Proses kehamilan dan melahirkan secara alami mengubah tubuh wanita. Pasca melahirkan, perubahan hormon dapat membuat jaringan vagina menjadi lebih tipis dan sensitif.
Jadi kapan waktu terbaik untuk berhubungan seks usai melahirkan?
Pasangan biasanya disuruh menunggu enam pekan setelah melahirkan sebelum kembali berhubungan seks. Namun penelitian menyoroti tidak ada waktu yang spesifik untuk tiap orang.
Pengalaman postpartum setiap wanita berbeda. Wanita yang membutuhkan jahitan saat melahirkan mungkin berpikir enam pekan terlalu cepat. Namun wanita yang proses persalinannya lancar bisa saja siap berhubungan seks lebih cepat.
Meski tidak ada batas waktu yang pasti berapa lama harus menunggu untuk berhubungan seks usai melahirkan, pakar kesehatan tetap merekomendasikan untuk memberi waktu jeda sebelum kembali bercinta.
Dikutip dari WebMD, risiko mengalami keluhan saat berhubungan seks setelah melahirkan sangat tinggi di dua pekan pertama. Adapun keluhan yang dimaksud antara lain kekeringan vagina, robekan pada vagina dan kelelahan.
Ada beberapa cara untuk meringankan rasa tidak nyaman saat berhubungan seks setelah melahirkan, seperti menggunakan pelumas. Ini bisa membantu jika pasangan mengalami kekeringan pada vagina.
Saat berhubungan seks pasca melahirkan, jangan sungkan untuk berdiskusi dengan pasangan tentang apa yang Anda rasakan. Berikan pijatan atau lakukan foreplay sebelum sesi bercinta agar pasangan bisa merasa rileks.
Studi Sebut Pasien Corona Berisiko Alami Gangguan Kejiwaan Setelah Pulih
Pasien yang telah sembuh dari infeksi virus Corona COVID-19 dikaitkan dengan gangguan kejiwaan. Studi terbaru menunjukkan, lebih dari setengah pasien sembuh yang dirawat di rumah sakit mengalami gangguan kejiwaan.
Dikutip dari laman The Guardian, penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal Brain, Behavior and Immunity menganalisis sekitar 402 pasien yang dirawat di Rumah Sakit San Raffaele, Milan, Italia. Pasien tersebut terdiri dari 265 laki-laki dan 137 perempuan. Para ahli memeriksa kesehatan mental pasien sekitar satu bulan setelah mendapatkan perawatan dengan melakukan wawancara klinis dan kuesioner penilaian diri.
Hasilnya, mayoritas atau sekitar 55 persen pasien yang dianalisis memiliki setidaknya satu gangguan kejiwaan. Beberapa memiliki lebih dari satu gangguan kejiwaan.
Sekitar 42 persen tersebut mengalami gangguan kecemasan, 40 persen pasien mengalami insomnia, 31 persen pasien merasa depresi, 28 persen mengalami gangguan stress pasca-trauma (PTSD), dan sekitar 20 persen pasien memiliki gejala obsesif-kompulsif (OC).
Studi ini juga menemukan, bahwa perempuan kemungkinan besar mengalami gangguan psikologis yang lebih berat. Pasien yang telah lebih dulu didiagnosis gangguan mental juga ditemukan lebih parah setelah sembuh dari virus Corona COVID-19. Menurut peneliti, gangguan kejiwaan ini dapat muncul karena beberapa hal.
"Seperti oleh respons kekebalan terhadap virus itu sendiri, atau oleh stressor psikologis seperti isolasi sosial, dampak psikologis dari penyakit parah dan berpotensi fatal yang baru, kekhawatiran tentang menulari orang lain, dan stigma," kata pemimpin penelitian ini, Mario Gennaro Mazza, dikutip dari The Guardian.
Peneliti merekomendasikan dokter untuk memeriksa masalah kesehatan mental pasien setelah sembuh dari virus Corona COVID-19.
Selain dikaitkan dengan gangguan kejiwaan, penelitian lain juga mendapati sejumlah pasien sembuh dari virus Corona COVID-19 juga berisiko mengalami masalah jantung, pembuluh darah, dan kerusakan otak.
https://kamumovie28.com/my-friend-mom-i-was-never-a-girl-when-i-was-a-girl-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar