Lebih dari 5 hari, penambahan kasus baru COVID-19 melampaui 10 ribu kasus. Pakar epidemiologi Universitas Griffith Dicky Budiman menilai wabah Corona di Indonesia saat ini belum masuk fase terburuk.
Pasalnya, kemunculan varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India akan menambah bebas fasilitas kesehatan setelah puncak kasus COVID-19 nantinya berlangsung. Puncak kasus Corona disebut Dicky terjadi di akhir Juni, dengan lonjakan COVID-19 yang lebih tinggi.
Ia menggambarkan, prediksi fase kritis akan dialami setelah puncak tersebut, setidaknya hingga akhir Juli. Terlebih banyak kasus COVID-19 yang selama ini tidak bisa terdeteksi.
"Kita menuju puncak sampai akhir Juni ya dan ini sekali lagi belum situasi yang terburuk, varian Delta ini baru akan menuju dominasinya, dan ini potensi artinya lebih banyak kasus lonjakan termasuk lonjakan di fasilitas kesehatan akan lebih besar terutama pasca akhir Juni ini," kata Dicky saat dikonfirmasi detikcom Rabu (23/6/2021).
"Nah ini yang setidaknya dalam prediksi awal, sebenarnya sampai akhir Juli ini kita akan mengalami masa kritis ya, dan sekali lagi potensi jauh lebih besar dari itu jelas ada," tegasnya.
Dicky menyoroti angka positivity rate Corona di atas 40 persen menandakan penularan COVID-19 kini amat luar biasa tinggi. Jika pemerintah tak bisa menerapkan lockdown, Dicky meminta agar monitoring pengawasan WFH 75 persen dan kebijakan pengetatan PPKM mikro lainnya dipastikan berjalan.
"Karena lebih banyak kasus infeksi yang tidak terdeteksi di publik dan dengan positivity rate di atas 40 persen ini luar biasa loh tinggi banget," sambungnya.
"Walaupun misalnya pemerintah menganggap nggak bisa melakukan lockdown, yang penting skenario itu disiapkan saja tetap. Karena gini sekali lagi, kita belum menghadapi situasi terburuk, skenario terburuk, ketika jika itu sudah ada, disiapkan, lebih mudah nantinya," pungkasnya.
https://movieon28.com/movies/atm-2/
Sebaran 160 Kasus Corona Varian Delta di 9 Provinsi, Jateng Terbanyak!
Penularan varian baru Corona mulai merebak di Indonesia. Salah satunya adalah varian Delta atau B1617.2, yang pertama kali teridentifikasi di India.
Kementerian Kesehatan RI mencatat ada sebanyak 160 kasus varian Delta di Indonesia. Sejumlah kasus tersebut tersebar di 9 provinsi, seperti Sumatera Selatan, DKI Jakarta, dan Kalimantan Tengah.
Berdasarkan situs litbang.kemkes.go.id, 160 kasus varian delta ini ditemukan dari hasil pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) per 20 Juni 2021, sebanyak 2.242 sampel.
Selain varian Delta, Kemenkes RI juga menemukan 45 kasus varian Alfa (B117) dan 6 kasus varian Beta (B1351). Tiga varian ini termasuk dalam kategori 'Variant of Concern (VoC)'.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memperingatkan bahwa varian Delta merupakan varian virus Corona yang sangat menular, bahkan yang paling kuat dibandingkan jenis lainnya.
"(Varian Delta) menjadi lebih mematikan karena lebih efisien dalam cara penularan antar manusia. Dan pada akhirnya akan menemukan individu-individu yang rentan yang akan menjadi sakit parah, harus dirawat di rumah sakit dan berpotensi meninggal," kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan, dikutip dari CNBC, Selasa (22/6/2021).
Berikut sebaran virus Corona varian Delta di Indonesia per 20 Juni 2021.
Sumatera Selatan: 3 kasus
Banten: 2 kasus
DKI Jakarta: 57 kasus
Jawa Barat: 1 kasus
Jawa Tengah: 80 kasus
Jawa Timur: 10 kasus
Kalimantan Tengah: 3 kasus
Kalimantan Timur: 3 kasus
Gorontalo: 1 kasus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar