Minggu, 08 Maret 2020

Kalau TN Komodo Ditutup, Pariwisata Indonesia Bisa Mati

Rencana penutupan Taman Nasional (TN) Komodo jadi kontroversi. Pengamat pariwisata menilai, itu bisa mematikan pariwisata Labuan Bajo juga Indonesia.

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat rencananya akan menutup Taman Nasional Komodo selama 1 tahun. Didasari oleh kondisi habitat komodo di Kabupaten Manggarai Barat, ujung barat Pulau Flores itu sudah semakin berkurang serta kondisi tubuh komodo yang kecil sebagai dampak dari berkurangnya rusa yang menjadi makanan utama komodo.

Namun hingga kini, baik dari pihak TN Komodo dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai aktivitas di TN Komodo masih berlangsung normal. Serta penutupan itu pun masih sebatas wacana.

Pengamat pariwisata, Tedjo Iskandar angkat suara. Seorang tour leader senior yang sudah berkecimpung selama 30 tahun di dunia pariwisata ini menegaskan tidak setuju dengan penutupan Taman Nasional Komodo.

"Kalau itu sampai ditutup, bukan cuma pariwisata Labuan Bajo yang mati, tapi pariwisata Indonesia bisa mati," katanya kepada detikTravel, Senin (21/1/2019).

Tedjo menjelaskan, Taman Nasional Komodo sudah menjadi destinasi wisata Indonesia yang terkenal di dunia. Kementerian Pariwisata dan pelaku wisata di Labuan Bajo sudah banting tulang membangun branding TN Komodo di dunia dalam jangka waktu lama. Apalagi, TN Komodo sudah masuk dalam daftar 10 Destinasi Prioritas pemerintah atau lebih dikenal dengan sebutan 10 Bali Baru.

"Kementerian Pariwisata kalau branding di New York, Eropa perhatikan deh pasti memakai gambar komodo. Artinya apa, branding untuk komodo sudah mati-matian. Pelaku wisata di Labuan Bajo juga sudah promosi keliling dunia," papar Tedjo yang juga pendiri TTC (Tourism Training Center).

Pariwisata di Taman Nasional Komodo, dinilai Tedjo sudah menjadi mata pencaharian bagi masyarakat Labuan Bajo. Ada yang menjadi guide, penjaja suvenir, penyedia homestay, penyewaan perahu dan banyak lagi.

"Pesawat sudah banyak yang terbang ke Labuan Bajo dan investasi sudah banyak yang masuk. Bayangkan kalau taman nasionalnya ditutup, pergi semua turis dan perekonomian masyarakat yang sudah bergantung pada pariwisata bisa turun drastis," paparnya.

"Soal branding juga, kalau Taman Nasional Komodo sampai ditutup selama 1 tahun berarti butuh branding dari awal lagi. Branding bukan hal yang mudah dan murah," tambah Tedjo.

Tedjo berharap, semua pemangku kepentingan baik dari Pemprov NTT, Taman Nasional Komodo, KLHK dan stakeholder pariwisata di Labuan Bajo bisa duduk bareng. Lebih baik dicari alternatif lain untuk melestarikan komodo dibanding dengan penutupan taman nasionalnya selama 1 tahun.

"Sayang, sungguh sayang kalau sampai ditutup selama 1 tahun. Efeknya bisa merugikan pariwisata Indonesia," tutupnya.

Dear Gubernur Viktor, Ini Masukan Kadispar NTT Soal Penutupan TN Komodo

Belakangan ramai wacana penutupan TN Komodo selama setahun oleh Gubernur NTT, Viktor Laiskodat. Soal itu, Kadispar NTT punya masukan yang bisa jadi alternatif.

Wacana penutupan TN Komodo selama setahun jadi polemik yang banyak digunjingkan oleh para traveler. Selain TN komodo dibuat steril selama setahun penuh, traveler pun otomatis tidak dapat berkunjung ke destinasi yang terkenal karena Komodonya tersebut.

Terkait wacana tersebut, detikTravel pun menelepon Kadispar NTT, Marius Ardu Jelamu, Minggu (20/1/2018). Menindaklanjuti omongan Gubernur Viktor, Marius berujar soal opsi alternatif demi wisatawan.

"Pak Gubernur kan omong TN Komodo, kalau saya secara pribadi tentu kita batasi pada pulau tempat Komodo itu berdiam karena itu yang mau dikonservasi sementara tempat lain masih terbuka. Supaya wisatawan itu tetap leluasa datang. Karena penekanan pak Gubernur itu kan di biawak ini supaya habitatnya terjaga dengan baik, karena ini kan daerah konservasi ya tempat komodo berdiam di Pulau Komodo dan Rinca," saran Marius.

Seperti diketahui, biawak Komodo hanya dapat ditemui di Pulau Komodo dan Pulau Rinca saja. Walau belakangan sempat terlihat Komodo di Pulau Padar. Dijelaskan Marius, kalau baiknya destinasi di luar kedua pulau itu tetap dibuka untuk wisatawan.

"Habitat komodo itu ada di dua pulau. Yaitu Pulau Komodo dan Pulau Rinca, dua tempat berkembangnya Varanus komodoensis itu. Selain dua pulau itu masih banyak pulau indah di kawasan TN Komodo itu. Ada Pulau Gili, ada Pulau Kanawa, Pulau Bidadari ada Pulau Padar. Masih banyak sekali pulau yang jadi alternatif kunjungan wisatawan," terang Marius.

Seru Banget! Jelajah Pasar Malam Asiatique di Bangkok

Kota Bangkok di Thailand merupakan salah satu destinasi wisata di kawasan Asia Tenggara yang cukup tinggi dikunjungi para wisatawan mancanegara. Selain karena harga jajanan di sana cukup terjangkau, Bangkok juga punya spot wisata malam yang menarik untuk dikunjungi.

Salah satu destinasi wisata favorit di Bangkok adalah pasar malam Asiatique. Di sini pengunjung bisa melakukan banyak hal seperti belanja fashion, pernak-pernik, kuliner, sampai wahana hiburan.

Untuk berkunjung ke Asiatique, traveler bisa naik kereta komuter BTS ke Stasiun Saphan Taksin lalu turun tangga ke dermaganya. Alternatif lainnya yaitu dengan naik perahu ke dermaga Saphan Taksin. Dari sana tersedia perahu shuttle gratis menuju Asiatique.

Tak perlu khawatir lapar dan haus. Di Asiatique traveler bisa mencicipi banyak makanan khas Thailand. Dari yang umum seperti buah-buahan, cumi, ikan, udang, ayam, dan lainnya, sampai makanan ekstrem seperti buaya panggang.

Bagi yang bujetnya pas-pasan, bisa membeli makanan atau minuman yang disediakan pedagang kaki lima. Tapi kalau mau yang lebih nyaman sambil menikmati suasana malam sungai Chao Praya, ada pula restoran atau kafe yang langsung menghadap ke arah sungai.

Untuk kebutuhan belanja suvenir atau oleh-oleh seperti pakaian dan aksesori, Asiatique juga bisa menjadi salah satu tempat yang pas untuk dikunjungi.

Selain beragamnya toko yang menyediakan berbagai kebutuhan pengunjung, pesona Asiatique lainnya adalah keindahan lampu-lampunya. Di malam hari, suasana hiruk-pikuk pasar Asiatique yang khas sangat apik berpadu dengan lampu-lampu hias.

Tidak sedikit pula wisatawan yang datang pun bukan saja untuk berbelanja, namun juga untuk berfoto di pasar malam Asiatique ini. Berbagai spot foto di sini pun menjadi favorit pengunjung.

Misalnya saja objek permainan yang ada di sana, seperti komidi putar atau bianglala. Selain itu ada pula kolam air atau juga lampu-lampu lainnya yang mempercantik toko dengan desain unik dan menarik.

Dengan semua hiburan tersebut, berkeliling ke pasar malam Asiatique seolah tak akan pernah usai. Traveler bisa menemukan beragam hal menarik dengan menyusuri setiap lorong tokonya.

Agar momen malam hari yang khas di Asiatique bisa diabadikan dengan baik, tentunya perlu kamera yang memiliki kemampuan memotret dalam gelap. Seperti OPPO R17 Pro yang memiliki tiga kamera utama untuk memotret dalam keadaan low light. Kameranya memiliki smart apperture yang menyesuaikan bukaan diafragma antara f/1.5 dan f/2.4 sehingga bisa menangkap cahaya lebih banyak.

Kalau TN Komodo Ditutup, Pariwisata Indonesia Bisa Mati

Rencana penutupan Taman Nasional (TN) Komodo jadi kontroversi. Pengamat pariwisata menilai, itu bisa mematikan pariwisata Labuan Bajo juga Indonesia.

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat rencananya akan menutup Taman Nasional Komodo selama 1 tahun. Didasari oleh kondisi habitat komodo di Kabupaten Manggarai Barat, ujung barat Pulau Flores itu sudah semakin berkurang serta kondisi tubuh komodo yang kecil sebagai dampak dari berkurangnya rusa yang menjadi makanan utama komodo.

Namun hingga kini, baik dari pihak TN Komodo dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai aktivitas di TN Komodo masih berlangsung normal. Serta penutupan itu pun masih sebatas wacana.

Pengamat pariwisata, Tedjo Iskandar angkat suara. Seorang tour leader senior yang sudah berkecimpung selama 30 tahun di dunia pariwisata ini menegaskan tidak setuju dengan penutupan Taman Nasional Komodo.

"Kalau itu sampai ditutup, bukan cuma pariwisata Labuan Bajo yang mati, tapi pariwisata Indonesia bisa mati," katanya kepada detikTravel, Senin (21/1/2019).