Juru bicara dan Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut pemerintah sangat terbuka akan adanya penelitian mengenai obat ataupun vaksin Corona yang dilakukan, baik di dalam atau luar negeri. Hanya saja tidak berarti semua pihak bisa mengklaim suatu produk sebagai 'obat Corona'.
Pernyataan ini ia sampaikan setelah belakangan beredar isu mengenai adanya pihak yang mengaku telah menemukan 'obat Corona' dan bahkan telah menyembuhkan ribuan pasien.
"Tanpa uji klinis, sebuah obat belum diketahui apakah bisa menyembuhkan pasien COVID-19, belum diketahui efek sampingnya bagi pasien. Semua ini perlu dipertanggungjawabkan," tutur Wiku.
Wiku juga menegaskan obat harus melalui tahapan uji klinis sebelum diedarkan ke masyarakat. Tidak bisa asal menyebut suatu produk berkhasiat terlebih jika obat tersebut tidak terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan.
"Sekali saya ingatkan para peneliti dan figur publik untuk berhati-hati dalam menyampaikan berita kepada masyarakat. jangan sampai masyarakat yang sedang panik mencari jalan keluar dan memahami sesuatu dengan tidak secara utuh dan benar," pungkas Wiku.
Adapun mengenai obat yang kini santer diperbincangkan, Wiku menyebut tidak jelas apakah produk tersebut obat herbal terstandar, fitofarmaka atau jamu.
"Tapi yang jelas bukan fitofarmaka dan herbal terstandar karena tidak ada daftarnya," pungkas Wiku.
Sudah 620 Relawan Terdaftar, Uji Vaksin Corona Sinovac Dimulai 11 Agustus
Uji klinis vaksin COVID-19 buatan Sinovac akan dilakukan perdana pada 11 Agustus mendatang di Kota Bandung. Uji klinis pertama akan dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, dilanjutkan dengan lima tempat lainnya yang menjadi lokasi uji klinis.
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Kusnandi Rusmil mengatakan saat ini baru terdaftar 620-an relawan uji klinis. Ia mengatakan, masyarakat yang ingin menjadi relawan masih bisa mendaftar melalui nomor pendaftaran yang tersebar dalam media sosialisasi.
"Nanti yang mendaftar diperiksa kesehatannya, banyak syarat. Mungkin ada yang tidak bisa ikut, nanti mereka akan diperiksa swab test/PCR, yang positif enggak akan bisa ikut. Mesti yang belum berhubungan dengan COVID-19," ujar Kusnandi di Biofarma, Kota Bandung, Selasa (4/8/2020).
Sementara itu, pengetesan PCR akan dilakukan pada hari yang sama dengan penyuntikan vaksin asal China itu.
"Tanggal 11 diswab, supaya enggak kerja dua kali, Jadi bisa saja semua mendaftar, diperiksa dulu oleh tim dokter, semuanya sudah oke," kata Kusnandi.
Pemeriksaan dan uji klinis nanti, ujarnya, akan melibatkan kurang lebih 20 dokter spesialis dan 30 dokter umum. Satu hari sesi vaksinasi hanya akan diikuti oleh maksimal 20-25 relawan di tiap titik uji klinis setiap harinya.
"Kita mulai penyuntikan jam 11 siang, jadi enggak mungkin kita merugikan masyarakat juga yang mau berobat," ujarnya.
Seperti diketahui ada enam tempat pengujian klinis di Kota Bandung, yakni di RS Pendidikan FK Unpad di Sukajadi, Balai Kesehatan Unpad di Dipati Ukur, kemudian empat puskesmas di Garuda, Dago, Sukapakir dan Ciumbuleuit.
https://cinemamovie28.com/resident-evil-apocalypse/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar