Selasa, 04 Agustus 2020

Marquez Kembali Operasi karena Gagal Implan, Apa Kemungkinan Dampaknya?

Pembalap MotoGP Marc Marquez menjalani operasi kedua usai mengalami patah tulang lengan atas di akhir Juli lalu. Kali ini Marquez menjalani operasi karena implan pelat di tulangnya rusak.
"Operasi pertama berjalan sukses, namun yang tak diharapkan ternyata pelatnya tidak cukup. Akumulasi stres di bagian lengan yang dioperasi menyebabkan pelatnya mengalami kerusakan, jadi pelatnya hari ini diganti dengan yang baru." ujar ahli traumatologi MotoGP, dr Xavier Mir, seperti dikutip dari Crash pada Selasa (4/8/2020).

Ahli ortopedi dan bedah tangan, dr Oryza Satria, SpOT(K), dari RS Fatmawati mengatakan hal seperti ini biasa disebut dengan kegagalan implan (implant failure). Salah satu penyebabnya bisa terjadi karena pelat tidak sanggup menahan beban yang biasanya ditanggung struktur tulang.

"Ya harus revisi, ganti implan. Operasi lagi. Beresiko mengganggu proses penyembuhan tulang jika teknik operasi tidak dilakukan dengan tepat, karena harus membongkar jaringan lunak sekitar pelat," kata dr Satria saat dihubungi detikcom.

"Ibaratnya tulang itu seperti pohon, tanah itu jaringan (soft tissue) sekitar. Kalau tanahnya dibongkar banyak dan berulang-ulang, pohonnya bisa kekurangan nutrisi dan bisa mati. Kalau tulang bisa enggak nyambung," lanjutnya.

Hanya saja dr Satria menekankan bahwa kemungkinan-kemungkinan dampak negatif ini akan tergantung dari berbagai faktor. Salah satunya teknik pengerjaan.

Bisa saja operasi dilakukan berulang tanpa mengganggu jaringan sekitar sehingga proses penyembuhan tulang juga tidak terganggu.

"Tapi reoperation itu bukan berarti chance healing tulangnya pasti jadi berkurang ya. Tergantung tekniknya," pungkas dr Satria.

Satgas COVID-19 Ingatkan Tak Boleh Sembarangan Klaim 'Obat Corona'

 Juru bicara dan Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut pemerintah sangat terbuka akan adanya penelitian mengenai obat ataupun vaksin Corona yang dilakukan, baik di dalam atau luar negeri. Hanya saja tidak berarti semua pihak bisa mengklaim suatu produk sebagai 'obat Corona'.
Pernyataan ini ia sampaikan setelah belakangan beredar isu mengenai adanya pihak yang mengaku telah menemukan 'obat Corona' dan bahkan telah menyembuhkan ribuan pasien.

"Tanpa uji klinis, sebuah obat belum diketahui apakah bisa menyembuhkan pasien COVID-19, belum diketahui efek sampingnya bagi pasien. Semua ini perlu dipertanggungjawabkan," tutur Wiku.

Wiku juga menegaskan obat harus melalui tahapan uji klinis sebelum diedarkan ke masyarakat. Tidak bisa asal menyebut suatu produk berkhasiat terlebih jika obat tersebut tidak terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan.

"Sekali saya ingatkan para peneliti dan figur publik untuk berhati-hati dalam menyampaikan berita kepada masyarakat. jangan sampai masyarakat yang sedang panik mencari jalan keluar dan memahami sesuatu dengan tidak secara utuh dan benar," pungkas Wiku.

Adapun mengenai obat yang kini santer diperbincangkan, Wiku menyebut tidak jelas apakah produk tersebut obat herbal terstandar, fitofarmaka atau jamu.

"Tapi yang jelas bukan fitofarmaka dan herbal terstandar karena tidak ada daftarnya," pungkas Wiku.
https://cinemamovie28.com/lee-chaedams-g-spot-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar