Selasa, 28 Juli 2020

Kemenkes Tegaskan Tak Ada Ramuan Jamu Obat Virus Corona

Beragam obat tradisional sempat diklaim bisa melawan virus Corona COVID-19. Mulai dari empon-empon hingga pengobatan tradisional lainnya.
Namun, Kepala Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Kementerian Kesehatan, Akhmad Saikhu, menegaskan hingga saat ini tidak ada ramuan jamu yang ditetapkan sebagai obat virus Corona COVID-19. Menurut Saikhu, memang ada 12 ramuan jamu yang teruji secara saintifik, tetapi tidak ada satupun di antaranya khusus untuk mengobati virus Corona COVID-19.

"Kemudian pertanyaan mengenai produk atau ramuan untuk Covid-19. Memang untuk Covid-19 ini tidak ada obat ya, kecuali kalau ada vaksin yang sedang diuji coba secara klinis," kata Saikhu dalam dalam webinar Synergy & Innovation for Global Health Security & Pandemic, dikutip dari CNNIndonesia.

Sementara khasiat di antara 12 ramuan jamu yang teruji saintifik adalah sebagai berikut.

- Radang sendi
- Wasir
- Gangguan fungsi hati
- Penurunan berat badan
- Batu saluran kemih
- Pelancar ASI
- Kebugaran jasmani
- Kadar gula darah
- Kolesterol tinggi
- Maag atau gangguan lambung
- Darah tinggi
- Asam urat.

Saikhu kembali menegaskan tidak ada jamu yang mengobati virus Corona COVID-19. Jamu sebenarnya terdiri dari ramuan temulawak, kunyit, dan herba meniran yang berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh.

"Ada beberapa ramuan peningkatan daya tahan tubuh, nah ini juga ada ramuan saintifikasi jamunya," ujar Saikhu.

Sebelumnya Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjelaskan Kementerian Kesehatan mendorong penggunaan obat tradisional dalam penanganan Corona di fasilitas kesehatan. Salah satunya dengan obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka.

Menkes Terawan mencontohkan ekstrak dan temulawak dan ikan gabus sebagai suplemen dalam penanganan virus corona COVID-19 yang bisa digunakan. "Misal suplemen yang mengandung ekstrak Curcuma xanthorriza-temulawak , Ophiocephalus striatus-ikan gabus, Phyllanthus niruri-meniran (hijau)," tulis Terawan dalam salinan paparan pada rapat bersama Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (14/7/2020), dikutip dari CNNIndonesia.

Mau Sehat Saja Kok Mahal, Kenapa Sih Harga Sepeda Naik Gila-gilaan?

Tren bersepeda naik daun sejak pandemi virus Corona COVID-19 menyebar ke seluruh dunia. Kenaikan tren ini dibarengi dengan kenaikan harga sepeda yang gila-gilaan. Duh, mau sehat saja kok mahal ya!
Bukan cuma mahal, beberapa jenis sepeda bahkan sering kosong stok di pasaran. Alhasil, sepeda bekas pun banyak yang dijual dengan harga di atas harga baru ketika kondisi normal.

Direktur salah satu produsen sepeda, Polygon, Wiliam Gozali menyebut kondisi ini dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Permintaan naik, harga otomatis mengikuti. Terlebih, banyak produsen tidak mengantisipasi lockdown di berbagai negara di awal-awal pandemi.

"Kendala utama adalah permintaan sepeda tinggi, sehingga pabrik supplier untuk spare part mengalami kesulitan untuk memenuhi jumlah," jelas William dalam diskusi online baru-baru ini.

Salah satu dampak pandemi yang dirasakan produsen sepeda adalah sulit mendatangkan spare part. Selain itu, kapasitas produksi juga masih belum bisa maksimal.

"Kita meningkatkan kapasitas produksi dan menjalankan protokol dari COVID-19 sehingga jumlah orang yang kerja juga masih dibatasi," pungkasnya.
https://kamumovie28.com/astro-boy-tetsuwan-atom-episode-6/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar