Selasa, 03 Desember 2019

Waspadai Deep Vein Thrombosis, Lakukan Peregangan Berkala Saat Mudik

Mudik identik dengan macet yang terjadi akibat padatnya kendaraan di sejumlah jalur trans Jawa. Dikutip dari detikcom, kemacetan sepanjang 37 kilometer sempat terjadi di Tol Cikampek pada Rabu (29/5/2019) malam.

Bagi pemudik kemacetan kadang tak mungkin dihindari meski telah melalui jalur alternatif. Akibatnya pemudik terpaksa duduk dalam waktu lama karena tak punya pilihan lain. Bila bukan karena macet, pemudik harus duduk saat menunggu transportasi yang mengantarnya ke kampung halaman.

Salah satu risiko yang dihadapi saat duduk terlalu lama adalah Deep Vein Thrombosis (DVT), yakni penggumpalan darah pada pembuluh darah di area kaki. Sering terjadi pada penerbangan jarak jauh yang menempuh waktu lebih dari 4 jam, karena harus duduk terus sepanjang perjalanan.

Risiko yang sama juga dihadapi pada orang-orang yang terlalu lama duduk di depan televisi. Para ahli menyarankan untuk sesekali beranjak dari tempat duduk ketika harus duduk dalam waktu yang lama, termasuk saat melakukan perjalanan mudik.

Bagi yang sedang menempuh perjalanan jauh untuk mudik, disarankan untuk beristirahat dan melakukan peregangan tiap 4 jam di rest area di sepanjang jalur mudik. Selain untuk meminimalkan dampak buruk pada pembuluh darah, juga untuk meredakan pegal-pegal dan nyeri otot.

Terjebak Macet Arus Balik, Trombosis Vena Dalam Mengintai

Terjebak macet selama berjam-jam di mobil saat arus balik bisa menyebabkan bahaya. Salah satunya adalah risiko mengalami trombosis vena dalam atau deep vein trombosis.

Situs Mayo Clinic menyebut trombosis vena dalam mengintai orang-orang yang melakukan perjalanan jauh lewat pesawat atau mobil, dan duduk lebih dari 4 jam. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya penggumpalan darah di pembuluh vena kaki.

"Gejala awalnya adalah kesemutan pada kaki saat menempuh perjalanan jauh, karena adanya perlambatan aliran darah, yang kemudian memicu pembekuan darah," kata dr Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM, FINASIM dari RSCM, beberapa waktu lalu.

Ketika terjadi penggumpalan darah, gejala yang muncul antara lain rasa nyeri di kaki, kaki bengkak, yang disertai perubahan warna kulit kaki menjadi kemerahan. Kulit juga akan terasa lebih hangat karena tersumbatnya pembuluh darah.

Penggunaan pakaian ketat dan jarang beraktivitas fisik juga menjadi faktor risiko terjadinya trombosis.  http://kamumovie28.com/exorcist-house-of-evil/

Untuk mencegahnya, gunakan pakaian yang longgar saat dalam perjalanan. Usahakan lakukan peregangan minimal setiap 2 jam agar pembuluh darah tak tersumbat.

"Sama saja seperti orang yang terjebak kemacetan. Kalau sudah lebih dari dua jam, saya sering sarankan lakukan peregangan. Kalau memungkinkan, menepi dulu, keluar dan lakukan peregangan. Tidak hanya penumpangnya saja, supirnya juga perlu melakukan peregangan," ungkapnya.

Kurang Gerak Jadi Salah Satu Faktor Terjadinya Pembekuan Darah

Berbagai faktor bisa menyebabkan terjadinya pembekuan darah. Salah satunya kurang melakukan aktivitas fisik alias malas bergerak.

dr Cosphiadi Irawan, Sp.PD-KHOM, mengungkapkan ada beberapa faktor risiko trombosis atau pembekuan darah yang harus diwaspadai. Kurangnya aktivitas fisik adalah salah satu faktor risiko terjadinya trombosis vena dalam.

"Berbaring selama lebih dari tiga hari juga dapat memicu terjadinya penyumbatan pada aliran darah. Kemudian, duduk tanpa mengubah posisi dalam jangka waktu yang lama juga dapat menimbulkan penyumbatan darah di vena dalam," tutur dr Cosphiadi di Media Diskusi 'Waspada Darah Beku' yang berlangsung di Doubletree Hotel, Cikini, Jakarta Pusat, seperti ditulis Rabu (21/10/15).

Duduk selama 90 menit, lanjut dr Chospiadi secara statis, entah saat perjalanan pesawat atau hanya duduk di belakang meja kantor dapat memicu munculnya penyumbatan vena dalam. Selain kurangnya aktivitas fisik, kehamilan juga dapat menjadi salah satu faktor risiko trombosis vena dalam.

Hal ini dikarenakan pada saat hamil, uterus terus membesar dan akhirnya menekan pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah jadi melambat. Kemudian, berat badan yang berlebihan atau obesitas yang dipicu karena kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga, disebutkan dr Cosphiadi, juga merupakan faktor risiko trombosis.

"Penelitian membuktikan bahwa jika kita melakukan olahraga secara teratur sekitar 3-4 kali dalam seminggu dapat menurunkan risiko trombosis sebesar 44%," jelas dr Cosphiadi.

Penting juga bagi Anda untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga besar apakah ada yang pernah mengalami pembekuan darah. Sebab, faktor genetik pun menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya penyumbatan pembuluh darah.

Prof Dr dr Karmel L. Tambunan SpPd, K-HOM, dalam kesempatan yang sama juga menjelaskan bahwa kebiasaan merokok, usia lanjut, operasi besar atau trauma, kondisi medis khusus seperti kanker dan risiko lain seperti trombofilia yang didapat misalnya  Antiphospholipid Syndrome (APS) juga dapat menjadi penyebab terjadinya trombosis.  http://kamumovie28.com/48-hours-to-live/

Semakin Merah Hasil Kerokan Bukan Berarti Makin Bagus, Ini Alasannya

Kerokan menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Kebanyakan orang menganggap bahwa kerokan bisa membuat sembuh 'masuk angin'. Semakin merah, semakin enak.

Dihubungi melalu saluran telepon, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr Isman Firdaus, SpJP, MD menjelaskan merah yang dihasilkan dari kerokan itu karena adanya pembuluh darah yang rusak.

"Kalau orang sehat, kerokan itu akan merangsang injury di kulit, pembuluh darah akan melebar di tempat yang dikerok atau dikerik itu. Itu yang buat jadi merah," ujarnya kepada detikHealth, Kamis (5/10/2017).

Terlebih lagi jika dikerok terlalu keras tidak hanya membuat pembuluh darah melebar, namun bisa membuat kerusakan serta memecahkan pembuluh darah mikro.

"Dengan adanya kerusakan itu, akan menurunkan antibodi, menimbulkan inflamasi atau peradangan di kulit," imbuh dokter yang praktik di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

dr Isman menegaskan bahwa belum ada bukti ilmiah yang valid untuk menunjukkan kerokan dapat menyembuhkan suatu penyakit tertentu. Ia pun menganjurkan untuk tidak terlalu sering melakukan kerokan.

"Kalau daya tahan tubuhnya menurun, ya kerokan enggak bagus," pungkasnya.

Hati-hati, Menyetir Terlalu Lama Pakai Mobil Matic Bisa Bahayakan Nyawa  http://kamumovie28.com/death-race-2050/

Menyetir menggunakan mobil matic mungkin terlihat lebih santai. Namun di balik itu ternyata justru menyimpan bahaya kesehatan apabila dilakukan terlalu lama.

Dilaporkan Times of India, hal ini dialami oleh Saurabh Sharma dari Delhi, India. Pria berusia 30 tahun ini nyaris meninggal setelah kaki kirinya tak bisa bergerak setelah menyetir mobil matic pulang-pergi dari Delhi ke Rishikesh yang membutuhkan waktu 10 jam.

Hal ini menyebabkan pembuluh darah di kaki kirinya tersumbat atau ia mengalami kondisi yang disebut deep vein thrombosis (DVT). Sumbatan tersebut akhirnya menuju ke paru-paru melalui aliran darah sehingga menyebabkan embolisme paru, atau sumbatan di salah satu arteri paru karena gumpalan darah sehingga mengurangi aliran darah ke organ-organ vital, termasuk jantung dan otaknya.

Sharma dilaporkan mengalami kesulitan bernapas lalu tak sadarkan diri dan pingsan. Ia menjalani pemeriksaan medis di rumah sakit dan menunjukkan bahwa tekanan darah dan denyut jantungnya cukup rendah sampai tak bisa terekam dan diduga mengalami serangan jantung atau cardiac arrest.

CPR atau pertolongan pertama dilakukan tanpa henti selama 45 menit pada Sharma. Mesin EKG menunjukkan bahwa bilik kanan Sharma melebar, meski ia tak punya riwayat penyakit jantung.

"Oleh karena itu kami mengeksplor lebih jauh untuk menemukan penyebab dari kondisi fatalnya ini dan ternyata terungkap bahwa ada DVT di kaki kirinya yang akhirnya menyebabkan embolisme paru," tutur Dr Naveen Bhamri, kepala departemen kardiologi yang menangani Sharma.

Ia juga menyatakan bahwa memberikan beberapa obat dalam dosis normal untuk meningkatkan tekanan darahnya. Akhirnya setelah 24 jam, Sharma kembali sadarkan diri dan tekanan darahnya menjadi stabil.

Sayangnya akibat tekanan darah yang rendah dalam waktu yang lama, ginjalnya tak berfungsi dengan baik. Maka ia harus menjalani terapi lanjutan pengganti ginjal. Menurut Dr Yogesh Kumar Chhabra, nefrolog dari rumah sakit yang sama, merupakan keajaiban Sharma bisa selamat dan menjadi pesan bagi orang-orang yang biasa menyetir dalam waktu lama, setidaknya untuk mengambil istirahat sesekali.  http://kamumovie28.com/killer-li-mo/