Dalam debat Calon Wakil Presiden, Sandiaga Uno menghadirkan program Sedekah Putih untuk mengatasi stunting. Putih mengindikasikan susu yang merupakan salah satu sumber protein terbaik.
"Sedekah Putih bersifat partisipatif dan kolaboratif dengan dunia usaha. Mereka bisa membantu kecukupan gizi tak hanya susu, tapi juga kacang hijau atau tablet penambah gizi," kata Sandi pada Minggu (17/3/2019).
Program ini mendapat sanggahan dari Calon Wakil Presiden lain Ma'ruf Amin. Menurutnya Sedekah Putih berisiko mengacaukan pengertian terkait pentingnya Air Susu Ibu (ASI).
Ma'ruf mengatakan, ASI adalah sumber nutrisi paling penting yang tidak bisa digantikan asupan lain. ASI harus diberikan minimal selama 6 bulan, atau berlanjut hingga 2 tahun.
"ASI wajib diberikan pada anak apalagi yang disebut kolostrum. ASI yang keluar pertama saat anak lahir sangat penting bagi pemenuhan gizi," kata Ma'ruf.
Menurut Ma'ruf, susu tidak cukup mengatasi stunting. Masalah tubuh pendek dan sangat pendek juga harus diiringi perilaku hidup sehat dan edukasi pra pernikahan. Edukasi memungkinkan calon ibu menyiapkan diri lebih baik. https://bit.ly/2XA2bgY
Kritik Program Sandi Terlambat, Ma'ruf Cegah Stunting Sejak Sebelum Nikah
Sandiaga Uno mengatakan program sedekah putih untuk menurunkan stunting bagi ibu-ibu yang tidak penuh menyusui karena sejumlah faktor seperti usia. Ma'ruf Amin mengatakan pihaknya akan menyiapkan soal gizi itu sejak masih hamil bahkan sebelum menikah.
Ma'ruf awalnya memaparkan bahwa pemerintah Jokowi-JK telah berhasil menurunkan stunting dari 37 menjadi 30 persen. Ma'ruf menuturkan perlu upaya lebih intensif lagi.
"Perlu upaya lebih intensif, (karena) stunting ini bukan hanya soal kesehatan tapi sosial, sanitasi, gizi," ujar Ma'ruf di panggung debat cawapres di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019).
Karena itu, pihaknya akan memberikan bantuan sosial agar ibu-ibu tercukupi gizinya. Tak hanya itu, para pasangan yang akan menikah juga akan diberi bimbingan dan pemahaman soal gizi.
"Selain beri ASI, juga beri sembako pada ibu hamil melalui bansos agar mereka mampu beli kepentingan-kepentingan untuk beri air susu, gizi ke anaknya. Bukan sejak hamil, tapi sejak belum nikah melalui bimbingan, edukasi, sejak di KUA, kami yakin ke depan itu kita akan bisa menurunkan (stunting) sampai 10 persen," ujarnya.
Sandiaga sebelumnya menceritakan tentang istrinya, Nur Asia, ketika menyusui anak bungsunya, Sulaiman. Sandiaga menceritakan istrinya berhenti memberikan ASI di bulan keenam karena tidak keluar lagi.
"Ini ada Nu Asia, istri saya, beliau melahirkan di usia 42 tahun, si bungsu, Sulaiman. Kami seperti ajaran daripada guru-guru maupun orangtua memberikan air susu ibu, tapi mendadak tidak keluar lagi, mungkin karena faktor usia," kata Sandiaga.
"Nah banyak sekali anak-anak seperti Sulaiman, yang mengalami kasus serupa, di situlah kami ingin mengajak para kontributor, para yang biasa menyediakan susu, mengumpulkan uang agar gizi ibu dan gizi anak dan masa stunting itu bisa selesai," imbuh Sandiaga. https://bit.ly/37rZN0j