Sabtu, 29 Agustus 2020

Canggih Banget, Masker dari Jepang Ini Diklaim Bisa Basmi Corona Dalam 4 Jam

Pandemi Corona hingga saat ini belum juga terselesaikan dan masih menghantui sebagian masyarakat. Para peneliti dan ilmuwan sendiri masih berusaha menemukan obat untuk mengakhiri penyebaran virus tersebut. Tapi kabarnya sebuah universitas di Jepang bersama dengan perusahaan tekstil lokal telah berhasil menemukan masker unik yang tidak hanya dapat mencegah penularan virus, melainkan juga mematikan COVID-19.
Seperti dikutip Elite Readers, penemuan unik tersebut telah banyak diberitakan dan menjadi topik utama di tengah pandemi saat ini, mengingat potensinya yang cukup tinggi untuk menekan angka penyebaran virus Corona. Gunma University di Gumma, Jepang membuat masker wajah dengan menggunakan serat tembaga yang bisa memberikan perlindungan ekstra dari virus. Hanya dalam 4 jam, material yang digunakan untuk masker itu bisa menonaktifkan virus Corona.

Pemberitaan seputar masker unik ini dipublikasikan melalui akun media sosial Facebook pemerintah Jepang pada 31 Mei 2020. Dalam postingannya itu pemerintah Jepang juga membagikan beberapa foto dari masker unik karya Gumma University tersebut.

"Menurut penelitian dari NIH (National Institutes of Health), #NovelCoronavirus bisa bertahan hingga 2 sampai 3 hari pada permukaan plastik tetapi hanya 4 jam pada permukaan tembaga. Dengan meningkatkan sifat anti mikroba pada tembaga yang terkenal dengan fotokatalis, Gunma Univ. spin-off GUDi & pembuat benang tembaga Meisei Industry bersama-sama mengembangkan lembaran serat tembaga yang dapat digunakan untuk masker dan barang sehari-hari lainnya," tulis keterangan dalam unggahan Facebook tersebut.

Menurut ketua Gunma University Development and Innovation (GUDi), Profesor Hideyuki Itabashi, masker unik itu dapat menanggulangi penyebaran virus dan akan dipasarkan secepatnya. Sayangnya belum ada kejelasan kapan tepatnya masker tersebut akan siap untuk dipasarkan.

Wajahnya Kelewat Imut, Aktris Park Bo Young Dikira Anak-anak oleh YouTube

 Sejak awal Park Bo Young memang punya wajah yang imut. Di usianya yang genap 30 tahun, ia pun terlihat awet muda hingga masih pantas berperan sebagai mahasiswa. Saking imutnya, aktris yang sering main drama itu punya pengalaman unik saat mengunggah vlog di YouTube.
Banyak artis Korea yang membuka akun VLive untuk bertemu para fans lebih sering dan intim. Beberapa video artis pun kerap diunggah ke YouTube oleh penggemar, termasuk Park Bo Young yang kerap membuat vlog mengenai cerita kesehariannya.

Beberapa penggemar pemain Oh My Ghostess itu pun mungkin ingin meninggalkan komentar. Tapi sayangnya kolom komentar Park Bo Young pernah dinonaktifkan yang sempat bisa bikin mereka kebingungan.

Alasan kolom komentar vlog Park Bo Young dinonaktifkan pun terungkap dalam vlog-nya baru-baru ini. Dalam video yang diunggah di akun 'Bovely' seminggu lalu, pemiliknya menjelaskan mengapa fans tidak bisa meninggalkan komentar seperti kebanyakan video di YouTube. Yakni karena wajahnya terlihat seperti anak-anak.

"YouTube melihat videoku sebagai video anak dan menonaktifkan kolom komentar. Aku minta maaf atas ketidaknyamanannya," begitu tulis fan Park Bo Young dalam komentar.

Mulai Januari tahun ini, YouTube memang memiliki kebijakan baru untuk memberi perhatian pada akun-akun yang menampilkan anak-anak. Untuk melindungi dan menjaga informasi pribadi mereka, beberapa cara dilakukan seperti membatasi iklan dan komentar. Tak disangka jika Park Bo Young pun dianggap salah satu YouTuber anak padahal usianya sudah 30 tahun.

Meski cukup aneh, para penggemar pun memaklumi kesalahan YouTube karena aktris yang tidak punya Instagram ini memang imut. Apalagi dalam vlog, Park Bo Young sering bicara dengan gestur dan nada yang menggemaskan. "Bahkan YouTube setuju kalau dia terlihat sangat muda", "Bagaimana seseorang bisa terlihat cantik dan imut?" "Bo Young memang legendaris"
https://nonton08.com/the-wings-of-the-kirin/


Jumat, 28 Agustus 2020

Ilmuwan Unair Sebut Mutasi Corona D614G Juga Ada di Indonesia

Mutasi virus Corona D614G yang disebut-sebut 10 kali lebih menular rupanya ditemukan juga di Indonesia. Mutasi ini sudah ada di beberapa negara Asia termasuk Malaysia.
Prof Chairul A Nidom Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) menjelaskan beberapa mutasi D614G ditemukan di Pulau Jawa. Prof Nidom menjelaskan mutasi tersebut telah ada sejak Maret lalu.

"Itu kan bukan hal aneh. Sudah lama ditemukan, di Indonesia sendiri dari data yang sudah dilaporkan itu ada beberapa," ungkapnya saat dihubungi detikcom Jumat (28/8/2020).

"Beberapa dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat ada," lanjutnya.

Prof Nidom meyakini, jika lebih banyak melakukan sequencing, mutasi Corona D614G tersebut lebih banyak dilaporkan. Pasalnya, masih minim untuk memahami karakter virus.

"Saya yakin sekarang juga sudah banyak kalau sudah banyak yang disequencing," bebernya.

Terkait dengan klaim 10 kali lebih menular, Prof Nidom mengatakan hal tersebut belum bisa dipastikan. Belum ada studi lebih lanjut yang bisa membuktikan hal itu.

"Jadi kalau itu sebetulnya dugaan bahwa dengan perubahan atau mutasi dari (D) asam aspartat ke (G) glisin di no 614 itu bisa mempercepat penularan, tetapi belum ada bukti, artinya bagaimana mempercepatnya," pungkasnya.

Soal Pemberian Vaksin Corona, Menkes Terawan Khawatir Chaos

- Vaksin Corona kini tengah dikembangkan di seluruh dunia. Uji klinis beberapa vaksin termasuk yang dilakukan di Indonesia rencananya akan siap di awal tahun 2021.
Namun, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto khawatir pemberian imunisasi COVID-19 nantinya akan chaos. Menurut Terawan hal ini berkaitan dengan prioritas siapa yang akan disuntik terlebih dahulu.

"Bayangin kita misalnya hanya mau merencanakan, kebetulan baru ada 25 juta atau 20 juta. Itu kan berarti rakyat kita berapa juta, siapa yang harus didahulukan, apa alasannya dan sebagainya harus kami bisa membuat reason yang tepat benar agar tidak chaos," kata Terawan dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Kamis (27/8/2020), dikutip dari CNBC Indonesia.

Menkes Terawan menjelaskan perlu perencanaan yang matang terkait pemberian vaksin Corona di Indonesia. Termasuk beberapa aspek mengenai masa khasiat dan daya tahan vaksin tersebut.

"Dan berapa juta per hari bisa kita lakukan itu harus diukur, kami harus detail, karena juga menyangkut impact politik, karena tidak bisa semua dalam sehari divaksinasi," lanjutnya.

"Vaksin disuntikkan apakah sekali setiap 6 bulan, atau setahun, atau berapa. Jadi informasinya ini tahan antara 6 bulan sampai 2 tahun, jadi apakah 6 bulan atau 2 tahun kami belum clear," ungkapnya.

"Jadi kalau 6 bulan seperti yang dikatakan, ya berarti tiap 6 bulan disuntik. Kalau 2 tahun ya berarti tiap 2 tahun disuntik. Kalau 1 tahun berarti setahun sekali disuntik," kata Terawan.

Pertimbangan lain yang juga disorot Terawan adalah anggaran penyuntikan. Seberapa sering penyuntikan harus dilakukan tentu bisa berdampak pada anggaran yang perlu disiapkan.

"Ini juga akan menimbulkan impact-nya ke penganggaran. Karena itu akan kami bicarakan detail. Ini kan belum final, nanti setelah satgas resmi kami akan diskusi intens. Dan Kemenkes pasti akan berikan masukan-masukan yang rasional untuk terutama pengalaman dalam program vaksinasi," urainya.
https://cinemamovie28.com/good-take/