Jumat, 28 Agustus 2020

Ilmuwan Unair Sebut Mutasi Corona D614G Juga Ada di Indonesia

Mutasi virus Corona D614G yang disebut-sebut 10 kali lebih menular rupanya ditemukan juga di Indonesia. Mutasi ini sudah ada di beberapa negara Asia termasuk Malaysia.
Prof Chairul A Nidom Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) menjelaskan beberapa mutasi D614G ditemukan di Pulau Jawa. Prof Nidom menjelaskan mutasi tersebut telah ada sejak Maret lalu.

"Itu kan bukan hal aneh. Sudah lama ditemukan, di Indonesia sendiri dari data yang sudah dilaporkan itu ada beberapa," ungkapnya saat dihubungi detikcom Jumat (28/8/2020).

"Beberapa dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat ada," lanjutnya.

Prof Nidom meyakini, jika lebih banyak melakukan sequencing, mutasi Corona D614G tersebut lebih banyak dilaporkan. Pasalnya, masih minim untuk memahami karakter virus.

"Saya yakin sekarang juga sudah banyak kalau sudah banyak yang disequencing," bebernya.

Terkait dengan klaim 10 kali lebih menular, Prof Nidom mengatakan hal tersebut belum bisa dipastikan. Belum ada studi lebih lanjut yang bisa membuktikan hal itu.

"Jadi kalau itu sebetulnya dugaan bahwa dengan perubahan atau mutasi dari (D) asam aspartat ke (G) glisin di no 614 itu bisa mempercepat penularan, tetapi belum ada bukti, artinya bagaimana mempercepatnya," pungkasnya.

Soal Pemberian Vaksin Corona, Menkes Terawan Khawatir Chaos

- Vaksin Corona kini tengah dikembangkan di seluruh dunia. Uji klinis beberapa vaksin termasuk yang dilakukan di Indonesia rencananya akan siap di awal tahun 2021.
Namun, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto khawatir pemberian imunisasi COVID-19 nantinya akan chaos. Menurut Terawan hal ini berkaitan dengan prioritas siapa yang akan disuntik terlebih dahulu.

"Bayangin kita misalnya hanya mau merencanakan, kebetulan baru ada 25 juta atau 20 juta. Itu kan berarti rakyat kita berapa juta, siapa yang harus didahulukan, apa alasannya dan sebagainya harus kami bisa membuat reason yang tepat benar agar tidak chaos," kata Terawan dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Kamis (27/8/2020), dikutip dari CNBC Indonesia.

Menkes Terawan menjelaskan perlu perencanaan yang matang terkait pemberian vaksin Corona di Indonesia. Termasuk beberapa aspek mengenai masa khasiat dan daya tahan vaksin tersebut.

"Dan berapa juta per hari bisa kita lakukan itu harus diukur, kami harus detail, karena juga menyangkut impact politik, karena tidak bisa semua dalam sehari divaksinasi," lanjutnya.

"Vaksin disuntikkan apakah sekali setiap 6 bulan, atau setahun, atau berapa. Jadi informasinya ini tahan antara 6 bulan sampai 2 tahun, jadi apakah 6 bulan atau 2 tahun kami belum clear," ungkapnya.

"Jadi kalau 6 bulan seperti yang dikatakan, ya berarti tiap 6 bulan disuntik. Kalau 2 tahun ya berarti tiap 2 tahun disuntik. Kalau 1 tahun berarti setahun sekali disuntik," kata Terawan.

Pertimbangan lain yang juga disorot Terawan adalah anggaran penyuntikan. Seberapa sering penyuntikan harus dilakukan tentu bisa berdampak pada anggaran yang perlu disiapkan.

"Ini juga akan menimbulkan impact-nya ke penganggaran. Karena itu akan kami bicarakan detail. Ini kan belum final, nanti setelah satgas resmi kami akan diskusi intens. Dan Kemenkes pasti akan berikan masukan-masukan yang rasional untuk terutama pengalaman dalam program vaksinasi," urainya.
https://cinemamovie28.com/good-take/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar