Minggu, 02 Februari 2020

Libur Panjang di Cibubur, Asyiknya Main ke Trans Studio Mall

Trans Studio Mall telah hadir di Cibubur. Mal baru ini bisa jadi tujuan liburan long weekend traveler.

Trans Studio Mall Cibubur diresmikan oleh Chairul Tanjung, Chairman CT Corp, bersama dengan jajarannya tanggal 5 April 2019 lalu. Pilihan destinasi wisata long weekend di Cibubur pun semakin bertambah.

Dengan hadirnya Trans Studio Mall Cibubur, diharapkan masyarakat yang tinggal di pinggiran Jakarta, seperti di Cibubur dan sekitarnya bisa mendapatkan hiburan berkelas dunia tanpa harus jauh-jauh ke daerah lain.

Dari informasi yang dikumpulkan detikcom, Sabtu (20/4/2019), Trans Studio Mall Cibubur berada di atas lahan seluas kurang lebih 100 ribu meter persegi, di dalam komplek terpadu Transpark Cibubur.

Traveler pecinta belanja rasanya bakalan betah berlama-lama di sini. Beragam kebutuhan sehari-hari tersedia di Trans Studio Mall Cibubur. Ada 200 tenant brand nasional maupun internasional, mulai dari brand fashion seperti Furla, HnM, Aigner, Uniqlo, Frank and Co, hingga makanan dan minuman. Transmart dan Metro Departement Store juga hadir di mal ini.

Tak ketinggalan, mal dilengkapi Bioskop XXI buat traveler yang hobi nonton. Satu lagi yang menarik dari mal ini adalah taman rekreasi Trans Studio. Luasnya pun tak tanggung-tanggung, mencapai 3.500 meter persegi.

Taman rekreasi itu akan memiliki 18 wahana dengan teknologi mutakhir. Mau wahana yang santai atau yang ekstrem, semua ada. Namun buat seru-seruan di Trans Studio traveler harus bersabar. Taman rekreasi ini baru akan dibuka sekitar 2 bulan lagi.

Ke Festival Crossborder Nunukan Direkomendasikan Cicipi Luba Laya

Berbicara tentang kuliner nusantara tak akan ada habisnya. Selalu saja ada kuliner unik dan nikmat di setiap daerah. Salah satunya Luba Laya khas suku Dayak Lundayeh yang dapat dijumpai saat Festival Crossborder Nunukan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan kuliner menjadi cara paling cepat, paling efektif, dan paling halus untuk melakukan penetrasi pasar wisatawan. Contohnya wisatawan Malaysia dan Brunei yang rela menempuh perjalanan jauh ke Pontianak hanya untuk berwisata kuliner.

"Itulah keunggulan kuliner kita. Siapa pun pasti terpikat. Kelezatan kuliner Indonesia sudah mendunia. Nah yang masih penasaran akan kelezatan kuliner khas Kalimantan silahkan datang ke Festival Crossborder Nunukan. Nanti akan ada bazar kuliner juga disana," ungkap Menteri asal Banyuwangi dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/4/2019).

Tak hanya warga lokal, turis asing pun tak mau ketinggalan festival Crossborder Nunukan yang digelar 27-28 April nanti karena menyuguhkan kuliner yang nikmat.

"Soal kuliner Kalimantan itu sangat kaya. Referensinya banyak. Inilah salah satu tujuan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar Festival Crossborder. Kami ingin mengangkat juga kekayaan kuliner di Kalimantan sehingga makin dikenal wisatawan," ujar Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional II Adella Raung.

Luba Laya sendiri bentuknya sepintas seperti lontong, bukan sembarang lontong. Kuliner khas suku Dayak Nunukan ini memiliki rasa yang berbeda karena terbuat dari beras organik, Adan Krayan. Hal tersebut membuat rasanya lebih gurih dan sedikit rasa manis dibanding dengan lontong biasa.

Biasanya Luba Laya dibungkus menggunakan daun Itip, sejenis pohon pisang pisangan yang biasanya ditanam untuk taman. Hal itu untuk mendapatkan harum yang khas, namun bisa juga dibungkus dengan daun pisang tanpa mengurangi rasa dari kulinernya.

Kuliner tersebut paling enak disantap dengan telu atau biter. Bisa juga dinikmati dengan Dorma atau Soto.

Menurut Adella, nikmatnya berbagai kuliner Kalimantan seperti Luba Laya kini menjadi buruan wisatawan. Khususnya wisatawan asal Malaysia dan Brunei Darussalam yang rela berburu kuliner hingga ke Pontianak melewati Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Nunukan.

"Potensi ini tentu bisa dimaksimalkan. Pengembangan destinasi kuliner di Nunukan dapat menjadi opsi untuk mendorong pengembangan perekonomian masyarakat. Opsi-opsi ini yang kita dorong lewat Festival Crossborder yang rutin kita gelar di Nunukan," tambah Adella.

Terpisah Kabid Pemasaran Area III Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Sapto Haryono menuturkan, kuliner menjadi sarana efektif menjaring wisatawan negeri tetangga. Apalagi lidah wisatawan Malaysia dan Brunei Darussalam sangat familiar dengan rasa kuliner di Kalimantan yang pada dasarnya masyarakatnya masih sama-sama rumpun Melayu.

Phajaan: Tradisi Kejam Menyiksa Gajah

Kamu pernah naik gajah? Hewan ini biasa digunakan jadi atraksi di tempat wisata. Di balik itu, ada sebuah ritual kejam yang dilalui gajah.

Bertubuh besar, bertelinga lebar dan memiliki gading, inilah gajah. Dalam industri pariwisata, gajah diberi label sebagai makhluk besar yang lembut dan menyenangkan.

Betul, gajah memang makhluk berhati lembut yang pantang untuk disakiti. Gajah memiliki daya ingat yang begitu hebat, bahkan akan diturunkan ke anak-cucu mereka. Hal lembut lainnya bisa terlihat dari gestur mereka saat berjalan.

Tapi tahukan traveler kalau di balik kelembutan gajah di kebun binatang atau sirkus, ada perjalanan yang begitu kejam yang harus mereka hadapi. Di Thailand, ada sebuah ritual untuk menghancurkan jiwa gajah liar menjadi penurut. Namanya Phajaan, seperti yang kumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (17/4/2019).

Dalam bahasa Thailand, Phajaan memiliki arti 'to crush' atau menghancurkan. Prosesinya diawali dengan penculikan bayi gajah dari hutan. Para pemburu akan membawa lari bayi gajah dari induknya.

Setelah diculik, bayi tersebut akan mulai menjalani prosesi Phajaan. Prosesi ini berupa siksaan untuk menghancurkan jiwa liar gajah. Gajah akan dipukuli dengan berbagai alat dan dipaksa untuk menuruti perintah.

Kalau tidak nurut bagaimana? Tentu saja akan terus disiksa. Kaki yang dirantai, dicambuk sampai berdarah dan tidak diberi makan adalah siksaan yang harus dialami oleh gajah.

Setelah bisa mengikuti perintah manusia, gajah juga tak lepas dari siksaan. Contohnya, saat dinaiki wisatawan, kepala gajah akan di pukul-pukul oleh pawang. Ini seperti memberi tanda bahwa gajah harus menuruti semua perintah pawang.

Walaupun berbadan besar, banyak yang tidak tahu bahwa struktur tulang gajah tidak untuk ditunggangi. Seekor gajah dipaksa untuk membawa kursi kayu dengan 2-3 orang di badannya. Sungguh ironi.

Praktek Phajaan sepertinya tidak jauh beda dengan cara menjinakkan gajah dibelahan dunia mana pun. Walau bukan jadi hewan peliharaan, namun gajah dijinakkan untuk membantu pekerjaan manusia sejak jaman dahulu kala.

Padahal gajah seharusnya berada di alam liar. Mereka membantu menjaga ekositem hutan dan kesimbangan alam. Tapi kini, mereka ada di sirkus dan kebun binatang untuk melakukan pertunjukkan. Menggambar, naik ke kursi, melakukan akrobat dan menjadi tunggangan adalah atraksi-atraksi yang sering jumpai.

Kembali lagi kepada memori gajah yang kuat. Gajah akan merekam dengan jelas semua siksaan yang dilakukan terhadap mereka. Bahkan gajah akan terus mengingat wajah orang-orang yang menyiksa mereka saat proses penjinakan.

Saat ini sudah banyak pihak yang memberikan dukungan pada pembebasan gajah dari kebun binatang dan sirkus. Salah satunya adalah kebun binatang di Perth yang tidak lagi memelihara gajah.

India pun turut menyuarakan kepeduliannya dengan mendirikan rumah sakit gajah pertama dunia. Kalau menurutmu, bagaimana traveler?