Misi Solar Orbiter yang mempelajari Matahari berhasil merekam aktivitas ledakan Matahari untuk pertama kalinya. Bahkan, video pertama yang merekam ledakan Matahari ini didapat sebelum misi sains Solar Orbiter resmi dimulai.
Solar Orbiter, sebuah misi yang dijalankan bersama oleh European Space Agency (ESA) dan NASA, diluncurkan pada Februari 2020 dan telah melakukan dua pendekatan pertama dari dekat Matahari kita, terakhir kali pada 10 Februari.
Para ilmuwan masih menggali data tersebut sebelum pesawat luar angkasa memulai pekerjaan sains formalnya pada bulan November tahun ini. Namun, mereka melihat sesuatu yang istimewa ketika mendekati Matahari Februari lalu. Mereka menyaksikan dua pelepasan massa koronal yang terjadi ketika Matahari meludahkan gumpalan besar atmosfernya ke luar angkasa.
Dikutip dari Space.com, saat itu jarak pesawat luar angkasa memungkinkan Solar Orbiter dapat melihat bagian Matahari yang sama sekali tidak terlihat oleh para ilmuwan di Bumi. Namun, itu juga berarti bahwa pengiriman data kembali ke Bumi harus melalui proses yang sangat lambat. Para ilmuwan pun masih menggali apa yang dilihat oleh pesawat luar angkasa tersebut.
Lontaran massa koronal menjadi peristiwa pertama yang diamati oleh instrumen Solar Orbiter Heliospheric Imager (SoloHI) yang memfilmkan aliran materi yang meledak dari Matahari. Instrumen tersebut hanya mengumpulkan data secara kebetulan.
"SoloHI mampu menangkap pemandangan yang sangat menakjubkan dari salah satu lontaran massa koronal yang terjadi pada 12 Februari dan 13 Februari. Masing-masing dari tiga instrumen di Solar Orbiter berfokus pada wilayah yang berbeda, sehingga pemandangannya membentang dari permukaan Matahari yang terlihat hingga lebih dari 20 kali lebar Matahari itu sendiri," kata ESA.
Sementara itu, tiga pesawat luar angkasa lain: STEREO-A NASA, Proba-2 ESA, dan misi gabungan Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) mengamati peristiwa yang sama. Secara keseluruhan, pengamatan keempat misi tentang pelepasan massa koronal menawarkan semacam perspektif global tentang Matahari dan sekitarnya yang sejauh ini sulit ditemukan oleh para ilmuwan.
Lontaran massa koronal menjadi minat para ilmuwan dan engineer karena dapat berpotensi merusak pesawat luar angkasa dan membahayakan astronaut yang tidak terlindungi, terutama di luar orbit International Space Station (ISS).
Sejauh ini, para ilmuwan memiliki kemampuan terbatas untuk memantau dan memprediksi cuaca luar angkasa. Karenanya, misi seperti Solar Orbiter diharapkan bisa meningkatkan pemahaman peneliti tentang cara kerja Matahari.
Kontribusi unik Solar Orbiter lainnya dalam pencarian ini adalah orbitnya yang miring. Ini memungkinkan para ilmuwan untuk menggambarkan kutub matahari untuk pertama kalinya. Berikut ini adalah rekaman video Matahari saat mengeluarkan letusan.
https://indomovie28.net/movies/salt-2/
Reputasi Bill Gates di Ujung Tanduk
- Bill Gates dikenal kerap angkat suara selama pandemi mulai masker sampai anjuran makan beef sintetis. Survei terbaru menunjukkan seberapa besar orang memandang citra positif Bill Gates.
Berdasarkan polling dari Vox dan Data for Progress pada 12-13 Februari 2021 kepada 1.234 pemilih, sebanyak 24% sangat menyukai Bill Gates, 31% lumayan menyukai Bill Gates, 11% netral, 17% kurang menyukai, dan 18% mengaku sangat tidak menyukai Bill Gates.
Meski banyak juga yang kurang menyukai, nama Bill Gates masih terbilang baik dan berada di atas para rekan-rekannya di bidang teknologi.
Dari polling tersebut ditemukan bahwa Elon Musk CEO SpaceX dan Tesla adalah nama tokoh yang juga disukai banyak orang setelah pria yang memutuskan bercerai dengan Melinda Gates itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar