Kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mengalami lonjakan dalam beberapa waktu terakhir. Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 sekaligus Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr Reisa Kartikasari Broto Asmoro menilai kita lengah menjalankan protokol kesehatan saat varian baru Corona menyebar ke seluruh dunia.
Ia menilai lonjakan kali ini merupakan hasil dari apapun yang terjadi dua pekan sampai satu bulan yang lalu. Menurutnya, kenaikan kasus ini bisa terjadi ketika kendor, lengah melepas masker, tidak menjaga kebersihan tangan dengan rutin, lalu berkerumun baik dengan teman atau kerabat, terlebih lagi di tempat umum dan ruang tertutup.
"Sebagian dari kita lengah menjalankan protokol kesehatan pada saat varian baru hadir menyebar ke seluruh dunia, sebagian dari justru tidak mengetatkan pertahanan," kata dr Reisa dikutip dari situs resmi Satgas Penanganan COVID-19, Senin (21/6/2021).
Ia mengatakan tidak ada jalan lain untuk mencegah virus masuk ke tubuh selain dengan menerapkan protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan rutin. Ia juga mengingatkan untuk menjauhi kerumunan dan membatasi keluar rumah apabila tidak mendesak.
dr Reisa berharap masyarakat juga dapat mendukung upaya tes, lacak, dan isolasi atau 3T (testing, tracing, treatment). Ia meminta agar masyarakat berani dites, jujur, dan mau melaporkan ke Puskesmas terdekat apabila kontak erat dengan pasien positif serta menjalani isolasi mandiri dengan benar sesuai konsultasi dengan dokter.
"Pastikan kita tetap memakai masker dengan benar, jaga jarak, jauhi kerumunan, dan kurangi mobilitas yang tidak mendesak, dan rajin-rajinlah cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau cairan pembersih tangan," ujarnya.
Sebagai informasi, konfirmasi kasus positif COVID-19 kian hari terus meningkat. Berdasarkan data Satgas COVID-19 pada Minggu (20/6), pasien terkonfirmasi positif melalui metode pemeriksaan RT-PCR/TCM dan rapid antigen bertambah sebanyak 13.737 kasus. Sehingga, jumlah kumulatifnya pasien terkonfirmasi positif yang tercatat sejak kasus pertama hingga hari ini mencapai 1.989.909 kasus.
Selain itu, tercatat pula data pasien meninggal pada Minggu (20/6) bertambah sebanyak 371 kasus. Sehingga data kematian kumulatifnya mencapai 54.662 kasus atau persentasenya di angka 2,7% dari pasien terkonfirmasi positif.
Untuk itu, tetap ingat pesan #satgascovid19 untuk mendukung program #vaksinasi dan #taatiprotokolkesehatan.
https://trimay98.com/movies/tengamos-la-guerra-en-paz/
Agar RS Tak Kolaps, Menkes Tetapkan Kriteria Pasien COVID-19 yang Dirawat
- Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan akan memprioritaskan pasien COVID-19 yang bergejala untuk diisolasi dan dirawat di rumah sakit. Ini diperuntukan untuk pasien COVID-19 dengan kondisi-kondisi tertentu.
"Untuk (pasien) yang diisolasi dan memiliki gejala, khususnya dia ada komorbid, khususnya saturasinya (saturasi oksigen) di bawah 95 persen, khususnya sudah mulai sesak, itu dibawa ke rumah sakit," jelas Menkes dalam siaran pers Senin (21/6/2021).
Selain itu, Menkes juga akan mengarahkan pasien COVID-19 yang tidak bergejala atau mengalami gejala ringan untuk melakukan isolasi mandiri atau isolasi terpusat. Tentunya dengan mempertimbangkan apakah lingkungannya memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri.
"Tetapi yang tidak, lebih baik diisolasi mandiri atau diisolasi terpusat agar tidak terekspos konsentrasi virus yang tinggi yang ada di rumah sakit, dan juga bisa membebaskan rumah sakit untuk benar-benar merawat orang-orang yang sudah sedang (bergejala) dan gawat," kata Menkes.
Untuk melakukannya, Menkes mengatakan akan bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk mengklasifikasikan pasien COVID-19 yang bisa menjalani isolasi mandiri, isolasi terpusat, atau memang harus dirawat di rumah sakit.
"Dan kita akan pastikan koordinasi rujukan dari seluruh rumah sakit akan kami atur, sehingga seminimal mungkin membuat orang tidak bisa menemukan kamar," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar