Jim Simsons saat ini tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Forbes mencatat, kekayaan bersih Jim mencapai US$ 21,6 miliar atau setara Rp 302,4 triliun (kurs Rp 14.000) dan menempatkannya di urutan 21 dalam daftar Forbes 400 dan ke-44 miliarder dunia.
Kekayaan Jim berasal dari perusahaan investasi yang ia dirikan Renaissance Technologies.
Mengutip CNBC, Jumat (14/2/2020), Jim meninggalkan dunia akademisi pada tahun 1978 atau saat berusia 40 tahun ketika akan terjun di dunia investasi. Ia merupakan seorang profesor dan ahli matematika.
Sebagai seorang ahli, Jim punya cara pandang yang berbeda dan mendasar soal pasar. Ia menitikberatkan pada data kuantitatif dan kemudian mendirikan Renaissance Technologies tahun 1982.
Berbekal ilmu matematika itu, Jim Simons membangun model komputer yang ia yakini dapat mengidentifikasi dan mengambil keuntungan dari pola pasar. Algoritmanya didasarkan pada data sejak 1700-an yang dapat mengambil keuntungan bahkan dari fluktuasi harga terkecil.
Metode itu terbukti berhasil dan membawa Jim pada kesuksesan. Bahkan, menempatkan dirinya bersaing dengan nama-nama investor legendaris seperti Ray Dalio, Warren Buffet dan George Soros.
Sejak tahun 1998, produk unggulannya Medallion Fund memberikan keuntungan sampai 66% setahun, atau 39% setelah dipotong biaya-biaya.
Namun, tak semuanya berjalan manis. Ada juga momentum seperti tahun 2007 di mana pengembalian investasi mengecewakan. Kemudian, ada juga perselisihan bertahun-tahun dengan Internal Revenue Service (IRS) mengenai masalah pajak.
Bukan hanya itu, perdagangan saham yang menjadi berbasis mesin kerap dipersalahkan karena membuat pasar cepat terbang dan cepat turun. Dari situ, pihak otoritas SEC menyatakan akan memantau jalannya perdagangan agar berjalan adil dan transparan.
Cerita Anak Buah Bill Gates yang Sukses Jadi Miliuner
Steve Ballmer dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Amerika Serikat (AS). Menariknya dia mengumpulkan kekayaannya dengan menjadi anak buah Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia.
Dikutip dari CNBC, Selasa (11/2/2020), Ballmer merupakan orang yang cerdas. Hal itu dibuktikan dengan gelar magna cum laude dari Harvard yang dia peroleh.
Pasca kelulusan, dia mendapatkan pekerjaan sebagai asisten manajer produk di Proctor and Gamble. Setelah bekerja di sana selama dua tahun, Ballmer menempuh pendidikan ke Stanford Graduate School of Business untuk mendapatkan gelar MBA. Tetapi kurang dari satu tahun, Ballmer memutuskan bergabung ke Microsoft.
"Saya mulai sebagai asisten presiden. Saya adalah asisten Bill, pada dasarnya: kepala juru masak dan mesin cuci botol, "kata Ballmer dalam sebuah wawancara.
Gates menawarkan gaji pokok US$ 50.000 kepada Ballmer. Jika dihitung dengan kurs saat ini yaitu Rp 14.000/US$ maka setara Rp 700 juta. Gaji tersebut belum termasuk ekuitas 5 hingga 10% di perusahaan dan 10% dari pertumbuhan laba yang dia hasilkan.
Dengan posisi yang dijabatnya, Ballmer mengajari Gates cara merekrut banyak orang yang benar-benar baik untuk menciptakan organisasi dan tim.
Pada 1980, Ballmer memainkan peran penting dalam negosiasi perusahaan dengan IBM, perusahaan yang memelopori teknologi komputasi untuk bisnis dan pemerintah. IBM telah mendekati Microsoft untuk mendapatkan bantuan dalam menyediakan komputer bagi orang-orang biasa.
Tidak lama setelah bergabung dengan tim, Ballmer membantu bernegosiasi dan mendapatkan kesepakatan besar dengan IBM untuk membuat perusahaan menjalankan perangkat lunak Microsoft di komputernya.
Pada tahun 2000, Gates menyerahkan posisi CEO kepada Ballmer, yang kemudian memimpin perusahaan melalui sejumlah momen yang menantang, termasuk meledaknya gelembung dot-com dan pertempuran hukum anti-trust yang terkenal.