Cegukan biasanya dapat hilang dengan sendirinya. Namun jika tidak hilang-hilang dalam jangka waktu, cegukan dapat menyebabkan Anda tidak nyaman.
Cegukan adalah suara-suara kecil aneh yang bisa keluar dari mulut Anda yang keluar tanpa pemberitahuan sebelumnya. Namun tahukah Anda mengapa cegukan terjadi?
Cegukan dapat terjadi karena banyak alasan. Beberapa di antaranya bersifat fisik dan sebagian emosional. Hal itu karena iritasi yang sebenarnya terjadi di saraf yang menghubungkan otak ke diafragma.
Beberapa penyebab cegukan antara lain seperti dilansir WebMD:
a. Makan terlalu banyak atau terlalu cepat
b. Merasa gugup atau bersemangat
c. Minum minuman berkarbonasi atau terlalu banyak alkohol
d. Perubahan suhu tubuh yang tiba-tiba
Cegukan yang berlangsung beberapa saat juga dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat seperti ensefalitis atau meningitis, atau gangguan metabolisme seperti diabetes atau gagal ginjal. Namun ada juga kasus tetapi cegukan yang dapat bertahan lama. Namun kasus ini biasanya jarang terjadi.
Jika Anda cegukan selama lebih dari 2 hari atau cukup parah sampai mengganggu makan, bernapas, tidur atau menyebabkan tertekan, Anda harus membuat janji dengan dokter. Bicarakan segera dengan dokter jika Anda mengalami sakit perut, demam, sesak napas, muntah, atau batuk darah akibat cegukan Anda.
Bagaimana cara menghentikan cegukan?
Beberapa ahli menyebut menahan napas dan menelan tiga kali atau menarik napas dalam-dalam mungkin bisa membantu menghentikan cegukan. Kedua teknik itu bisa membuat karbondioksida menumpuk di paru-paru Anda, yang mungkin membuat rileks diafragma.
Cara menghentikan cegukan lainnya yakni minumlah segelas air. Bisa juga dengan mencampur dengan satu sendok teh gula.
Jika semuanya gagal, dan cegukan Anda berlanjut selama beberapa hari atau lebih, atau ada dampak seperti sakit perut, demam, dan nafas pendek, serta muntah, segera periksa ke dokter. Dokter dapat memberikan obat untuk menghentikan cegukan dan dampaknya.
Wanita Tolak Ibunya Dilabeli COVID-19, Begini Pemulasaran Jenazah 'Probable'
Seorang wanita asal Pasuruan, Tirani Ika Pratiwi (35), membuat tulisan panjang berjudul 'Bukan COVID-19' yang ia unggah di Facebook. Dalam tulisan tersebut, ia bercerita mengenai ibunya yang diabetes tapi didiagnosa COVID-19 karena hasil rapid test non reaktif.
Tina juga menolak tanda tangan terkait penanganan, pemulasaraan hingga pemakaman ibunya sesuai protap COVID-19.
"Saya nggak mau tanda tangan karena nonreaktif. Tapi kenapa pada saat pengambilan jenazah dinyatakan kalau ibu saya COVID-19, dan harus bersedia dimakamkan secara COVID-19," ujar Tirani saat ditemui di kediamannya, Selasa (4/8/2020).
Saat dimintai konfirmasi, Direktur RSUD dr R Soedarsono Pasuruan, dr Tina Soelistiani membenarkan, pasien yang dimaksud meninggal di rumah sakit pada Minggu (2/8). Ia menyebut secara klinis, hasil rapid test non reaktif namun hasil tes tersebut bukan acuan utama diagnosa COVID-19.
"Kemudian dilakukan pemeriksaan foto torak dan dilakukan pemeriksaan lab. Kemudian dokter jaga sudah konsultasi ke dokter spesialis paru. Dan memang pasien ini punya riwayat diabetes. Maka kami periksa juga gula darahnya. Pasien ini mengalami sesak berat sekali. Dokter spesialis menentukan diagnosa gagal nafas berat, probable COVID-19 dan diabetes," terang Tina.
Dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), kasus probable adalah kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 tetapi belum ada hasil pemeriksaan lab RT-PCR.
https://kamumovie28.com/tuo-gui-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar