Komet Neowise akan menghiasi langit Indonesia mulai pekan depan. Apakah masyarakat bisa menyaksikan fenomena alam super langka itu dengan mata telanjang?
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebutkan komet tersebut bisa dilihat kemunculannya di arah barat laut, tepatnya saat Matahari tenggalam.
"Makin hari ia akan tampak makin redup, meski tampak menyimpang makin jauh dari Matahari," ujar Peneliti Pusat Sains Antariksa Lapan Rhorom Priyatikanto saat dihubungi detikINET dalam pesan singkatnya.
Meski Lapan memaparkan bahwa Neowise bisa diamati di waktu terbaik, yakni 20 Juli sampai 4 Agustus 2020. Ada waktu yang oke untuk melihat bagaimana komet yang melintasi Tata Surya bagian dalam untuk pertama kalinya dalam 68.000 tahun.
"Komet mencapai titik terdekat tanggal 23 Juli jam 09.41 WIB. Saat itu memang tak terlihat, tapi bisa dicoba saat petang. Setelah Matahari tenggelam, ia masih ada di atas ufuk," jelasnya.
Namun, pengamatan benda antariksa ini harus menggunakan alat bantu, seperti teleskop, agar bisa menyaksikan keindahan salah kemegahan dari peristiwa alam ini.
"Sayangnya, pengamatan hanya dapat dilakukan dengan alat bantu, seperti teleskop, binokuler, atau kamera digital. Komet ini sudah menjauh dari Matahari. Terangnya terus berkurang seiring waktu," pungkas Rhorom.
Diketahui, Komet Neowise ini adalah komet retorgade yang dipotret oleh teleskop antariksa Near Earth Object Wide-field Infrared Survey Explorer (NEOWISE) milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Benda antariksa itu pertama kali terdeteksi pada 27 Maret 2020.
Potret Kerusakan Banjir Bandang Masamba dari Antariksa
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memotret kerusakan banjir bandang Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Utara dengan memanfaatkan satelit penginderaan jauh.
Banjir bandang di Masamba yang terjadi pada Senin malam (13/7) meluluhlantahkan pemukiman warga yang ada di sekitarnya. Berdasarkan pemantauan menggunakan satelit SPOT-6 dan Pleiades pada 17 Juli 2020 yang diterima oleh Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Lapan di Pare-pare, Sulawesi Selatan.
Data terkait banjir bandang Masamba itu kemudian diolah oleh Tim Lapan di Jakarta yang selanjutnya disandingkan dengan data satelit SPOT-7 sebelum kejadian pada 4 Oktober 2019.
"Hasil menunjukkan banjir bandang ini melalui kecamatan Sabbang, Masamba, Baebunta, Malangke, dan Malangke Barat. Di wilayah terdampak banyak terdapat bangunan di pemukiman yang dilalui oleh banjir bandang, selain itu juga banyak wilayah persawahan dan perkebunan yang rusak karena terendam oleh lumpur," ujar Humas Lapan Jasyanto dalam siaran persnya.
"Pada citra satelit, wilayah yang dilalui banjir bandang ini berwarna coklat karena keberadaan lumpur atau tanah yang mengering setelah 4 hari kejadian bencana," tambahnya.
Data satelit ini juga menunjukkan adanya titik-titik longsor yang cukup banyak di wilayah hulu sungai Sabbang, sungai Radda, dan sungai Masamba. Menurut Lapan, kondisi ini perlu diwaspadai untuk antisipasi kejadian bencana berikutnya.
Tim LAPAN akan terus mengolah data satelit penginderaan jauh bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Asian Institute of Technology (AIT) untuk menghitung jumlah bangunan yang rusak dan juga lahan yang rusak, terutama lahan produktif sawah dan perkebunan akibat banjir bandang Masamba dan sekitarnya.
https://kamumovie28.com/death-note-episode-25/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar