Rabu, 20 November 2019

Kata Djarot Ahok Mau Jadi Dirjen Bea Cukai, Sri Mulyani: Oh Gitu Ya

Hari ini Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok bebas. Ahok bebas setelah cukup lama mendekam di Mako Brimob.

Salah satu sahabat sekaligus bekas rekan kerja di DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat mengatakan bahwa Ahok mempunyai keinginan menjadi Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan jika masih diberi kesempatan mengabdi kepada negara. Menurut Djarot, Ahok ingin memberantas mafia-mafia yang ada di pelabuhan.

Lantas apa respons Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati setelah mendengar kabar tersebut?

"Oh gitu ya," singkat Sri Mulyani usai bertemu Wapres Jusuf Kalla (JK) di Kantor Wapres, Jakarta Pusat, Kamis (24/1/2019).

Tidak ada kata-kata lagi yang diungkapkan oleh Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini setelah mengucapkan hal tersebut.

Wanita yang akrab disapa Ani ini selebihnya hanya menanggapinya dengan senyum sambil berjalan ke arah mobil dinas dengan pelat nomor RI 26.

Sebelumnya, Djarot Saiful Hidayat mengatakan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok mempunyai keinginan menjadi Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan jika masih diberi kesempatan mengabdi kepada negara. Menurut Djarot, Ahok ingin memberantas mafia-mafia yang ada di pelabuhan.

"Dia bilang gini, 'Kalaupun seumpama saya masih dibutuhkan oleh negara dan itu bermanfaat, kasih saja sebagai Dirjen Bea Cukai untuk memberantas mafia-mafia di pelabuhan dan itu bisa menggerakkan segera mungkin. Nggak usah muluk-muluk, meskipun secara finansial saya rugi sebab saya menjadi orang bebas, lebih enak.' Lebih banyak duit itu. Dia akan BTP Show, 'Dapat duit benar nggak?' Dia bilang begitu," kata Djarot saat berkunjung ke redaksi detikcom, Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, Rabu (23/1/2019). https://bit.ly/2qxOymq

Ahok Bikin Jalur Layang TransJakarta Pertama di Jakarta

Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok meninggalkan sejumlah 'warisan' saat memimpin DKI Jakarta. Di bidang infrastruktur, selain Simpang Susun Semanggi yang ikonik, Ahok juga telah membangun jalur layang pertama yang dikhususkan untuk TransJakarta atau busway layang.

Dalam catatan detikFinance, busway layang pertama ini menghubungkan Ciledug-Blok M-Tendean. Pembangunan jalur layang tersebut dimulai pada 10 Maret 2015.

Peresmian dilakukan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu Djarot Saiful Hidayat. Peresmian pembangunan dilakukan di Velbak, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan di mana pembangunan ditargetkan memakan waktu 2 tahun.

"Ini khusus untuk TransJakarta tidak akan ada mobil pribadi yang boleh masuk jalur," ujar Djarot saat peresmian.

Pembangunan jalan layang sepanjang 9,3 kilometer (km) ini menghabiskan dana Rp 2,5 triliun. Sebanyak delapan kontraktor memenangkan lelang mengerjakan titik-titik yang berbeda.

Kontraktor itu, di antaranya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang mengerjakan paket Tendean sepanjang 1.105 meter, paket Santa oleh PT Yasa Patria Perkasa sepanjang 1.059 meter, dan paket Trunojoyo oleh PT Anugerah Kridapradana dengan panjang jalan 1.206 meter.

Djarot meminta agar kontraktor bekerja cepat. Dia juga berharap, pembangunan bisa rampung lebih cepat.

"Targetnya, Desember 2016 kalau bisa lebih baik agar masyarakat bisa menikmati. Saya juga meminta semua pihak memantau pembangunan ini," kata Djarot.

Ahok sendiri memperkirakan jalan layang tersebut rampung di tahun 2017. Dia mengatakan, solusi mengatasi kemacetan bukan hanya penambahan jalan namun juga penambahan transportasi umum.

"Tahun 2017 bisa dipakai, untuk busway saja," kata Ahok di Balaikota Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (17/3/2015).

Adanya jalan layang ini diharapkan dapat memberi kepastian waktu tempuh penumpang. Kepala Seksi Pembangunan Jalan Tak Sebidang Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Imam Adi Nugraha, mengatakan dari hasil simulasi yang dilakukan, bus TransJakarta membutuhkan waktu sekitar 25 menit untuk menyusuri jalan layang tersebut.

"Simulasi kita lancar dari ujung Ciledug sampai ke ujung Tendean. Dari ujung ke ujung sejauh 9,4 kilometer itu menghabiskan waktu hanya 25 menit," kata Imam kepada detikFinance Maret 2017. https://bit.ly/2XwLseH

Suhu Politik Lagi Tinggi, bakal Ganggu Ekonomi?

Tensi politik yang makin tinggi jelang pilpres April nanti dikhawatirkan mengganggu ekonomi Indonesia. Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, politik dalam sejarah Indonesia tidak pernah memberikan gangguan besar terhadap perekonomian.

Investasi di Indonesia justru sangat rentan dengan gejolak ekonomi global.

"Kalau kita lihat IHSG dalam sejarahnya yang jatuh cukup dalam tidak pernah karena politik. Pada 1998 itu karena krisis global, 2008 IHSG anjlok karena krisis yang disebabkan subprime mortgage," ujarnya dalam acara Investment Outlook Kemilau Harga Emas di Tahun Babi, di Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat (25/1/2019).

Justru menurut pria yang akrab disapa Toto itu kondisi ekonomi yang mempengaruhi politik. Dalam sejarah politik di Indonesia, pimpinan negara beberapa kali lengser karena kondisi ekonomi.

Dia mencontohkan lengsernya presiden pertama Soekarno pada 1967 lebih banyak dipicu kondisi ekonomi. Saat itu pemerintah orde lama tak mampu menjinakkan laju inflasi yang terbang hingga 600% lebih di 1966. https://bit.ly/2QDEtz5

"Kemudian apa yang membuat Soeharto lengser? Apakah karena demo mahasiswa? Demo mahasiswa sudah terjadi sejak 1977, apakah karena ribut politik? tidak mungkin, politik Soeharto sangat kuat. Soeharto lengser karena inflasi yang sangat tinggi, nilai tukar anjlok. Jadi kenyataannya ekonomi menjadi dasar perubahan politik," tambahnya.

Oleh karena itu dia mengimbau agar para investor tak perlu mengkhawatirkan pesta politik yang terjadi tahun ini. "Cukup nikmati saja dari televisi cebong vs kampret ini, tenang saja," tuturnya.

Sementara dalam acaranya yang sama, Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Paulus Lumintang meyakini di tengah hiruk pikuk yang terjadi di tahun ini, komoditi emas akan bersinar.

Sebab selain tahun politik, ketidakpastian ekonomi global tahun ini masih berlanjut. Dengan kondisi tersebut para investor akan cenderung menempatkan uangnya di emas yang dianggap sebagai instrumen investasi paling aman.

Sri Mulyani Genjot Konsumsi dan Investasi Dongrak Ekonomi 2019

Perekonomian nasional tahun 2019 masih dihantui ketidakpastian global yang berasal dari kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang AS-China, dan yang baru lagi adalah pelemahan perekonomian dunia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku akan menjaga tingkat konsumsi rumah tangga agar ekonomi Indonesia tetap terjaga dan tidak terdampak dalam dari ketidakpastian global.

"Kan presiden memang fokusnya seperti itu, karena antisipasi dari dengan pertumbuhan ekonomi dunia melemah itu kan berarti eksternal force atau sumber pertumbuhan yang berasal dari eksternalnya diperkirakan akan melemah, ekspor impor dalam hal ini," kata Sri Mulyani di Kantor Wapres, Jakarta Pusat, Kamis (24/1/2019).

"Jadi kita harus konsentrasi terhadap domestic demand kita, domestic demand kita terdiri dari konsumsi, investasi dan pemerintah," tambahnya.

Strategi untuk menjaga konsumsi rumah tangga tetap terjaga, Sri Mulyani mengaku akan menjaga daya belinya melalui stabilitas harga komoditas pangan inti.

"Makanya jumlah stok pangan itu menjadi sangat penting dalam situasi di mana sering terjadi ketidakpastian musim seperti bencana tanah longsor, banjir. Stok itu harus ada di berbagai tempat supaya tetap jaga stabilitas," ujar dia.

Selanjutnya, pemerintah juga akan terus menjaga iklim investasi tanah air melalui beberapa program kemudahan berusaha. Salah satunya penerapan online single submission (OSS) yang mempermudah arus modal masuk Indonesia.

"Meskipun demikian kita tidak berarti melupakan ekspor, justru ekspor penting," ungkap Wanita yang akrab disapa Ani  https://bit.ly/2O6FP3X