Rabu, 20 November 2019

Cegah Radikalisme, Ribuan Pelajar di Jabar Ikuti Milenial Camp

Ribuan pelajar SMA sederajat di Jawa Barat akan mengikuti pembinaan karakter dalam kegiatan 'Milenial Camp 2019'. Kegiatan ini menekankan tentang bahaya paham radikalisme di kalangan generasi muda.

Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari mulai 18-20 November 2019 di Bumi Perkemahan Cibodas, Kabupaten Cianjur. Tema yang diusung dalam kegiatan ini yakni 'Pelajar Damai Pelajar Juara'.

Kabid Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Disdik Jabar Nanang Nurwasid mengatakan, peserta dalam kegiatan ini mencapai 1.080 pelajar SMA, SMK, SLB, dan MA. Kegiatan ini menekankan bahaya radikalisme dan cara mencegahnya.

Diharapkan pengetahuan yang mereka dapatkan selama tiga hari tersebut bisa menjadi bekal ke depannya agar mereka tidak terpapar paham radikalisme dan terorisme.

"Dalam Milenial Camp nanti, peserta 50 persen perempuan dan 50 laki-laki itu adalah pengurus OSIS dan Rohis di 27 kabupaten/kota. Kami berharap deklarasi ini menjadi renungan dan pengetahuan bagi para siswa tentang toleransi dan jauh dari radikalisme," kata Nanang, Senin (18/11/2019).

Ia menuturkan, dalam kegiatan ini diharapkan pelajar menjadi agen menangkal berita hoaks di media sosial. Termasuk di dalamnya narasi-narasi tentang paham radikalisme.

"Yang terpenting juga dengan kegiatan ini kita ingin mencetak pelajar sebagai promotor perdamaian di dunia maya," ucapnya.

Menurutnya dalam kegiatan tersebut akan diisi pengetahuan dan pembinaan dari Gubernur Jabar, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kadisdik Jabar, Kapolda Jabar, Pangdam III/Siliwangi dan lainnya. https://bit.ly/2rWRUzL

"Materi dalam Milenial Camp ini adalah motivational speech yang langsung disampaikan Pak Gubernur. Kemudian, ada stadium general, workshop dan inagurasi tentang anti radikalisme, serta deklarasi 'Pelajar Damai Pelajar Juara," ucap dia.

Dia menambahkan dalam Milenial Camp juga akan ditampilkan kreasi seni dari siswa anak berkebutuhan khusus. "Tidak hanya itu, kita juga mengapresiasi para guru dan siswa anak berkebutuhan khusus yang berprestasi, baik level Bandung, provinsi maupun nasional," ujar Nanang.

PKB Siap Jaring Calon Terbaik untuk Maju di Pilkada 2020

Menjelang pelaksanaan Pilkada Serentak 2020, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB membentuk gugus tugas Pilkada. Gugus tugas tersebut akan menjaring sosok-sosok potensial untuk maju bertarung dalam pesta demokrasi yang digelar di 270 daerah di Indonesia.

"Kami siap memunculkan pemimpin terbaik dalam Pilkada 2020, sehingga nantinya masyarakat mendapatkan para kepala daerah terbaik di wilayah masing-masing," kata Juru Bicara DPP PKB Syaiful Huda, dalam rilis, Rabu (20/11/2019).

Dia mengungkapkan, gugus tugas atau Desk Pilkada yang dibentuk akan melakukan penjaringan, pemilihan dan pemenangan para calon atau pasangan calon yang diusung PKB dalam Pilkada Serentak 2020. DPP PKB akan bergerak bersama DPW, DPC hingga pengurus ranting di seluruh Indonesia dalam menjaring calon pemimpin terbaik yang akan diusung nantinya.

"Selain itu, kami juga akan melakukan konsultasi politik dengan jajaran pengurus NU dari pusat hingga cabang untuk mendapat masukan siapa yang layak kami usung sebagai calon maupun pasangan calon," ucapnya.

Huda melanjutkan, Desk Pilkada PKB ini beranggotakan tujuh orang mulai dari satu ketua, satu sekretaris dan lima orang anggota. Untuk ketua dan sekretaris pihaknya telah menunjuk Faisol Reza dan Anggia Erma Rini. https://bit.ly/2QBHwYO

Menag Ungkap Unsur Radikalisme: Intoleran-Suka Mengkafirkan Orang Lain

Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengungkap unsur radikalisme. Menurutnya, ada empat unsur, mulai sikap intoleran hingga suka mengkafirkan orang lain.

"Jadi ada empat unsur radikalisme, yaitu, pertama, intoleran dengan orang lain yang berbeda, mengingkari fakta sosiologis kebinekaan. Kedua, adanya konsep takfiri, yang mengkafir-kafirkan atau menyalahkan pihak lain di luar kelompoknya. Ketiga, memaksakan kehendak dengan berbagai dalil, termasuk dalil agama yang disalahtafsirkan, dan keempat, cara-cara kekeraaan, baik verbalistik maupun fisik," ungkap Menag Fachrul Razi di Mabes AD Dinas Pembinaan Mental, Jalan Kesatrian VI, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (20/11/2019).

Dia menyampaikan kesepemahamannya dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengenai definisi radikalisme. Dia mengatakan radikalisme diartikan sebuah pandangan yang mendambakan perubahan secara total dan revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis melalui aksi-aksi teror dan kekerasan.

Dia kemudian mengungkapkan kriteria-kriteria seseorang atau organisasi dapat dikatakan radikal. Dia menyampaikan terdapat tiga hal yang dapat menjadi kriteria hal tersebut.

"Pertama, mereka merasa paling benar dan intoleran, tidak bisa menerima orang lain yang berbeda identitas dan pendapat. Padahal Allah SWT menegaskan bahwa ciptaannya dibuat dalam kondisi keberagamaan. Mohon maaf, kalau dalam agama Islam, dalam Alquran Surah Al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman: Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal," katanya.

Fachrul mengatakan keberagaman atau kebinekaan dan pandangan adalah suatu keniscayaan. Fachrul menyebut kebenaran yang hakiki hanya berada di tangan Tuhan.

"Kedua, mereka memaksakan kehendaknya dengan berbagai cara, menghalalkan cara apa pun, bahkan memanipulasi agama untuk mencapai keinginan duniawinya. Mereka yang radikal ini tak segan-segan menjustifikasi perilaku kriminalnya, melukai, atau membunuh orang misalnya dengan penafsiran sekehendaknya dengan ayat suci," ucap Fachrul. https://bit.ly/2OGI1hF

Menurutnya, hadirnya agama menjadikan manusia akan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan menjaga kehidupan yang aman dan damai, dan bukan sebaliknya. Kemudian Fachrul menyampaikan kriteria seseorang atau organisasi disebut radikal jika melakukan kekerasan verbal atau fisik untuk mencapai tujuannya.

"Ketiga, mereka yang radikal juga menggunakan cara-cara kekerasan, baik verbal maupun tindakan, dalam mewujudkan apa yang diinginkannya. Mereka tak segan melakukan ujaran kebencian atau menyampaikan berita bohong. Sebagian dari mereka juga melakukan tindakan-tindakan kekerasan fisik, mempersekusi kelompok lain, atau meledakkan diri di kerumunan orang banyak," tuturnya.

Kepala BNPT soal Terpapar Radikalisme: Jangankan BUMN, Semua Instansi Ada

Kementerian BUMN ramai dibicarakan karena ada isu terpapar radikalisme. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengatakan bukan hanya BUMN, radikalisme juga sudah masuk ke hampir seluruh instansi.

"Sekarang gini, jangankan BUMN, semuanya ada kok, polisi aja ada kok polwan, saya ngomong sama Polri. Tapi tebal-tipis, sedikit-banyaknya kan masih beda-beda. Tapi sudah di mana saja. Artinya, tugas kitalah sekarang mereduksi itu," ujar Suhardi di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (18/11/2019).

Suhardi tidak merinci pasti sejauh mana data yang dimiliki BNPT terkait paparan radikalisme di Kementerian BUMN. Namun, kata Suhardi, pihaknya pernah melakukan upaya pencegahan.

"Saya sudah memberikan ceramah permintaan Menteri BUMN yang lama 184 CEO-nya saya berikan masalah resonansi kebangsaan dan juga bahaya-bahaya dan pencegahannya," katanya.

"Jadi ada treatment-treatment khusus ketika kita melihat ada anggota kita yang mungkin dalam tanda petik agak lain. Artinya, yang sekarang kita kerjakan bagaimana yang sudah ada dan bagaimana untuk rekrutmen ke depannya," imbuh Suhardi. https://bit.ly/332e1Sp