Seorang gadis berusia 12 tahun membuat heboh warga Probolinggo, Jawa Timur. Gadis tersebut hidup lagi setelah sempat meninggal dunia. Meski akhirnya meninggal lagi 1 jam kemudian, fenomena ini cukup mengejutkan.
Gadis yang berusia 12 tahun tersebut dikabarkan meninggal dengan diagnosis penyakit komplikasi dan diabetes. Saat ia dimandikan, jantung gadis tersebut berdetak kembali dan membuat kaget kerabat yang memandikannya.
Hingga akhirnya tim medis datang untuk memberi bantuan oksigen dan pernapasan. Namun setelah satu jam mendapat perawatan dari tim medis, ia kembali meninggal dunia.
Meski kasus tersebut terbilang langka, fenomena 'bangkit' lagi dari kasus kematian sebenarnya bukan hal asing di dunia medis. Ada banyak kemungkinan penyebabnya, salah satunya terkait lazarus syndrome. Bagaimana fakta terkait kasus tersebut?
Belum tentu meninggal
Menurut ahli bedah saraf dari Mayapada Hospital, dr Roslan Yusni Hasan, SpBS, dalam banyak kasus pasien sebenarnya ia belum benar-benar meninggal.
"Sebetulnya itu belum mati disangka mati aja," jelas dr Ryu, demikian sapaan akrabnya, saat dihubungi detikcom.
Kapan seseorang bisa dipastikan meninggal?
Menurut ahli bedah saraf dari Mayapada Hospital, dr Roslan Yusni Hasan, SpBS, seseorang bisa dikatakan sudah meninggal jika tidak ada lagi aktivitas yang terekam dalam electroencephalography (EEG), yaitu suatu alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktivitas listrik di otak.
"Oh kalau misalkan kalau direkam dengan EEG sudah tidak ada lagi aktivitas di otaknya. Jadi konfirmasinya itu dengan EEG, jadi sudah tidak ada lagi aktivitas di otak, baru itu disebut meninggal meskipun misalkan denyut jantungnya masih ada," jelas dr Ryu sapaan akrabnya kepada detikcom Selasa (18/8/2020).
Seberapa umum fenomena lazarus syndrome terjadi?
Dihubungi secara terpisah, spesialis jantung dr Vito A Damay, SpJP(K), dari Siloam Hospitals Lippo Village menggambarkan data fenomena lazarus syndrome ini pada salah satu jurnal medis tahun 2018. Ternyata, fenomena ini memang terbilang langka.
"Kondisi ini pernah dilaporkan di jurnal ilmiah dan jumlahnya tidak lebih dari 100, hanya sekitar 50-an kasus di dunia," ungkap dr Vito saat dihubungi detikcom Selasa (18/8/2020).
10 Kali Lebih Menular, Mutasi Corona D614G di Malaysia Justru Lebih Lemah
Baru-baru ini, heboh mutasi virus Corona 10 kali lebih menular ditemukan di Malaysia. Mutasi ini sebelumnya umum ditemui di Eropa, Amerika Serikat, dan sebagian negara Asia.
Dikutip dari Reuters, pakar menyebut mutasi virus Corona COVID-19 tersebut mungkin lebih menular, tetapi tampaknya tidak terlalu mematikan. Mengapa dikatakan begitu?
Paul Tambyah, pakar penyakit menular terkemuka sekaligus Presiden International Society of Infectious Diseases menjelaskan adanya bukti yang menunjukkan mutasi Corona tidak berbahaya. Mutasi Corona bernama D614G di beberapa bagian dunia bertepatan dengan laporan penurunan tingkat kematian.
Hal inilah yang kemudian diyakini mutasi Corona D614G memang tidak terlalu mematikan. Bahkan, malah menjadi kabar baik.
"Mungkin itu hal yang baik untuk memiliki virus yang lebih menular tetapi tidak terlalu mematikan," kata Tambyah kepada Reuters.
Tambyah mengatakan, sebagian besar virus cenderung menjadi kurang ganas saat bermutasi. "Adalah kepentingan virus untuk menginfeksi lebih banyak orang tetapi tidak membunuh mereka karena virus bergantung pada inang untuk makan dan tempat berlindung," katanya.
Para ilmuwan menemukan mutasi Corona 10 kali lebih menular pada awal Februari 2020. Mutasi Corona D614G telah beredar di Eropa dan Amerika lebih dulu sebelum ditemukan di Malaysia.
https://cinemamovie28.com/without-the-husband-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar