Kamis, 21 November 2019

ASI Tak Keluar? Tak Usah Khawatir, Ini Saran Pakar Laktasi

Air Susu Ibu (ASI) yang nggak keluar kerap menjadi masalah para ibu seusai melahirkan. Rasa panik yang muncul berisiko mengakibatkan ibu terjebak dalam penggunaan susu formula. Padahal, manfaat ASI jelas lebih besar daripada susu formula

Dalam situasi tersebut, Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar ICBLC menyarankan ibu tak perlu khawatir. Ibu sebaiknya lekas mencari konselor ASI yang menurut Nia kini makin mudah ditemui di seluruh Indonesia.

"Segera cari pertolongan dan jangan menunda sebelum produksi ASI turun. Siklusnya tahu, mau, dan mampu hingga akhirnya bisa menyusui. Sekadar tahu belum menjamin ibu bisa menyusui, tapi pengetahuan menimbulkan kemauan memberikan ASI. Kemauan inilah yang akhirnya membantu ibu mampu menyusui, dengan dukungan keluarga dan konselor jika kesulitan," kata Nia pada detikHealth, Senin (18/3/2019).

Hal lain yang tak boleh dilupakan adalah persiapan diri sebelum melahirkan anak. Ibu harus memastikan layanan dan tenaga kesehatan tempatnya kontrol serta melahirkan pro ASI. Tenaga kesehatan juga cukup kompeten membantu ibu yang kesulitan menyusui. Tanpa dukungan yang tepat sering kali ASI tak bisa keluar

Nia menceritakan pengalaman pribadi saat membantu seorang ibu yang ASInya tidak keluar setelah 2 hari melahirkan. Masalah hanya terjadi saat si anak menyusu di payudara kiri. Ibu tersebut tidak mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan tempatnya melahirkan. Setelah berkonsultasi dengan Nia, si ibu melepas bedong sehingga si anak bisa menyusu dengan baik.

Pengalaman pribadi juga mengajarkan Nia pentingnya persiapan sebelum melahirkan. Nia sempat mengalami kesulitan saat melahirkan anak pertamanya pada 2005. Nia saat itu menganggap menyusui adalah proses yang natural dari ibu terhadap anak. Namun ternyata menyusui harus diupayakan sehingga ASI bisa keluar seusai kebutuhan anak.

"Pilihlah rumah sakit yang pro anak dan ibu dirawat gabung dan mendukung Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Kesulitan menyusui bisa diatasi dengan dukungan semua pihak," kata Nia. https://bit.ly/37rZ8vR

ASI Berhenti di Bulan Ke-6 Seperti Nur Asia, Pengaruh Usia?

 ASI sempat menjadi salah satu topik dalam debat calon wakil presiden (Cawapres) 2019 untuk menangani stunting. Sandiaga Uno sempat menceritakan soal istrinya Nur Asia, atau yang biasa disapa Mpok Nur, yang berhenti menyusui setelah enam bulan melahirkan di usia 42 tahun.

"Di sini ada istri saya melahirkan anak terakhir, Sulaiman, di usia 42 tahun. Berhenti ASI, 6 bulan, nggak tahu kenapa, mungkin masalah usia. Kalau nggak lanjut protein bagaimana?" kata Sandi.

Apakah usia ibu bisa mempengaruhi jumlah produksi ASI? Dikutip dari New Mommy Media, konsultan laktasi Jan Barger menegaskan bahwa kualitas ASI tidak berubah seiring waktu.

"Terlepas dari usia Anda, status sosial-ekonomi, lama menyusui, asal negara, atau parameter lainnya yang ingin dipertimbangkan, ASI tetap berkualitas tinggi dan penuh dengan nutrisi dan antibodi," ungkapnya.

Penelitian juga telah dilakukan untuk meninjau efek dari usia maternal lanjut atas kandung lemak pada ASI menunjukkan bahwa lemak kolostrum pada ibu yang berusia lebih tua lebih tinggi ketimbang yang berusia muda.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan target bahwa bayi harus diberikan makanan pendamping yang penuh nutrisi dan disusui hingga usia dua tahun atau setelahnya. Maka dari itu, untuk mencegah stunting, Sandi menginginkan anak TK dan SD mendapatkan susu dan kacang hijau sebagai penambah gizi, terutama jika anak-anak tidak mendapatkan ASI selama 2 tahun. https://bit.ly/2pyHYM2

Wanita Ini Idap Kondisi Langka, Kedalaman Miss V Cuma 2 Cm

Seorang wanita mengalami kekerasan yang dilakukan suaminya, setelah diketahui punya saluran vagina pendek. Dikutip dari Mirror, wanita tersebut menikah setelah dijodohkan dengan suaminya di Pakistan.

Dalam laporan BMJ Case Reports, wanita yang tidak disebutkan identitasnya baru mengetahui kondisinya usai pernikahan. Wanita tersebut merasa sakit luar biasa saat penetrasi seks yang tidak berhasil.

Suaminya yang marah kemudian meninggalkan istrinya yang kesakitan fisik dan mental. Suaminya bahkan menyuruh wanita tersebut pulang ke rumah orang tuanya untuk pengobatan.

Wanita tersebut ternyata tidak menstruasi dan merasa sakit di perut bagian bawah. Dia sempat memberi tahu ibunya namun dianggap gangguan sementara, sehingga perjodohan dilanjutkan.

Setelah konsultasi dengan dokter, panjang saluran vagina wanita tersebut ternyata hanya 2 sentimeter. Dia mengalami transverse vaginal septum, yaitu kondisi vagina atas dan bawah yang terbagi. Sekilas vagina wanita tersebut tampak normal untuk usia 20 tahunan, meski ternyata sangat pendek.

Dokter kemudian melakukan operasi untuk menyambungkan vagina bagian atas dan bawah. Operasi dilakukan dengan membuang lapisan yang membatasi vagina dan menyambungkannya. Penyambungan menggunakan silikon yang dibungkus lapisan serupa kondom mengikuti bentuk saluran vagina. Setelah 3 minggu, sambungan tersebut dibuang setelah diketahui saluran vaginanya sudah tersambung.

Setelah 7 bulan, wanita tersebut memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia dan bisa punya anak. Dia bersyukur sempat dioperasi, setelah sebelumnya mengalami kekerasan dari keluarganya sendiri, lingkungan, dan dianggap bukan wanita jadi-jadian. https://bit.ly/2s55K3h

Waduh, Kondisi Langka Bikin Miss V Wanita Ini Bisa Hasilkan ASI

Seorang wanita bisa mengalami perubahan tubuh usai melahirkan. Namun bagi satu wanita asal Austria, perubahan tubuhnya bisa dibilang cukup unik karena ia dilaporkan dalam jurnal Obstetrics & Gynecology mulai memproduksi air susu di organ intim.

Spesialis kandungan dr Richard Mayer dari Kepler University Hospital menyebut bahwa pasien wanita berusia 29 tahun tersebut awalnya datang dengan keluhan nyeri di vulva, bagian luar dari vagina, usai melahirkan. Pemeriksaan melihat ada banyak pembengkakan di area jahitan.

Dokter sempat mengira kalau cairan putih yang keluar dari pembengkakan di vulva pasien adalah nanah. Tapi pindaian ultrasound ternyata menemukan hal lebih langka, ada jaringan yang mirip seperti jaringan penghasil susu di payudara.

Dikutip dari Live Science pada Rabu (12/6/2019), sang wanita didiagnosis dengan kondisi jaringan payudara ektopik (EBT). Menurut dr Richard ini adalah kasus langka karena biasanya EBT ditemukan di area ketiak atau areola.

Diperkirakan sekitar 1-5 persen wanita lahir dengan EBT. Menurut artikel di American Journal of Roentgenology EBT bisa diangkat lewat operasi bila menyebabkan ketidaknyamanan untuk pasien.

Pada kasus sang wanita dalam laporan, pembengkakan terjadi karena jahitan di vulva menyumbat aliran susu. Dokter mencabut jahitan tersebut dan keluhan nyeri sang wanita berangsur mereda.

Setelah dua minggu produksi air susu di vulva sang wanita perlahan berkurang dan ia bisa menyusui dengan normal. https://bit.ly/35n8d7o