Selasa, 01 September 2020

3 Penyebab Bau Mulut Saat Pakai Masker

Memakai masker dalam jangka waktu yang lama memang tidak nyaman. Tidak hanya memunculkan jerawat, tetapi juga menyebabkan bau mulut.
Tapi mau bagaimana lagi? Masker sejauh ini disebut sebagai pencegahan paling efektif agar virus Corona tidak makin meluas. Tentunya dibarengi dengan jaga jarak dan rajin cuci tangan.

Lagipula, bau mulut saat pakai masker bisa dihindari lho. Kenali dulu penyebab yang sesungguhnya.

Dikutip dari CNN Internasional, berikut ini 3 penyebab bau mulut saat pakai masker:

1. Menyikat gigi tidak benar
Makanan yang terjebak di gigi ataupun di bawah gusi menjadi penyebab utama bau mulut. Hal ini karena bakteri akan meninggalkan gas berbau busuk. Umumnya, masalah ini selalu diatasi menggunakan obat kumur. Padahal, obat kumur hanya menghilangkan bau sementara. Sebaiknya, saat sikat gigi jangan lupa untuk membersihkan lidah.

2. Makan atau minum yang berbau
Beberapa makanan menyebabkan bau mulut, seperti telur, bawang, ikan, dan makanan pedas. Menurut para ahli, senyawa sulfat alil metil sulfida yang terkandung di dalam makanan tersebut dapat bertahan di aliran darah dan dikeluarkan melalui napas hingga 72 jam. Cobalah untuk mengkonsumsi makanan yang dapat memproduksi air liur seperti lemon atau wortel agar bau mulut hilang.

3. Merokok
Bau tembakau pada rokok tidak hanya menempel di pakaian, tetapi juga menempel di pernapasan. Udara panas akan mengeringkan mulut dan menghilangkan air liur yang membuat napas menjadi bau. Jika Anda seorang perokok, jangan lupa untuk minum air putih dan sikat gigi setelah merokok agar napas tidak menjadi bau. Berhenti merokok tentu akan lebih baik lagi.

Peneliti Temukan Kelemahan Vaksin Corona yang Dikembangkan China dan Rusia

Beberapa ilmuwan menyebut vaksin Corona yang dikembangkan China dan Rusia memiliki potensi kelemahan. Hal ini mencuat setelah peneliti melihat kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan negara tersebut didasari oleh virus flu sehingga berpotensi membatasi keefektifannya.
Kedua kandidat yang dimaksud adalah vaksin CanSino Biologics yang dikembangkan China dan vaksin Sputnik V yang dibuat oleh Institut Gamaleya Moskow, Rusia. Alasannya adalah kedua vaksin ini dikembangkan dari modifikasi dari adenovirus tipe 5 atau Ad5.

"Ad5 mengkhawatirkan saya hanya karena banyak orang memiliki kekebalan. Saya tidak yakin apa strategi mereka ... mungkin (vaksin) tidak akan memiliki kemanjuran 70 persen. Mungkin hanya 40 persen, dan itu lebih baik daripada tidak sama sekali, sampai yang lain muncul," kata peneliti vaksin di Universitas John Hopkins, Anna Durbin, dikutip dari Reuters, Selasa (1/9/2020).

Para peneliti telah bereksperimen dengan vaksin berbasis Ad5 untuk melawan berbagai infeksi selama beberapa dekade, tetapi tidak ada yang digunakan secara luas. Metode pengembangan ini mengunakan virus yang dilemahkan sebagai 'vektor' untuk membawa gen dari virus target untuk mendorong respons kekebalan sehingga dapat melawan virus yang sebenarnya.

Hanya saja, menurut para ahli, sudah banyak orang yang memiliki antibodi Ad5 yang dapat menyebabkan sistem kekebalan menyerang vektor alih-alih merespons virus Corona, membuat vaksin ini kurang efektif.

Beberapa peneliti juga mengembangkan vaksin Corona dengan metode lain. Seperti yang dikembangkan oleh Universitas Oxford yang berbasis adenovirus Ad26, jenis yang relatif langka.

"Kandidat vaksin Oxford sepertinya memiliki keuntungan yang lebih baik dibandingkan vaksin CanSino," tutur Dr Zhou Xing, dari Universitas McMaster Kanada.

Xing juga khawatir bahwa vektor Ad5 dosis tinggi dalam vaksin CanSino dapat menyebabkan demam sehingga memicu skeptisisme tentang vaksin.
https://cinemamovie28.com/romeo-rinjani-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar