Selasa, 31 Desember 2019

Cegah Polusi di Jakarta, Ayo Naik 5 Transportasi Ini

Commuter Line yang dioperasikan KCI (Kereta Commuter Indonesia) kini melayani 79 stasiun di yang tersebar di Jabodetabek, Banten, dan Cikarang. Jangkauan rute KRL mencapai 418,5 km. Tercatat hingga 2019 ini, KCI memiliki 1.450 unit kereta dengan target penumpang mencapai 1,2 juta per hari. Ini tentunya juga memudahkan para calon penumpang, termasuk Traveler, untuk mencari stasiun terdekat dari lokasi keberadaan, tanpa menunggu terlalu lama untuk jarak tiap keretanya.

KCI menetapkan tarif yang bervariasi, tergantung pada jarak tempuh. Tarif yang diterapkan mulai dari Rp 3.000 hingga sekitar Rp 13.000. Masih terjangkau ya, Traveler. Itulah salah satu alasan mengapa pengguna KRL begitu banyak, termasuk pada akhir pekan. Ini disebabkan karena pada saat akhir pekan, biasanya banyak dari Traveler yang ingin berlibur bersama keluarga dan memanfaatkan KRL sebagai pilihan untuk mengantar sampai dekat titik tujuan.

Sama seperti Transjakarta, KRL juga menggunakan sistem e-ticketing. Jadi, persiapkan kartu uang elektronik Traveler sebelum masuk stasiun. Selain menggunakan kartu uang elektronik, Traveler juga dapat membeli tiket harian berjaminan (THB) atau kartu multitrip (KMT) di loket maupun vending machines yang tersedia di stasiun.

3. MRT

Ini dia salah satu transportasi massal terbaru yang ada di ibu kota. Hadirnya MRT atau Moda Raya Terpadu ini membuat Jakarta terlihat semakin maju. Bahkan di beberapa titik, Traveler dapat merasakan nuansa seperti tengah berada di luar negeri.

Untuk saat ini, baru ada 13 stasiun yang melayani rute Lebak Bulus-Bundaran HI. Jalur ini menempuh jarak sejauh 16 kilometer. 16 stasiun ini terbagi menjadi tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah. Stasiun layang meliputi Lebak Bulus yang digunakan sebagai lokasi depo, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan ASEAN. Sedangkan untuk stasiun bawah tanah di antaranya Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran HI. Jadwal kedatangan kereta setiap 5-10 menit sekali dengan jadwal operasi mulai dari 05.00-24.00.

Hingga saat ini, baru fase 1 yang beroperasi, pembangunannya sudah dimulai sejak 10 Oktober 2013, uji publik pada 12 Maret 2019 serta diresmikan pada 24 Maret 2019. Tarif MRT bervariasi tergantung jarak dan jumlah stasiun yang dilewati. Mulai 13 Mei 2019, penumpang dikenai tarif dari Rp 3.000-Rp 14.000 untuk sekali perjalanan.

Sama seperti dua transportasi sebelumnya, MRT juga memberlakukan e-ticketing. Jadi, ketika telah memiliki kartu uang elektronik, Traveler dapat menggunakan berbagai moda darat yang menggunakan sistem e-ticketing di ibu kota. Cukup satu kartu dapat digunakan untuk berbagai keperluan, asalkan Traveler tidak lupa untuk mengisi saldo yang cukup agar kartu dapat digunakan.

Adanya MRT mempersingkat waktu tempuh Lebak Bulus-Bundaran HI menjadi 30 menit. Tanpa harus bertemu dengan kemacetan Jakarta di jalan raya, Traveler dapat sampai ke tujuan dengan nyaman. Armada yang masih baru, kebersihan yang terjaga dan tidak berdesakan saat di kereta membuat MRT menjadi salah satu moda yang nyaman dengan segala kemudahannya. Sayangnya baru fase 1 yang beroperasi. Kita tunggu saja fase-fase selanjutnya yang kini tengah digarap, semoga bisa lebih mengurangi kemacetan di jalanan ibu kota.

Senin, 30 Desember 2019

Jalan-jalan di China Tanpa Guide & Wifi, Bisa Kok! (2)

Apakah orang-orang di China helpful? Menurut pengalaman saya, kebanyakan orang yang sering menghindar jika ditanya karena memang sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris, walaupun ada juga yang mencoba memberikan informasi atau arah dengan menggunakan bahasa tubuhnya. Saya sempat bertanya kepada seorang yang bisa berbahasa Inggris sedikit, beliau dengan sabar berusaha untuk menjawab dan membantu kami.

Setelah Beijing, tujuan kami adalah kota Xian, yang ternyata merupakan sebuah kota yang juga tak kalah modern. Tentu saja tujuan utama kami adalah Terracota warrior yang merupakan salah satu warisan dunia. Saya terkagum-kagum melihat ribuan patung yang ada di sini.

Repotnya tidak punya wifi, kalau kita terpisah jadi susah menghubungi masing-masing orang. Di sini saya sempat terpisah dengan orangtua saya. Tapi untunglah akhirnya kami bisa bertemu walaupun sempat memakan waktu.

Makanan juga menjadi salah satu masalah selama di China. Walaupun bisa menemukan makanan halal, tapi rasanya kurang sesuai dengan lidah kami. Di Xian, betapa senangnya ketika kami menemukan Muslim quarter sehingga bisa memlih berbagai makanan halal.

Sebagian besar bisa kami makan karena cita rasanya masih lumayan, meskipun tidak bisa dibandingkan dengan makanan Indonesia ya. Saya sempat mencoba semacam baso dan juga mie kuah. Rasanya, masih ok lah. Goreng-gorengan seafood dan sate kambing yang berukuran jumbo pun bisa kami makan. Disini juga terdapat toko oleh-oleh yang halal.

Saya suka kota Xian, karena udaranya yang lebih segar dan kotanya yang bertipe kota budaya. Berkeliling Xian City Wall dengan sepeda, melihat cantiknya Bell Tower dan Drum Tower terutama di malam hari, merupakan beberapa hal favorit saya di Xian.

Di  China, kami juga mencoba transportasi kereta untuk perjalanan antar kota. Dari Xian menuju Chengdu, kami memilih naik kereta malam yaitu sleeper train. Keretanya cukup nyaman, kami memilih kompartemen untuk 4 orang. Indikator kenyamanan buat saya, bisa tidur nyenyak dan bersih.

Kota terakhir, Chengdu saya pilih karena adanya pusat observasi panda di kota ini. Dan sangat bahagia kami bisa melihat panda-panda termasuk bayinya di tempat ini.

Tak saya sangka, Chengdu pun ternyata kota yang sangat metropolitan. Di kota ini pulalah kami menemukan restoran  China yang rasanya pas di lidah kami.

Perjalanan selama kurang dari seminggu di negeri ini memiliki 3 hal yang spesial bagi saya. Pertama, kami tidak membawa wifi dan tidak bepergian dengan tour sehingga selama perjalanan kami hanya mengandalkan peta dan bertanya dengan orang-orang di jalan meskipun kami tak bisa berbahasa Mandarin.

Kedua, bisa membuktikan bahwa tidak selalu yang dibicarakan oleh orang banyak adalah benar. Diantaranya masalah kebersihan di  China.

Ketiga, merupakan suatu kebahagiaan bisa membahagiakan orang tua untuk bisa sampai di tempat impiannya. Senang sekali ketika mama berkata: "Mama senang banget deh ke sini".

Berbekal pengalaman tersebut, saya ingin sekali berkunjung ke kota yang digadang-gadang sebagai kota masa depan, Dubai. Mengapa? Karena selain ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri yang namanya Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia saat ini, mal terbesar dan juga air mancur terbesar di dunia, menikmati gurunnya, saya juga ingin sekali melihat hal-hal menarik yang bisa diambil selain objek-objek wisata itu sendiri. Karena saya percaya, berwisata tidak hanya sekedar mengunjungi dan berfoto di tempat wisata tapi juga melihat lebih dalam dari tempat tersebut.