2020).
Penyakit flu ini mulai muncul di saat musim dingin semakin mendekat di wilayah Eropa. Melihat kondisi ini, Kyriakides memperingatkan juga risiko 'twindemic COVID-19 dan flu' yang berpotensi mematikan.
Hal ini juga mendesak perintah agar mendorong masyarakat untuk mendapatkan vaksin flu musiman dan mematuhi aturan jarak sosial, untuk mengurangi penularan virus Corona.
"Ini mungkin menjadi kesempatan terakhir kami untuk mencegah terulangnya kejadian di musim semi lalu," kata Kyriakides.
Berdasarkan hasil penelitian para ilmuwan di Public Health England (PHE) yang dirilis minggu ini, menunjukkan bahwa adanya risiko kematian lebih dari dua kali lipat pada orang yang dites positif flu dan COVID-19, dibandingkan dengan mereka yang hanya terinfeksi COVID-19. Selain itu, orang dewasa yang terpapar flu bisa berisiko tinggi terinfeksi COVID-19, maupun sebaliknya.
Penyakit flu musiman di Eropa ini menyebabkan antara 4 dan 50 juta infeksi setiap tahun, tergantung keparahan musim flu yang melanda wilayah tersebut. Setiap tahun, diperkirakan 15.000 sampai 70.000 orang Eropa meninggal karena flu.
Kyriakides dan Andrea Ammon selaku direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Eropa, mengatakan telah terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus COVID-19 sejak Agustus lalu, dengan beberapa negara sudah melihat jumlah kasus yang lebih tinggi daripada selama periode puncak pada Maret lalu.
"Ini sebagian bisa dijelaskan dengan strategi pengujian yang ditingkatkan," ujar Ammon.
"Namun, ada beberapa negara yang tampaknya sekarang mengalami kemajuan lagi dari transmisi lokal terbatas menuju transmisi komunitas yang berkelanjutan. Pandemi masih jauh dari kata selesai, dan kita tidak boleh lengah," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar