Beberapa waktu yang lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mewacanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara permanen dan hybrid. Kelas Pintar sebagai salah satu penyedia layanan belajar online mengatakan ini merupakan wacana yang visioner dan strategis.
Pendiri Kelas Pintar Fernando Uffie mengatakan ia menganggap wacana ini sebagai sesuatu yang visioner karena bisa diterapkan sebagai solusi jangka panjang.
"Ini kalau saya lihat jangan dinilai sebagai langkah yang reaktif karena cuma pandemi terus memberi langkah atau wacana seperti ini," kata Uffie dalam wawancara terbatas dengan media, Rabu (15/7/2020).
"Kalau ini merupakan suatu lompatan besar, kalau kita bicara mengenai lompatan besar yang membutuhkan 5-10 tahun ke depan bisa terjadi dalam hitungan bulan," sambungnya.
Tapi Uffie mengakui untuk menerapkan kebijakan seperti ini masih memiliki banyak tantangan. Terutama masih sulitnya adopsi teknologi di kalangan guru dan murid untuk belajar online yang efektif.
Untuk itu, salah satu solusinya adalah menyediakan platform belajar online dengan tampilan yang mudah dipahami dan digunakan untuk siapa pun.
Uffie juga mengatakan wacana ini banyak mendapat pro dan kontra dari elemen pendidikan. Ia mencontohkan guru yang mungkin merasa terancam posisinya dalam metode pembelajaran online ini.
Padahal menurut Uffie, belajar online seperti ini tetap melibatkan elemen-elemen penting seperti sekolah, guru, orang tua dan murid. Meski belajar mandiri, siswa juga harus mendapatkan bimbingan dari guru dan diawasi oleh orang tua.
"Tantangannya bagi kita adalah bagaimana bersama dengan pemain edutech yang lain untuk bisa memberi pemahaman atau sosialisasi bagi orang tua dan juga siswanya," jelas Uffie.
"Supaya pemahaman seputar pembelajaran jarak jauh benar-benar dipahami sebagai pembelajaran jarak jauh, bukan pembelajaran jadi-jadian sehingga orang tuanya bisa mengajak anak ke mall," pungkasnya.
Digitalisasi Bantu UMKM Tingkatkan Bisnis, Ini Contohnya
Akses digital membantu para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjalankan bisnisnya. Hal itu juga dirasakan Ketut Anggar Sae Prima, pemiliki kedai kopi Bun.Kopi di Bandar Lampung.
Di masa pandemi COVID-19, Anggar tergerak untuk memulai usaha kopi. Ia memandang, kopi telah menjadi gaya hidup dan trennya semakin meningkat. Diakuinya, banyak kompetitor di bidang usaha yang sama menjadi tantangan sekaligus pelecut semangat dalam berbisnis.
Anggar mengungkapkan, sejak awal ia mendaftarkan bisnisnya sebagai mitra merchant GrabFood. Hal itu, dikatakannya, sebagai upaya untuk membuat kedai kopinya dikenal masyarakat dan memperluas jangkauan pasar.
"Bisnis kopi kekinian yang saya jalankan ini langsung mengadopsi sistem digital karena saya mau menjangkau lebih banyak pembeli dan memudahkan mereka untuk membeli kopi tanpa harus datang. Saya juga aktif mengikuti program yang diadakan Grab untuk mitra merchant dan terbukti, penjualan saya meningkat bahkan pernah menyentuh belasan juta per harinya," ujar Anggar dalam keterangan resmi Grab, Rabu (15/7/2020).
Di samping menjual kopi, Ia juga merambah produk makanan ringan sebagai pelengkap jajaran produknya. Anggar memaparkan, kini 70% pembeli Bun.Kopi memesan minuman secara online.
"Teknologi benar-benar membantu bisnis kecil untuk tumbuh dan saya berharap agar semakin banyak UMKM yang memanfaatkan teknologi agar tidak tertinggal," kata dia.
https://kamumovie28.com/adultery-alumni-association-2-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar