Minggu, 08 Desember 2019

Asgardia, Negara Pertama Luar Angkasa, Kini Punya Presiden

Lama tak terdengar kabarnya, kini Asgardia kembali muncul ke permukaan dengan melantik presiden yang akan memimpin proyek negara langit tersebut. Adalah Igor Ashurbeyli yang menjadi pemangku tanggung jawab sebagai kepala negara Asgardia, setelah melewati proses pelantikan di Wina, Austria.

"Kini, saya deklarasikan bahwa Asgardia, sebagai negara luar angkasa pertama bagi ras manusia, telah lahir secara resmi. Tidak peduli apa yang akan terjadi pada masa depan, momen bersejarah ini tidak akan pernah terlupakan," ujarnya saat dilantik.

Pelantikan itu dilaporkan menghabiskan uang sekitar USD 2 juta, atau hampir Rp 29 miliar, hanya untuk menyewa tempat di Hofburg, sebuah bekas gedung pemerintahan di Wina. Tidak disebutkan apakah Ashurbeyli sendiri yang mengeluarkan uang tersebut dari saku celananya atau Asgardia memiliki semacam APBN untuk itu.

Meski begitu, salah satu anggota parlemen Asgardia, Christian dari Austria, menyebutkan bahwa sang presiden memang banyak menggelontorkan uangnya untuk mendanai Asgardia. Pernyataan tersebut juga diamini oleh anggota parlemen yang lain, yaitu Jan asal Jerman.

Ashurbeyli merupakan ilmuwan dan pengusaha berdarah campuran Rusia dan Azerbaijan. Ia adalah orang yang pertama kali menginisiasi kemunculan Asgardia pada Oktober 2016 silam, sebagaimana detikINET kutip dari Daily Beast, Selasa (3/7/2018).

Dengan dilantiknya pria berusia 54 tahun tersebut menjadi presiden dari negara antariksa tersebut, maka ia akan memimpin warga yang sampai saat ini sudah melewati 200.000 orang dari lebih 200 negara di dunia. Para Asgardian, sebutan bagi masyarakat Asgardia, merupakan orang-orang yang mengisi formulir online dan menyetujui konstitusi di dalamnya.

Untuk menjalankan tugasnya, ia akan dibantu oleh 150 orang anggota parlemen yang dipimpin oleh Lembit Opik, politisi asal Britania Raya. Selain itu, sejumlah instrumen kenegaraan seperti konstitusi (yang sudah disetujui oleh 72,5% masyarakat Asgardia), lagu kebangsaan, dan 'wilayah' berupa satelit cubesat bernama Asgardia-1 juga sudah tersedia.

Patut diingat, Asgardia-1 yang mengorbit sejak November lalu diluncurkan oleh perusahaan asal Amerika Serikat, dengan misi tersebut didanai oleh NASA. Jadi, secara teknis, satelit tersebut masih berada di bawah yurisdiksi AS.

Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita

 Leonardo da Vinci pernah mengimpikan manusia akan bisa terbang seperti burung. Namun sampai wafatnya di tahun 1519, ia tidak sempat melihat impiannya menjadi kenyataan.

Impian Leonardo da Vinci terwujud di tahun 1919 dimana KLM menjadi salah satu perusahaan penerbangan komersial pertama yang menerbangkan manusia dari satu tempat ke tempat lain.

Jika Leonardo da Vinci yang memiliki cukup latar belakang seperti perkiraan, dasar ilmiah dan didukung oleh bakat menggambar tentang bagaimana kira-kira manusia bisa terbang pada saat itu membuka pendaftaran, dan Anda adalah salah satu yang mendaftarkan diri untuk menikmati penerbangan pertama, maka kira-kira butuh waktu sekitar 400 tahun untuk merealisasikan pendaftaran tersebut menjadi suatu kenyataan.

Dengan catatan pula, Anda masih harus membayar penerbangan tersebut dan Anda masih hidup saat penerbangan tersebut tersedia.

Hal yang mirip sedang terjadi hari ini di mana ada organisasi yang mengikrarkan untuk mendirikan negara baru di ruang angkasa dengan nama Asgardia yang didirikan oleh ilmuan Rusia Igor Ashurbeyli dan mulai membuka pendaftaran untuk penduduk baru.

Pendaftaran tidak dipungut biaya, dan kontan dalam waktu singkat mendapatkan minat dari ratusan ribu peminat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Negara Pertama Luar Angkasa Asgardia Minta Bantuan Elon Musk

 Asgardia, sebuah organisasi non pemerintahan, ingin menjadi negara pertama yang didirikan di luar angkasa. Namun untuk itu, tentu saja mereka perlu bantuan orang lain.

Lembit Opik, selaku Chairman Asgardia, dalam sebuah wawancara yang dikutip dari Business Insider, menyebutkan bahwa pihaknya saat ini sedang berupaya meminta bantuan kepada Elon Musk dan Jeff Bezos, dua miliuner yang dikenal dengan perusahaan teknologi luar angkasa SpaceX dan Blue Origin.

"Tujuan didirikannya Asgardia adalah mengangkut ribuan orang ke stasiun luar angkasa yang sangat besar di 2043, di luar yurisdiksi Bumi, untuk membangun masyarakat demokratis yang baru," ujar Opik.

Karenanya, proyek ambisius ini ingin mengajak Elon Musk dan Jeff Bezos untuk membantu calon Asgardian, sebutan untuk warga Asgardia, pindah dari Bumi ke luar angkasa.

"Kandidat paling jelas tentu saja SpaceX dan Blue Origin. Mereka yang terbaik dalam teknologi peluncuran ke luar angkasa. Roket mereka ibarat taksi yang akan mengangkut kami ke tempat yang kami tuju," sebut Opik.

Apakah mimpi negara Asgardia ini akan menjadi kenyataan? Meski Asgardia saat ini baru tercatat sebagai organisasi non profit di Wina, Austria, Opik melihat adanya peluang bisnis.

Hal ini sudah dimulai kecil-kecilan dengan toko online yang menjual berbagai souvenir Asgardia. Opik bersikeras bahwa ini hanya permulaan. Dia berupaya meyakinkan publik akan ada lebih banyak kesempatan untuk ekonomi kapitalis yang berfungsi sepenuhnya.

"Pertama, akan ada bisnis yang beroperasi di dalam Asgardia sendiri. Dan kami sudah punya daftar kandidat untuk itu, mengenai siapa yang akan menyediakan layanan dan logistik untuk kami. Misalnya saja dari benda kecil seperti pulpen yang dirancang untuk digunakan di luar angkasa, hingga asuransi khusus untuk penghuni antariksa, bisa apa saja," ujarnya.

Opik tampaknya optimistis meskipun mendapatkan banyak tentangan. Dia mengatakan proyek ini sudah merenggut lebih dari separuh kehidupannya. Setelah Asgardia berhasil berdiri nantinya, dia menegaskan bahwa Asgardia akan mengambil sikap netral pada semua masalah Bumi.

"Kami tidak akan ikut campur dalam masalah-masalah di Bumi. Dan kami berharap mereka juga tidak akan ikut campur dalam masalah kami. Kami menginginkan apa yang diinginkan oleh negara berdaulat, sebuah pengauan," tuntutnya.

Apakah Elon Musk dan Jeff Bezos akan bersedia membantu pendirian negara Asgardia? Sejauh ini, keduanya tidak bersedia memberikan komentar terkait pernyataan Opik.

Asgardia, Negara Luar Angkasa Mulai Tancapkan 'Fondasi' Wilayah

Masih ingat dengan Asgardia? Konsep negara melayang di luar angkasa yang menyita perhatian penduduk Bumi itu kembali eksis. 'Serpihan' awal Asgardia telah diluncurkan ke antariksa.

"Sekarang kerajaan antariksa Asgardia telah mendirikan wilayah kedaulatannya di luar angkasa," ujar Asgardia dalam pernyataannya dikutip detikINET Cnet, Senin (13/11/2017).

Serpihan dari Asgardia yang dimaksud dinamakan Asgardia-1 yang dibawa roket Orbital ATK Antares, yang diluncurkan dari fasilitas peluncuran Wallops Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) di Virginia, Amerika Serikat.

Asgardia-1 sendiri merupakan satelit mini yang ukurannya sebesar karton susu. Meski demikian, pihak Asgardia menilai bahwa itu sebuah tanda penasbihan keberadaan negara di antariksa telah dimulai.

"#ICYMI #AsgardiaLaunch telah sukses hari ini! Asgardia sekarang merupakan negara pertama yang menguasai seluruh wilayahnya di luar angkasa!," cuit akun Twitter @AsgardiaSpace sesaat peluncuran.

Cnet melaporkan setidaknya lebih dari 300 ribu orang tertarik untuk menjadi Asgardian, penduduk Asgardia. Angka tersebut tercatat selama setahun terakhir. Mereka mendaftarkan diri secara online.

Bahkan, calon Asgardian tersebut banyak juga yang berasal Indonesia. Jumlahnya cukup besar, hingga menempatkan Indonesia di empat besar dalam urusan paling banyak negara yang mendaftar jadi Asgardian.

Sejauh ini, Asgardia masih menjadi kontrversi. Konsep kenegarannya tidak akui oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebab, definisi negara yang diusung Asgardia mustahil untuk membawa manusia secara fisik ada di luar angkasa dalam jangka panjang.