Rabu, 01 April 2020

Wabah Corona, Persewaan Alat Kemping Pangkas Jam Kerja atau Libur Panjang

 Minat traveler untuk menyewa alat pendakian gunung dan kemping terjun bebas di tengah wabah virus Corona. Pemilik persewaan pun memilih untuk libur sementara atau memangkas jam kerja.
Pariwisata minat khusus terpengaruh signifikan oleh wabah virus Corona. Taman nasional dan gunung-gunung di seantero Indonesia ditutup untuk menekan penyebaran COVID-19.

Imbasnya, persewaan peralatan pendakian gunung dan kemping tak ada peminat. Sepekan terakhir, mereka tak mendapatkan pelanggan.

Yogi Nugraha, 32 tahun, pemilik Tarakash Outdoor Equipment Rent & Laundry di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, memutuskan untuk menutup persewaan miliknya. Ini pekan kedua dia menutup usahanya.

"Biasanya seminggu bisa 10-20 kelompok penyewa, namun sejak ada imbauan dan keputusan taman nasional ditutup, kami juga ikut tutup," kata Yogi dalam perbincangan dengan detikTravel.

Tarakash menyediakan peralatan komplet untuk naik gunung dan kemping. Mulai dari tenda, sleeping bag, sepatu, hingga alat memasak.

"Awal Maret masih ada penyewa, namun setelah Bandung dinyatakan ,muncul kasus Corona, peminat mulai sepi. terakhir penyewa hanya dua kelompok," dia menjelaskan.

Sejauh ini, pria yang akrab disapa Ahong itu hanya bisa mengikuti arahan pemerintah untuk tinggal di rumah dan #jagajarakdulu.

"Belum ada cara untuk menyiasatinya. Sejauh ini, saya memakai dana yang ada untuk bertahan. Ikuti pemerintah dulu saja," dia menjelaskan.

Langkah serupa dijalani oleh persewaan peralatan naik gunung dan kemping di Jatinangor lainnya, Alment. Salah satu karyawan Alment, Ryan Wijaya menyebut lapak mereka sudah tutup sejak pekan lalu.

Sementara itu, pemilik persewaan peralatan pendakian gunung dan kemping ber-home base di Purwokerto, Peak Artventure, Fredi Aji Primadani, memilih untuk tetap membuka usahanya.

Jika biasanya melayani 20-30 orang pesewa, kini tak seorangpun pun memanfaatkan jasa peminjaman di Peak Artventure. Kendati sepi pelanggan, Fredi tetap membuka toko dengan pengurangan jam kerja. Mereka melayani jasa pengisian ulang gas untuk mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

"Sepi banget pelanggan makanya jam kerja dikurang. Dari yang biasanya mulai pukul 10.00 hingga 22.00 kini menjadi mulai buka pukul 14.00 hingga pukul 21.00," ujar Fredi.

"Persewaan sama sekali enggak jalan, penjualan juga, Tapi, kami masih melayani refill gas. Di area ini kebanyakan anak kos, jadi mereka masih membutuhkan untuk pengisian ulang gas," Fredi menambahkan.

"Kami berusaha saja, kalau ditutup kami malah enggak ada aktivitas sama sekali," Fredi menambahkan.

Karantina ala Crazy Rich Asians: Beli Pulau Pribadi

Pandemi corona berdampak pada siapa saja, termasuk para Crazy Rich Asians yang punya kekayaan mumpuni. Mereka pun mengkarantina diri dengan cara berbeda.
Adalah para orang super kaya Asia atau yang dikenal dengan Crazy Rich Asians, yang juga ikut mengkarantina diri di tengah pandemi corona ini. Hanya tak seperti orang awam yang mengisolasi diri di rumah, mereka punya pendekatan yang cukup berbeda.

Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Rabu (1/4/2020), banyak dari mereka yang memilih untuk membeli pulau pribadi dan mengkarantina diri di sana seperti diberitakan media South China Morning Post.

Hal itu pun diketahui lewat lonjakan permintaan di kalangan sales agent penjual pulau yang dikabarkan berasal dari para orang-orang terkaya Asia. Disebutkan, banyak yang mencari pulau pribadi untuk investasi jangka panjang sekaligus tempat berlindung dari corona.

Fakta menarik lainnya, sebuah pulau pribadi bisa dijual dengan harga sekitar USD 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun. Namun, nyatanya ada loh pulau yang dijual seharga USD 55 ribu (Rp 905 juta) atau setara dengan harga normal apartemen di Hong Kong.

Bukan Nusa Penida, Ini Destinasi di Kebumen

Kebumen identik dengan wisata bentengnya yang bersejarah. Namun, ada juga destinasi dengan panorama ala Nusa Penida di Bali loh.
Satu lagi hidden gem yang baru saya temukan dalam perjalanan kali ini. Berkunjung ke Kebumen di Jawa Tengah, traveler bisa menikmati keindahan laut lepas dihiasi langit biru bersih dari atas Bukit Jerit. Bagi para pecinta hiking dan wisata alam, tempat ini wajib untuk dikunjungi.

Terletak di Desa Ketanggung Pasir, Kecamatan Ayah, Kebumen, Jawa Tengah, Bukit Jerit merupakan destinasi yang wajib dikunjungi saat ke Kebumen. Banyak transportasi umum untuk bisa sampai ke Kebumen. Kebumen bisa dijangkau dengan kereta api, bus atau pun pesawat.

Jika menggunakan kereta api bisa naik dari Stasiun Pasar Senen dan turun di Stasiun Gombong dan memerlukan waktu sekitar 7 jam perjalanan. Kebumen memiliki banyak pantai juga perbukitan yang memukau pandangan, kali ini mari kita explore Bukit Jerit.

Berkendara sekitar 30 menit dari penginapan menuju Bukit Jerit dengan suguhan pemandangan yang elok. Waktu yang paling baik untuk mengunjungi Bukit Jerit adalah pagi hari atau menjelang sore hari. Pagi hari merupakan waktu yang tepat untuk mengabadikan keindahan pemandangan melalui kamera dengan cahaya alami yang dipancarkan oleh matahari. Begitu pun sore hari, udara sejuk menambah kenyamanan perjalanan menuju Bukit Jerit yang lumayan menanjak.

Setelah sampai, pengunjung akan masuk melalui jalan utama wisata alam Pantai Watu Bale menuju Bukit Jerit. Harga tiket masuknya Rp 10.000 untuk weekend ataupun weekdays. Setelah itu, dibutuhkan waktu 5-10 menit untuk melewati jalan tanjakan yang jelas akan membuat traveler menjerit.

Tanjakan terjal serta belokan yang tajam cukup memacu adrenalin. Sesampainya di pos pertama pengunjung akan disuguhkan dengan hamparan laut lepas. Terdapat beberapa spot instragramable yang tidak boleh dilewatkan.

Dari pos pertama ini masih diperlukan stamina yang cukup untuk menanjaki puncak Bukit Jerit. Tetapi, jika tidak cukup kuat pengunjung bisa naik ojek yang ada di pos pertama. Tak banyak ojek yang tersedia, jika beruntung pengunjung akan menemui ojek yang akan menawarkan jasa ojeknya.

Untuk menikmati pemandangan yang mempesona memang diperlukan usaha ekstra. Sepanjang perjalanan menuju Bukit Jerit, pemandangan di kanan dan kiri jalan begitu indah. Ditemani suara angin yang meniup dedaunan, serangga hutan yang bernyanyi, seketika memberikan relaksasi pada tubuh.

Tempat ini masih cukup sepi, jadi pengunjung bisa benar-benar menikmati ketenangan alam dan berexplor sepuasnya. Puncak bukit yang cukup tinggi dan sepi membuat kami ingin mencoba menjerit.

Setelah melewati jalanan terjal, dan menyusuri hutan yang rimbun, pengunjung akan terkesima dengan pemandangan yang disuguhkan oleh Bukit Jerit. Hamparan laut luas yang membentang dengan Samudra Hindia lautan yang biru, dengan nyanyian deburan ombak yang menabrak karang seketika membawakan ketenangan untuk jiwa.

Bukit Jerit dibungkus dengan rumput hijau yang terawat oleh alam. Inilah Bukit Jerit yang memberikan ketenangan. Keindahan Bukit Jerit ini perlu dilestarikan, jangan pernah meninggalkan sampah saat akan turun juga tidak merusak kelestariannya.

Seluruh kelelahan untuk sampai di Bukit Jerit terbayarkan sudah dengan pemandangan yang sungguh mempesona. Bukit jerit ini masih sangat sepi, untuk para pengunjung disarankan untuk membawa air putih yang cukup.

Dikarenakan di tempat ini masih jarang ditemui pedagang. Gunakan alas kaki yang nyaman karena Bukit Jerit akan membawa pengunjung untuk hiking menyusuri hutan agar stamina tetap terjaga.