Tim Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Universitas Padjadjaran akan melaporkan hasil riset ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI pada awal Januari 2021 mendatang. Pelaporan ini dilakukan dengan data pengamatan 540 relawan (sampel) subset selama tiga bulan.
Pelaporan itu diajukan sebagai pertimbangan pemberian izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM untuk kandidat vaksin COVID-19 buatan Sinovac itu.
"Iya untuk 540 relawan itu pengamatannya sudah selesai akhir Desember ini," ujar Koordinator Lapangan Uji Klinis dari Unpad Eddy Fadlyana saat dihubungi detikcom, Selasa (29/12/2020).
Eddy mengatakan, laporan dari tim uji klinis di Bandung akan digabungkan dengan hasil uji klinis di Brasil dan Turki. "BPOM di sini yang memiliki otoritas untuk mengeluarkan EUA, nanti datanya digabungkan dengan uji klinis di Brasil dan Turki, kedua negara itu sudah selesai duluan," tuturnya.
Eddy merinci, dalam laporan tiga bulan itu akan memuat data mengenai keamanan subjek uji klinis yang diamati setelah dua kali vaksinasi, imunogenisitas atau kemampuan tubuh membentuk antibodi dan efikasi vaksin.
"Jadi penelitian untuk pemberian EUA itu jumlah subjeknya kan 540 orang, itu diperiksa imunogenisitas, safety, dan efikasinya," ucapnya.
Uji klinis vaksin COVID-19 buatan Sinovac dilakukan perdana pada 11 Agustus 2020 di Kota Bandung. Uji klinis pertama dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan Unpad dan disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Selain di RS Pendidikan Unpad, uji klinis juga dilakukan di Balai Kesehatan Unpad di Dipati Ukur, kemudian empat puskesmas yakni di Puskesmas Garuda, Dago, Sukapakir dan Ciumbuleuit.
https://trimay98.com/movies/the-master/
Cuci Darah 2 Kali Seminggu, Pria di Bandar Lampung Terbantu JKN-KIS
Setahun lalu, Adi Martadinata dinyatakan harus menjalani cuci darah secara rutin dua kali dalam sepekan. Setiap Senin dan Kamis, Adi datang ke Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung tempatnya menjalani cuci darah.
"Saya sudah cuci darah sejak 1 Tahun 4 Bulan yang lalu, saya ingat betul gejala awal yang dirasakannya adalah muntah gak mau makan, kalau makan pasti muntah dan sakit kepala. Mungkin akibat kurang minum air putih, habis itu keseringan minuman berenergi seperti yang bersoda, minum obat keras dikarenakan sering pusing kepala, dan sering minum alkohol juga. Intinya saya dahulu sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat," cerita Adi dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (29/12/2020).
Warga Labuhan Dalam, Kota Bandar Lampung ini mengaku sempat kaget begitu divonis mengidap penyakit ginjal dan harus cuci darah. Ia dibayangi kekhawatiran akan keselamatan jiwanya, mengingat penyakit tersebut dapat berbuntut fatal. Selain itu, biaya cuci darah juga terbilang sangat mahal.
Namun, kekhawatiran Adi menyoal biaya cuci darah tersebut segera terhapuskan. Sebab, ia telah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS sehingga seluruh biaya cuci darah tersebut ditanggung BPJS Kesehatan.
"Saat ini saya terdaftar sebagai peserta JKN-KIS mandiri kelas II. Memang sempat khawatir dan takut masalah biaya yang akan timbul akibat pengobatan yang saya jalani. Tapi luar biasanya, Program JKN-KIS menjamin semua biaya pengobatan cuci darah saya. Betapa senangnya hati saya dan tak henti-hentinya mengucap syukur dan terima kasih kepada BPJS Kesehatan yang mau menjamin seluruh biaya cuci darah," ungkap Adi.
Pria berusia 35 tahun itu mengatakan sebagai peserta JKN-KIS dirinya tidak merasakan perbedaan kualitas pelayanan dari rumah sakit. Ia selalu mendapatkan pengobatan yang dibutuhkan, karena kartu JKN-KIS selalu aktif mengingat ia tidak pernah telat bayar iuran.
Menurut Adi manfaat yang didapatkan dari kepesertaan JKN-KIS lebih besar dibandingkan iuran yang dibayarkan setiap bulan. Ia pun dapat menikmati kemudahan berobat dengan tenang tanpa memikirkan biaya.