Rabu, 05 Agustus 2020

Wanita Tolak Ibunya Dilabeli COVID-19, Begini Pemulasaran Jenazah 'Probable'

 Seorang wanita asal Pasuruan, Tirani Ika Pratiwi (35), membuat tulisan panjang berjudul 'Bukan COVID-19' yang ia unggah di Facebook. Dalam tulisan tersebut, ia bercerita mengenai ibunya yang diabetes tapi didiagnosa COVID-19 karena hasil rapid test non reaktif.
Tina juga menolak tanda tangan terkait penanganan, pemulasaraan hingga pemakaman ibunya sesuai protap COVID-19.

"Saya nggak mau tanda tangan karena nonreaktif. Tapi kenapa pada saat pengambilan jenazah dinyatakan kalau ibu saya COVID-19, dan harus bersedia dimakamkan secara COVID-19," ujar Tirani saat ditemui di kediamannya, Selasa (4/8/2020).

Saat dimintai konfirmasi, Direktur RSUD dr R Soedarsono Pasuruan, dr Tina Soelistiani membenarkan, pasien yang dimaksud meninggal di rumah sakit pada Minggu (2/8). Ia menyebut secara klinis, hasil rapid test non reaktif namun hasil tes tersebut bukan acuan utama diagnosa COVID-19.

"Kemudian dilakukan pemeriksaan foto torak dan dilakukan pemeriksaan lab. Kemudian dokter jaga sudah konsultasi ke dokter spesialis paru. Dan memang pasien ini punya riwayat diabetes. Maka kami periksa juga gula darahnya. Pasien ini mengalami sesak berat sekali. Dokter spesialis menentukan diagnosa gagal nafas berat, probable COVID-19 dan diabetes," terang Tina.

Dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), kasus probable adalah kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 tetapi belum ada hasil pemeriksaan lab RT-PCR.

Adapun manajemen kesehatan masyarakat pada kasus probable, selama hasil tes usap atau swab test belum keluar, maka dilakukan isolasi. Jika pasien menunjukkan gejala dan terjadi perburukan maka diberi tindakan sesuai kondisi klinisnya.

"Apabila kasus probable meninggal, tatalaksana pemulasaraan jenazah sesuai protokol pemulasaraan jenazah kasus konfirmasi COVID-19," demikian dikutip dalam pedoman tersebut seperti yang dilihat detikcom, Selasa (4/8/2020).

Kewaspadaan saat menerima jenazah dari ruangan dengan kasus suspek/probable/konfirmasi (+) COVID-19 antara lain:

1) Menggunakan APD yang sesuai selama berkontak dengan jenazah.
2) Kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan jenazah.
3) Dekontaminasi lingkungan termasuk seluruh permukaan benda dan alat dengan desinfektan.
4) Kewaspadaan terhadap transmisi harus dilakukan terhadap prosedur yang menimbulkan aerosol.
5) Menyiapkan plastik pembungkus atau kantong jenazah yang kedap air untuk pemindahan jenazah.

Antibodi Tuh Nggak Diminum! Begini Lho Cara Kerjanya di Dalam Tubuh

 Dalam sebuah wawancara dengan Anji, Hadi Pranoto diklaim sebagai 'penemu' antibodi COVID-19. Produk yang disebutnya sebagai antibodi tersebut digunakan dengan cara diminum.
Pemahaman seperti ini ternyata salah kaprah. Antibodi bukan sesuatu yang dimimun, melainkan dihasilkan oleh respons daya tahan tubuh ketika ada patogen atau benda asing yang masuk dan membahayakan tubuh.

Ketua Perhimpunan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr Inggrid Tania, M.Si menjelaskan, respons sistem imun terbagi menjadi dua yakni bawaan dan adaptif. Respons imun adaptif bekerja dengan menghasilkan antibodi, sedangkan respons bawaan menghasilkan peradangan atau inflamasi.

"Ketika patogen masuk ke dalam jaringan tubuh, akan memicu 'alarm' pada sel, sehingga terjadinya inflamasi (peradangan atau respon bawaan sel)," ujar dr Inggrid dalam sebuah diskusi online, Selasa (04/08/2020).

Ada banyak sel yang berperan dalam membentuk sistem imun. Salah satunya adalah sel dendrit yang berfungsi mengenali antigen pada patogen. Patogen bisa berupa mikroorganisme, seperti virus maupun bakteri.

"Antigen yang masuk ke dalam jaringan juga akan ditangkap oleh sel dendrit," jelas dr Inggrid.

Sel dendrit yang menangkap antigen dari patogen dapat mengenali molekul antigen tersebut. Akibatnya, sel dendrit teraktivasi dan akhirnya mengaktifkan nodus limfa.

Nodus limfa yang merupakan partikel berisi sel darah putih mengaktifkan limfosit atau sel darah putih, sehingga terbentuk antibodi secara spesifik. Limfosit akan membawa antibodi tersebut ke bagian yang terinfeksi lewat darah sebagai pengantar.
https://kamumovie28.com/goals-of-the-boarding-house-mistress-2/

Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya Secara Alami

 Cegukan biasanya dapat hilang dengan sendirinya. Namun jika tidak hilang-hilang dalam jangka waktu, cegukan dapat menyebabkan Anda tidak nyaman.
Cegukan adalah suara-suara kecil aneh yang bisa keluar dari mulut Anda yang keluar tanpa pemberitahuan sebelumnya. Namun tahukah Anda mengapa cegukan terjadi?

Cegukan dapat terjadi karena banyak alasan. Beberapa di antaranya bersifat fisik dan sebagian emosional. Hal itu karena iritasi yang sebenarnya terjadi di saraf yang menghubungkan otak ke diafragma.

Beberapa penyebab cegukan antara lain seperti dilansir WebMD:
a. Makan terlalu banyak atau terlalu cepat
b. Merasa gugup atau bersemangat
c. Minum minuman berkarbonasi atau terlalu banyak alkohol
d. Perubahan suhu tubuh yang tiba-tiba
Cegukan yang berlangsung beberapa saat juga dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat seperti ensefalitis atau meningitis, atau gangguan metabolisme seperti diabetes atau gagal ginjal. Namun ada juga kasus tetapi cegukan yang dapat bertahan lama. Namun kasus ini biasanya jarang terjadi.

Jika Anda cegukan selama lebih dari 2 hari atau cukup parah sampai mengganggu makan, bernapas, tidur atau menyebabkan tertekan, Anda harus membuat janji dengan dokter. Bicarakan segera dengan dokter jika Anda mengalami sakit perut, demam, sesak napas, muntah, atau batuk darah akibat cegukan Anda.

Bagaimana cara menghentikan cegukan?
Beberapa ahli menyebut menahan napas dan menelan tiga kali atau menarik napas dalam-dalam mungkin bisa membantu menghentikan cegukan. Kedua teknik itu bisa membuat karbondioksida menumpuk di paru-paru Anda, yang mungkin membuat rileks diafragma.

Cara menghentikan cegukan lainnya yakni minumlah segelas air. Bisa juga dengan mencampur dengan satu sendok teh gula.

Jika semuanya gagal, dan cegukan Anda berlanjut selama beberapa hari atau lebih, atau ada dampak seperti sakit perut, demam, dan nafas pendek, serta muntah, segera periksa ke dokter. Dokter dapat memberikan obat untuk menghentikan cegukan dan dampaknya.

Wanita Tolak Ibunya Dilabeli COVID-19, Begini Pemulasaran Jenazah 'Probable'

 Seorang wanita asal Pasuruan, Tirani Ika Pratiwi (35), membuat tulisan panjang berjudul 'Bukan COVID-19' yang ia unggah di Facebook. Dalam tulisan tersebut, ia bercerita mengenai ibunya yang diabetes tapi didiagnosa COVID-19 karena hasil rapid test non reaktif.
Tina juga menolak tanda tangan terkait penanganan, pemulasaraan hingga pemakaman ibunya sesuai protap COVID-19.

"Saya nggak mau tanda tangan karena nonreaktif. Tapi kenapa pada saat pengambilan jenazah dinyatakan kalau ibu saya COVID-19, dan harus bersedia dimakamkan secara COVID-19," ujar Tirani saat ditemui di kediamannya, Selasa (4/8/2020).

Saat dimintai konfirmasi, Direktur RSUD dr R Soedarsono Pasuruan, dr Tina Soelistiani membenarkan, pasien yang dimaksud meninggal di rumah sakit pada Minggu (2/8). Ia menyebut secara klinis, hasil rapid test non reaktif namun hasil tes tersebut bukan acuan utama diagnosa COVID-19.

"Kemudian dilakukan pemeriksaan foto torak dan dilakukan pemeriksaan lab. Kemudian dokter jaga sudah konsultasi ke dokter spesialis paru. Dan memang pasien ini punya riwayat diabetes. Maka kami periksa juga gula darahnya. Pasien ini mengalami sesak berat sekali. Dokter spesialis menentukan diagnosa gagal nafas berat, probable COVID-19 dan diabetes," terang Tina.

Dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), kasus probable adalah kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 tetapi belum ada hasil pemeriksaan lab RT-PCR.
https://kamumovie28.com/tuo-gui-2/