Jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia pada Selasa (8/9/2020), bertambah 3.046. Total menjadi 200.035 positif, 142.959 sembuh, dan 8.230 meninggal.
Sementara itu, jumlah spesimen yang diperiksa tercatat sebanyak 32.643 dan jumlah pasien suspek tercatat 90.952 kasus.
Detail perkembangan virus Corona di Indonesia pada Selasa (8/9/2020), adalah sebagai berikut:
1. Kasus positif bertambah 3.046 menjadi 200.035
2. Pasien sembuh bertambah 2.306 menjadi 142.959
3. Pasien meninggal bertambah 100 menjadi 8.230
Sebelumnya pada Senin (7/9/2020), jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 tercatat 196.989 kasus, sembuh 140.652, dan meninggal 8.130 kasus.
Kematian Akibat COVID-19 Diprediksi Naik 3 Kali Lipat di Awal 2021
Model penelitian dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Fakultas Kedokteran Universitas Washington memprediksi bahwa kematian akibat Corona diseluruh dunia bisa meningkat drastis pada awal tahun 2021 mendatang.
IHME sendiri menjadi bagaian pemodelan yang memandu satuan tugas virus Corona di Amerika Serikat. Prediksi tersebut sekarang mengklaim bahwa sekitar 1,9 juta lebih orang mungkin kehilangan nyawa mereka pada akhir tahun.
Dilansir dari laman Independent, pemodelan tersebut melihat bahwa mungkin kematian akibat Corona di awal tahun depan bisa mencapai 2,8 juta jiwa. Mereka juga menyatakan bahwa beberapa daerah yang peling berisiko adalah Amerika Serikat (AS), India, Brasil.
Prediksi terbaru IHME menyatakan bahwa mungkin pada tanggal 1 Januari mendatang, total kematian di dunia akibat COVID-19 bisa meningkat tiga kali lipat menjadi 2,8 juta jiwa. Menurut IHME, angkat tersebut bisa ditekan jika pemerintah mempertimbangkan kembali langkah-langkah untuk menekan penyebaran virus Corona COVID-19.
"Kita bisa menghadapi prospek mematikan pada bulan Desember terutama di Eropa, Asia Tengah, dan Amerika Serikat," jelas direktur IHME Dr. Christopher Murray.
"Tapi memakai masker, menjaga jarak, dan membatasi pertemuan sosial sangat penting untuk membantu mencegah penularan virus," tambahnya.
Dari jumlah tersebut, 38 ribu diperkirakan berasal dari Inggris, sementara India, AS, dan Brasil akan mengalami kematian total paling banyak. Namun, para peneliti juga memodelkan skenario kemungkinan terburuk dan terbaik yang menghasilkan perbedaan 2 juta kematian tambahan di seluruh dunia.
Menurut pemodelan tersebut, jika pemerintah memberlakukan tindakan jarak sosial yang lebih besar maka tingkat kematian harian hanya akan naik di atas delapan kematian per satu juta orang. Dalam kasus tersebut kematian global akan mencapai 2 juta secara global.
Sementara jika orang mengabaikan protokol kesehatan dan pemerintah mulai melonggarkan pembatasan, maka kematian global akibat COVID-19 bisa mencapai 4 juta jiwa.
Waspada! Sindrom Ini Sebabkan Kematian pada Anak Usai Sembuh dari Corona
Usai terinfeksi virus Corona COVID-19, dikhawatirkan anak-anak dapat mengalami sindrom MIS-C atau multisystem inflammatory syndrome in children. Sindrom ini disebut bisa mengakibatkan kematian pada anak.
Ahli neonatologi dari Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas di San Antonio, Alvaro Moreira, mengatakan sindrom MIS-C dapat terjadi meski anak tersebut hanya mengalami gejala ringan COVID-19.
"Anak-anak tidak perlu menunjukkan gejala pernapasan COVID-19 untuk mengembangkan MIS-C," kata Moreira, dikutip dari Sciencealert.
"Anak-anak mungkin tidak memiliki gejala, (tapi) tidak ada yang tahu bahwa mereka mengidap penyakit tersebut dan dalam beberapa minggu kemudian, mereka mungkin mengembangkan peradangan yang hebat di dalam tubuh," jelasnya.
Sindrom MIS-C mempengaruhi banyak organ tubuh
Moreira menjelaskan, sindrom peradangan multisistem pada anak-anak ini dapat mempengaruhi banyak sistem organ, seperti jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, dan mata. "Ini bisa mematikan karena mempengaruhi banyak sistem organ," ucapnya.
Dalam tinjauan komprehensif yang melibatkan 662 pasien anak dengan sindrom MIS-C, Moreira dan timnya menemukan bahwa sindrom ini memiliki gejala yang mirip dengan penyakit kawasaki dan toxic shock syndrome.
Hal itu membuat 71 persen pasien anak harus menjalani perawatan intensif selama rata-rata delapan hari. Selain mengalami demam, 73,7 persen pasien anak menderita diare dan 68,3 persen muntah-muntah.
https://cinemamovie28.com/mr-mrs-player/