Seorang wanita meninggal akibat COVID-19 lima hari sebelum ia menikah. Calon pengantin yang bernama Stephane Lynn Smith ini awalnya mengira ia menderita herpes zoster atau cacar api.
"Dia pergi menemui dokter terkait kondisinya itu, dan dia (dokter) memberikan obatnya," kata ibunya, Oralia Smith yang dikutip dari Daily Star, Senin (14/12/2020).
Namun, bukannya membaik kondisi calon pengantin wanita yang berusia 29 tahun itu bertambah buruk. Bahkan tunangannya, Jamie Bassett, sampai membawanya ke rumah sakit dan ia didiagnosis COVID-19 dan pneumonia.
Setelah didiagnosis, Smith sempat kembali ke rumahnya. Tetapi, keesokan harinya ia harus kembali ke rumah sakit karena kadar oksigennya anjlok.
"Kami menciumnya dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan baik-baik saja," lanjutnya.
Dengan kondisinya yang semakin memburuk, Smith harus menghabiskan hari-harinya di rumah sakit. Di sana ia melakukan isolasi akibat COVID-19 dan terus berjuang menghadapi serangan kecemasannya.
Tepat lima hari sebelum hari pernikahannya, dokter mengatakan bahwa Smith telah meninggal dunia. Smith juga sempat menerima beberapa kali pertolongan CPR, tetapi tidak membuahkan hasil.
"Mereka mengatakan pada kami bahwa mereka kehilangan denyut nadinya empat kali. Dan mereka melakukanCPR, dan untuk terakhir mereka tidak bisa mendapatkan kembali denyut nadinya," ujar Jamie.
https://trimay98.com/movies/premium-rush/
4 Relawan Vaksin COVID-19 Pfizer Alami Bell's Palsy, Kondisi Apa Itu?
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) akan memantau kejadian Bell's Palsy yang terjadi di antara penerima vaksin COVID-19 yang dikembangkan Pfizer-BioNTech.
Temuan FDA mendapati dari 22 ribu partisipan penerima vaksin, empat diantaranya mengalami Bell's Palsy. Salah satu peserta mengalami kelumpuhan otot-otot wajah sekitar tiga hari setelah penyuntikan.
Keadaan kembali normal setelah tiga hari. Tiga orang lain mengalami kelumpuhan otot wajah setelah 9-48 hari pasca penyuntikan. Keluhan berangsur membaik setelah hari ke-10.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana vaksin COVID-19 dapat menyebabkan Bell's Palsy.
"Meskipun database keamanan terungkap adanya ketidakseimbangan kasus Bell's palsy [4 dalam kelompok vaksin dan tidak ada dalam kelompok plasebo], hubungan sebab akibat kurang pasti karena jumlah kasusnya sedikit," keterangan dalam FDA Briefing Document.
Dikutip dari Mayo Clinic, Bell's palsy, juga dikenal sebagai kelumpuhan wajah perifer akut yang dapat terjadi pada semua usia.
Kondisi ini menyebabkan satu sisi wajah menjadi kaku. Pengidap Bell's Palsy umumnya mengalami kesulitan tersenyum atau menutup mata pada sisi yang terkena.
Bagi kebanyakan orang, Bell's palsy bersifat sementara. Gejala biasanya mulai membaik dalam beberapa minggu, dengan pemulihan total dalam waktu sekitar enam bulan.
Meskipun penyebab pasti Bell's palsy tidak jelas, sering kali hal ini terkait dengan infeksi virus. Virus yang telah dikaitkan dengan Bell's palsy termasuk virus yang menyebabkan cacar air, herpes genital, campak, gondongan, hingga flu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar