Minggu, 03 Mei 2020

Kemenristek Kembangkan Pil Kina Jadi Alternatif Obat Corona

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah tengah melakukan pengembangan dan uji klinis terhadap pelbagai jenis obat-obatan sebagai alternatif pengobatan bagi pasien covid-19.

Bambang menjelaskan obat yang sedang dikembangkan diantaranya pil kina sebagai obat alternatif untuk meringankan kondisi tubuh pasien positif corona.

"Beberapa obat yang direkomendasi dari luar negeri, seperti Avigan, Chloroquin, Tamiflu. Lalu kita mengembangkan Pil Kina. Pil Kina kita uji sebagai salah satu alternatif obat yg meringankan beban penderita corona," kata Bambang saat menggelar konferensi pers di kanal media sosial Youtube milik BNPB, Minggu (3/5).

Tak hanya itu, Bambang juga menyatakan pihaknya tengah mengembangkan suplemen dari pelbagai bahan-bahan alami untuk pencegahan virus corona. 

Bahan-bahan itu diantaranya jahe, jambu biji hingga minyak kelapa murni virgin coconut oil. Bahan-bahan alami itu sedang dilakukan uji klinis dijadikan suplemen untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap virus corona.

"Dari bahan-bahan itu kita bisa mendayagunakan untuk covid, untuk meningkatkan daya tahan, kemudian menghasilkan suplemen baru yang menimbulkan daya tahan tubuh," kata dia.

Selain itu, Bambang menyatakan pihaknya sedang melakukan riset terkait penggunaan metode terapi convalescent plasma bagi para pasien postif corona.

Terapi convalescent plasma sendiri merupakan metode pengambilan plasma darah dari pasien positif corona yang sudah sembuh untuk didonorkan ke pasien positif corona.

"Di luar obat, saat ini sedang dan sudah dilakukan riset terkait plasma dari pasien yang sudah sembuh itu dicoba dan diberikan sebagai terapi bagi pasien Covid-19 dalam kondisi berat," kata dia.

Bambang menjelaskan terapi convalescent plasma tersebut telah dipraktikkan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Hasilnya, kata dia, sudah sangat baik bagi pasien penderita virus corona.

"Karena itu Kemenristek bekerjasama dengan Kemenkes melalukan riset yamg besar melibatkan Rumah Sakit di seluruh Indonesia mengembangkan convalescent plasma ini. Di Malang, di Jogja, Solo dan tempat-tempat lain," kata dia.

Menristek Prediksi Indonesia Butuh Setahun Buat Vaksin Corona

Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/ BRIN) memprediksi Indonesia membutuhkan waktu satu tahun untuk menemukan vaksin virus corona (SARS-CoV-2).

Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini Konsorsium Covid-19 sedang mengkaji dan mengembangkan obat dan vaksin Covid-19.

"Tentunya terkait obat dan vaksin ini jangka menengah-panjang bagi Konsorsium. Vaksin itu butuh satu tahun, kecuali ada vaksin di luar yang bisa produksi di dalam negeri," kata Bambang saat konferensi persi di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (6/4).


Bambang juga mengatakan saat ini prioritas jangka pendek berfokus pada penelitian terkait tanaman herbal yang berpotensi meningkatkan imun tubuh agar terhindar dari kemungkinan tertular virus Covid-19, pengembangan Alat Pelindung Diri (APD).

Dalam jangka waktu menengah, konsorsium juga mengembangkan dan mengkaji Rapid Test Kit Covid-19, baik untuk deteksi awal  maupun deteksi akhir.

Selain itu konsorsium juga mengkaji  pengembangan suplemen, multivitamin, dan immune modulator dari berbagai tanaman Indonesia, pengembangan robot layanan (service robot), Smart Infusion Pump, pengembangan ventilator (alat bantu pernafasan),

"Selain vaksin kita fokus ke suplemen, untuk jaga imunitas tubuh dengan berbagai bahan yang ada di Indonesia dan obat. Salah satu yang diuji adalah pil kina. Karena pil ini sama dengan chloroquine," ujar Bambang.

Sebelumnya, Bambang menargetkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mampu menciptakan alat tes virus corona polymerase chain reaction (PCR) portabel dalam waktu kurang dari satu bulan.

Selain itu, Bambang juga menargetkan BPPT untuk memproduksi 100 ribu alat rapid test dalam waktu satu hingga dua bulan ke depan.

Alat rapid test ini mampu memberikan hasil cepat dalam waktu sekitar 15 menit. Akan tetapi tingkat sensitivitas alat rapid test hanya 75 persen.

Trump Setuju Obat Uji Coba Diberikan Pada Pasien Corona

 Pihak otoritas Amerika Serikat (AS) dan Presiden AS Donald Trump setuju untuk memberikan obat uji coba bagi pasien virus corona dalam kondisi darurat.

Remdesivir sebagai obat antivirus yang awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola telah menunjukkan kemajuan untuk mendongkrak angka kesembuhan pasien Covid-19.

"Saat ini merupakan saat yang sangat menjanjikan," ucap Presiden AS Donald Trump pada Jumat (1/5) di Gedung Putih seperti dikutip AFP.

Dia bilang eksperimen menunjukkan obat tersebut meleburkan diri dengan sel virus dan memotong proses replikasi yang ada.

Persetujuan tersebut dihasilkan seiring dengan desakan warga kepada pemerintah AS untuk melonggarkan ketentuan tinggal dirumah. Sebab, mereka mulai jenuh dengan kebijakan itu.

Persetujuan ini diberikan seiring dengan pelonggaran lockdown yang makin banyak dilakukan berbagai negara bagian AS. Pelonggaran tetap dilakukan meski lonjakan kasus kematian masih terus terjadi di negara itu.

Di negara itu, jumlah kasus terkonfirmasi sebanyak 1,1 juta orang dan hampir 65 ribu kasus kematian.

Persetujuan tersebut merupakan langkah terbaru dari dorongan dunia untuk segera menemukan obat dan vaksin dari virus corona. Pandemi ini telah membatasi pergerakan umat manusia, menghancurkan perekonomian dunia, dan menginfeksi lebih dari 3,3 juta orang.

Di sisi lain, Trump menginginkan perubahan drastis seiring dengan bertambahnya angka pengangguran yang mencapai puluhan juta orang.

"Mudah-mudahan kami dapat menekan angka kematian di bawah 100 ribu jiwa," ucap Trump setelah menyebut bahwa dalam waktu dekat angka kematian di AS dapat mendapai 60 ribu hingga 70 ribu jiwa.

Negara bagian Texas menurunkan kewaspadaan akan pembatasan sosial meski demonstrasi anti-lockdown dilakukan di beberapa negara bagian. Termasuk California yang kembali menutup pantai demi menghindari massa yang sempat memenuhi pantai pada minggu lalu.

Di pantai Huntington, sekitar 55 kilometer (Km) selatan dari kota Los Angeles, beberapa ribu orang bersatu dan mengecam keputusan Gubernur California Gavin Newsom tersebut. 

Kemenristek Kembangkan Pil Kina Jadi Alternatif Obat Corona

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah tengah melakukan pengembangan dan uji klinis terhadap pelbagai jenis obat-obatan sebagai alternatif pengobatan bagi pasien covid-19.

Bambang menjelaskan obat yang sedang dikembangkan diantaranya pil kina sebagai obat alternatif untuk meringankan kondisi tubuh pasien positif corona.

"Beberapa obat yang direkomendasi dari luar negeri, seperti Avigan, Chloroquin, Tamiflu. Lalu kita mengembangkan Pil Kina. Pil Kina kita uji sebagai salah satu alternatif obat yg meringankan beban penderita corona," kata Bambang saat menggelar konferensi pers di kanal media sosial Youtube milik BNPB, Minggu (3/5).

Tak hanya itu, Bambang juga menyatakan pihaknya tengah mengembangkan suplemen dari pelbagai bahan-bahan alami untuk pencegahan virus corona. 

Bahan-bahan itu diantaranya jahe, jambu biji hingga minyak kelapa murni virgin coconut oil. Bahan-bahan alami itu sedang dilakukan uji klinis dijadikan suplemen untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap virus corona.

"Dari bahan-bahan itu kita bisa mendayagunakan untuk covid, untuk meningkatkan daya tahan, kemudian menghasilkan suplemen baru yang menimbulkan daya tahan tubuh," kata dia.

Selain itu, Bambang menyatakan pihaknya sedang melakukan riset terkait penggunaan metode terapi convalescent plasma bagi para pasien postif corona.

Terapi convalescent plasma sendiri merupakan metode pengambilan plasma darah dari pasien positif corona yang sudah sembuh untuk didonorkan ke pasien positif corona.

"Di luar obat, saat ini sedang dan sudah dilakukan riset terkait plasma dari pasien yang sudah sembuh itu dicoba dan diberikan sebagai terapi bagi pasien Covid-19 dalam kondisi berat," kata dia.

Bambang menjelaskan terapi convalescent plasma tersebut telah dipraktikkan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Hasilnya, kata dia, sudah sangat baik bagi pasien penderita virus corona.

"Karena itu Kemenristek bekerjasama dengan Kemenkes melalukan riset yamg besar melibatkan Rumah Sakit di seluruh Indonesia mengembangkan convalescent plasma ini. Di Malang, di Jogja, Solo dan tempat-tempat lain," kata dia.