Senin, 14 Juni 2021

Catut Nama Elon Musk, Penipu Curi Uang Kripto Rp 28 Miliar

  Penipu yang berpura-pura menjadi Elon Musk berhasil mencuri USD 2 juta atau sekitar Rp 28 miliar dalam bentuk mata uang kripto dalam enam bulan terakhir.

Berdasarkan laporan terbaru dari Federal Trade Commission, penipu saat ini memanfaatkan tren mata uang kripto dan menawarkan kesempatan investasi tidak jelas kepada calon korban.


FTC mengatakan, sejak Oktober 2020 sekitar 7.000 orang kehilangan lebih dari USD 80 juta dalam penipuan mata uang kripto, 12 kali lebih tinggi daripada yang dilaporkan di tahun sebelumnya. Rata-rata korban penipuan kehilangan sekitar USD 1.900, seperti dikutip dari The Verge, Selasa (18/5/2021).


Dalam beberapa tahun terakhir memang banyak ditemukan penipu yang berpura-pura menjadi Musk di media sosial. Mereka kadang menggunakan avatar yang mirip dengan akun Musk dan mengubah ejaan nama akunnya.


Dengan berpura-pura sebagai Musk atau selebriti lainnya, penipu mengaku sedang mengadakan 'giveaway' mata uang kripto. Korban kemudian diminta untuk mengirimkan kripto ke alamat tertentu dan investasinya dijanjikan akan berlipat ganda.


Tapi nyatanya mereka justru memberikan aset kriptonya ke penipu, seperti penipu yang mencatut nama Musk.


"Janji jaminan pengembalian yang besar atau klaim bahwa mata uang kripto Anda akan berlipat ganda selalu merupakan bentuk penipuan," kata FTC dalam laporannya.


Musk sendiri menjadi salah satu target terbesar penipuan bitcoin di Twitter pada tahun lalu. Akun Twitter milik CEO SpaceX dan Tesla ini dibobol oleh hacker yang mempromosikan penipuan bitcoin.


Selain Musk, akun milik tokoh ternama lainnya seperti Barack Obama, Joe Biden, Bill Gates dan lain-lain juga ikut dibobol. Lewat penipuan ini, hacker berhasil meraup USD 120 ribu dalam bentuk bitcoin.

https://trimay98.com/movies/hong-kong-eva/


Ketika Radio Komunikasi Lebih Bermanfaat Ketimbang 4G di Papua


Untuk kawasan Pasifik Selatan, jaringan serat optik untuk melayani 4G dan internet di Papua sangat jauh tertinggal. Papua sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan Papua Nugini (PNG), negara yang berbatasan langsung dengan Provinsi Papua.

Jaringan serat optik PNG terkoneksi langsung dengan Sydney, Vanuatu, Tonga, Hawaii, dan Guam. Sementara jaringan 4G di Papua, sinyal kuat hanya dapat dijumpai di kota-kota padat penduduk seperti Kota Jayapura, Kota Timika, Kota Merauke, Kota Manokwari, dan Kota Sorong.


Sedangkan kabupaten-kabupaten lainnya, jaringan internet tidak secepat di Kota Jayapura. Pada umumnya masih mengandalkan 2G, itu pun hanya terbatas di ibukota kabupaten atau distrik yang dekat dengan ibukota kabupaten.


Semakin jauh dari ibukota kabupaten, sangat sulit dijumpai sinyal internet. Warga hanya mengandalkan telepon seluler yang hanya bisa SMS dan telepon saja.


Untuk beberapa tempat tertentu, warga kadang untuk mendapatkan sinyal telpon, harus naik puncak bukit yang tinggi di tengah hutan. Sementara daerah di pedalaman yang tidak terjangkau jaringan telpon 2G, warga dalam berkomunikasi sangat mengandalkan radio SSB (Single Side Band).


Tower SSB ini hanya terdapat di kantor distrik (kecamatan) atau di rumah petugas lapangan terbang perintis. Petugas distrik menggunakan radio SSB untuk berkomunikasi dengan pihak terkait di ibukota kabupaten, petugas lapangan terbang berkomunikasi menggunakan radio SSB dengan pilot pesawat kecil atau operator penerbangan perintis di Bandara Sentani.


SSB ini merupakan sistem komunikasi dengan gelombang radio berfrekuensi VHF-AM untuk sipil dan VHF-FM untuk militer. Melalui komunikasi dengan radio SSB petugas lapangan terbang perintis dapat mengarahkan pesawat kecil.


Melalui radio SSB, petugas dari Bandara Sentani menanyakan keadaan cuaca di pedalaman untuk mengetahui apakah pesawat bisa mendarat atau tidak.

https://trimay98.com/movies/the-final-judgement/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar