Zero shadow day atau hari tanpa bayangan terjadi di beberapa bagian Bumi, termasuk Indonesia. Ini adalah saat di mana sinar Matahari tidak menimbulkan bayangan pada benda-benda di waktu tertentu pada siang hari.
Pada saat itu, Matahari tepat berada di zenith. Zenith adalah titik di angkasa yang berada persis di atas pengamat. Cahaya Matahari benar-benar berada di posisi vertikal pada obyek sehingga bayangan pun menghilang.
Hari tanpa bayangan ini sesungguhnya merupakan fenomena yang terjadi tiap tahun, di mana dalam satu tahun terjadi dua kali.
Selain sebagai fenomena yang menarik, hari tanpa bayangan adalah sinyal akan terjadi pergantian musim. "(Hari tanpa bayangan) mulai terjadi (menandakan) terjadi perubahan musim di wilayah Indonesia," kata Peneliti Pusat Sains Antariksa Lapan Rhorom Priyatikanto beberapa waktu silam.
Peristiwa ini terjadi karena Bumi beredar mengitari Matahari pada jarak 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari. Garis edar Bumi berbentuk agak lonjong sehingga Bumi kadang bergerak lebih cepat dan kadang bergerak lebih lambat.
Bidang edar Bumi disebut sebagai bidang ekliptika. Bidang ini miring sebesar 23,4 derajat terhadap bidang ekuator Bumi. Karenanya, Matahari tampak berada di atas belahan Bumi utara selama sekitar setengah tahun dan berada di atas belahan Bumi selatan setengah tahun sisanya.
"Perubahan posisi tampak Matahari menyebabkan perubahan musim di Bumi, misalnya empat musim di daerah subtropis dan juga musim kering-basah di wilayah Indonesia," jelas Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lapan, Jasyanto, mengenai hari tanpa bayangan.
Namun demikian, bukan berari setelah terjadi hari tanpa bayangan langsung musim berganti, melainkan hanya sebagai patokan. Ada faktor lain misalnya perubahan iklim global dapat mempengaruhi pola musim hujan yang akan terjadi di Indonesia.
Di sisi lain, muncul pula mitos bahwa telur dapat berdiri tegak saat hari tanpa bayangan. Hal itu telah pula ditanggapi Lapan yang menyebutnya tidak akurat. "Secara ilmiah, tidak ada dasarnya antara telur berdiri dengan vernal equinox. Telur terlalu kecil untuk merespons gravitasi Matahari," cetus Kepala Lapan, Thomas Djamaludin, beberapa waktu silam.
7 Mitos Vs Fakta Sundaland dan Atlantis
Benua Sundaland yang tenggelam di Indonesia, dikaitkan dengan legenda Atlantis. Inilah perbandingan mitos dan faktanya.
Sundaland adalah wujud Indonesia di Zaman Es pada Periode Glasial Terakhir 18.000 tahun silam. Saat itu laut surut 120 meter. Akibatnya, Sumatera, Malaysia, Jawa, Kalimantan sampai Bali terhubung menjadi benua yang luas.
Sudah banyak penelitian tentang Benua Sundaland yang dilakukan ilmuwan Indonesia dan dunia. Baik soal geologi, paleontologi, arkeologi dan lain-lain. Mereka bicara mulai dari kondisi alam, flora fauna dan manusianya.
Sementara itu, Atlantis adalah legenda sejak zaman Yunani kuno tentang sebuah benua yang tenggelam di masa silam. Atlantis melahirkan banyak buku dan film fantasi. Sejak beberapa tahun terakhir, Atlantis dikaitkan dengan Benua Sundaland di Indonesia.
detikINET pun membandingkan keterangan mengenai legenda Atlantis dari tulisan Arysio Nunes dos Santos dan Dhani Irwanto, dengan fakta-fakta ilmiah mengenai Sundaland dari wawancara dengan ahli Paleontologi ITB, Prof Yahdi Zaim dan sejumlah jurnal ilmiah dari Nature.
Berikut ini adalah 7 Mitos VS Fakta Sundaland-Atlantis:
1. Benua yang tenggelam
Mitos: Benua Atlantis dalam legenda yang ditulis Plato pada zaman Yunani Kuno, disebutkan tenggelam dalam sehari semalam karena bencana alam gempa bumi dan banjir besar. Reruntuhan kota disebutkan ada di dasar laut.
Fakta: Menurut ahli Paleontologi ITB, Profesor Yahdi Zaim, benua Sundaland tenggelam secara perlahan dari Era Last Glacial Period 18.000 tahun silam sampai masuk masa Holocene 12.000 tahun silam. Menurut Yahdi, es di Kutub Utara dan Selatan mencair karena pemanasan global, akibatnya air laut naik dengan kecepatan 20 mm/tahun, selama 6.000 tahun.
Kesimpulan: Tidak cocok. Benua Sundaland tenggelam perlahan, bukan sehari semalam.
https://nonton08.com/jesus/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar