Sabtu, 04 Januari 2020

4 Tempat Wisata di Jakarta yang Tidak Kena Rute Ganjil Genap Terbaru

Dalam waktu dekat pihak Pemprov DKI Jakarta akan menerapkan rute ganjil genap terbaru. Jangan khawatir, masih ada objek wisata di luar rute ganjil genap kok.

Melalui Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo dalam jumpa pers di Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/2019), pihaknya akan menerapkan 16 rute baru ganjil genap di Jakarta.

Rencananya, rute baru ini disosialisasi mulai 7 Agustus hingga 8 September 2019 dan akan berlaku mulai 9 September 2019. Traveler pun diimbau untuk memahami aturan baru tersebut demi kenyamanan bersama.

Di satu sisi, traveler yang ingin berwisata di Jakarta dengan kendaraan roda empat di hari biasa jadi terbatasi. Khususnya pada jam operasi ganjil genap. Tidak usah khawatir, masih ada kok objek wisata di Jakarta di luar rute ganjil genap.

Dihimpun detikcom, Rabu (7/8/2019), berikut beberapa objek wisata Jakarta yang tak dilalui rute ganjil genap:

1. Art:1 New Museum

Dahulu bernama Mon Decor Gallery, Art:1 New Museum merupakan salah satu destinasi yang bisa diakses tanpa perlu lewat rute ganjil genap. Lokasi persisnya ada di Jalan Rajawali Selatan Raya No 3, Jakarta Pusat.

Untuk mencapainya, traveler bisa mengaksesnya via Campaka Putih atau Sunter yang steril rute ganjil genap.

2. Taman Mini Indonesia Indah

Berlokasi di Jakarta Timur, Taman Mini Indonesia Indah menjadi salah satu objek wisata di Jakarta yang bebas dari rute ganjil genap. Kagumilah kayanya budaya Indonesia lewat anjungan daaerah dan sejumlah wahana wisata yang ada di sana.

3. Kebun Binatang Ragunan

Siapa yang tak kenal dengan Kebun Binatang Ragunan di Jakarta Selatan. Populer sebagai tempat wisata edukasi hingga jogging pagi, Kebun Binatang Ragunan juga bebas ganjil genap.

Cukup keluar dari exit Tol JORR menuju arah Kementerian Pertanian dan lurus sedikit, sampailah kamu di depan pintu masuknya.

4. Setu Babakan

Berlokasi tak jauh dari Kebun Binatang Ragunan, Setu Babakan di Srengseng Sawah juga bisa dikunjungi traveler naik mobil tanpa perlu pusing ganjil genap.

Traveler pun bisa belajar mengenal budaya Betawi hingga menjajal kuliner khasnya seperti kerak telur dan lainnya.

Untuk informasi Ganjil-genap berlaku pada Senin-Jumat, kecuali hari libur nasional, pada pukul 06.00-10.00 WIB dan 16.00-21.00 WIB.

Malaysia Juga Punya Gedung Peninggalan Belanda

Bangunan peninggalan Belanda tak hanya dapat ditemui di Indonesia saja, tapi juga di Malaysia. Berikut beberapa di antaranya.
Untuk pertama kalinya saya bepergian sendiri ke luar negeri. Sebagai pemula, saya memilih Malaysia sebagai destinasi pertama sebagai solo traveler, karena saya sudah cukup mengenal negara ini dan akses transportasi yang sangat mudah untuk pergi di dalam kota maupun luar pulau.

Destinasi pertama saya adalah Melaka, sebuah kota yang terkenal dengan bangunan zaman kolonialisme. Dari Bandara KLIA, saya langsung membeli tiket bus menuju Melaka yang memakan waktu 2 jam 30 menit.

Untuk mencapai tengah kota, tidaklah sulit. Kita bisa langsung pesan taksi online atau pun menggunakan bus. Karena sampai di terminal sudah malam, saya langsung memesan taksi online menuju penginapan.

Selama solo traveling, saya lebih memilih hostel atau guest house dari pada hotel. Kenapa? Selain harganya yang murah, saya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru.

Walau saya pergi sendirian, saya tidak akan merasa kesepian, karena hostel atau guesthouse umumnya selalu ramai. Apalagi di destinasi wisata seperti Malaysia.

Yang menarik di Melaka adalah bangunan dan kotanya. Kalian bisa melihat bangunan-bangunan tua peninggalan zaman penjajahan Belanda dan Portugis yang dikemas sebagai daya tarik wisatawan.

Malaysia, merupakan negara yang ramah turis, artinya sebagai turis saya merasakan kemudahan dalam hal transportasi. Kalian bisa menemukan bus gratis untuk ke dalam kota dan untuk bepergian ke luar kota, kita tinggal pergi ke terminal di mana semua bus seluruh tujuan terpusat.

Jumat, 03 Januari 2020

Sunrise Cantik di Gunung Bromo

Keindahan Bromo memang tiada habisnya. Menyaksikan sunrise di pagi hari dan mengabadikan momen dengan latar keindahan alamnya tidak akan membuatmu menyesal datang ke sana.

Bromo selalu memiliki daya tarik yang sangat memikat. Pemandangan yang disuguhkan selalu menakjubkan dari sisi manapun. Dahulu, keindahan pemandangan Bromo ini hanya bisa saya baca dari buku yang ada di perpustakaan sekolah. Tempat ini seolah mustahil untuk didatangi secara langsung karena letaknya yang lumayan jauh dari kota tempat saya tinggal.

Namun, semuanya itu bisa terbantahkan di bulan Maret 2019. Tahun ini saya akhirnya bisa menginjakkan kaki di tempat yang sejak dulu aku impikan. Perjalanan kami dimulai dari Kota Malang. Jam setengah 12 malam, kami sudah memulai perjalanan menuju titik kumpul jeep yang akan mengantarkan kami menuju Bromo.

Setelah semua peserta trip berkumpul dan persiapan sudah selesai, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Bromo. Untuk trip Bromo ini, kamu bisa membayar travel agent mulai dari harga Rp 270.000. Tergantung paket yang kamu ambil.

Jam 3 pagi, jeep yang membawa kami sudah sampai di parkiran dekat sunrise point. Suhu udara saat itu 15 derajat celcius, cukup dingin untuk orang yang biasa tinggal di daerah pantai seperti saya.

Pada sekitar sunrise poin berjejer beberapa pondok pedagang yang menjajakan gorengan dan makanan hangat, minuman hangat serta ada perapian yang bisa digunakan pengunjung untuk menghangatkan tubuh. Sambil menunggu matahari terbit, saya dan teman-teman mengahangatkan tubuh di dekat perapian. Beberapa penyewa jaket bolak-balik menjajakan jasa pinjaman jaket kepada para pengunjung.

Jam setengah 5 pagi, kami mulai menuju sunrise point untuk menyaksikan keindahan matahari terbit. Sebuah keindahan yang luar biasa, bersyukur sekali bisa menyaksikan matahari terbit di Bromo. Tidak perlu ditanya lagi, titik tempat menyaksikan matahari terbit ini sangat ramai oleh pengunjung.

Fotografer sekaligus tour guide mengajak kami ke Bukit Kingkong. Untuk mencapat tempat ini, kami perlu menanjak dengan jalur setapak. Sesampainya di puncak, hanya ada beberapa orang di sana.

Puas menyaksikan matahari terbit dari Bukit Kingkong, kami melanjutkan perjalanan Bromo ini ke Lembah Widodaren, Pasir Berbisik dan Padang Savana. Saat saya berkunjung ke Bromo Bulan Maret, Padang Savana di Bromo sedang hijau-hijaunya, sangat bagus sebagai latar berfoto. Namun, kekurangannya jika datang pada bulan ini adalah langit yang berawan, sehingga tidak bisa didapatkan foto dengan langit yang cerah.

Alhamdulillah, tahun ini keinginan besar saya untuk mengunjungi Bromo bisa terwujud. Semoga saja destinasi impian saya yang selanjutnya bisa segera terwujud, yaitu mengunjungi Dubai. Negeri yang digadang-gadang sebagai negeri terkaya di dunia ini sangat ingin saya kunjungi. Bagi saya, Dubai bagaikan negeri dongeng.

Kamu tentu tahu kalau negara ini tidak memiliki hutang dengan negara lain. Wah keren sekali, sangat penasaran untuk bisa mengunjungi dan melihat keindahan negara ini. Semoga saja keinginan saya untuk mengunjungi negara ini segera terwujud.