Rabu, 29 April 2020

Belasan Jet Tempur Mengudara di New York, Semuanya Demi Tenaga Medis

Sedikitnya 12 jet tempur milik militer Amerika Serikat (AS) mengudara di atas New York City untuk memberikan penghormatan terhadap para tenaga medis, petugas cepat tanggap dan para pekerja esensial lainnya di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Jet-jet tempur itu melakukan formasi seremonial.
Seperti dilansir AFP, Selasa (29/4/2020), belasan jet tempur Thunderbirds dari Angkatan Udara AS dan Blue Angels dari Angkatan Laut AS itu melesat mengudara di langit biru New York City pada Selasa (28/4) sore waktu setempat. Jet-jet tempur itu membentuk formasi 'salut kolaboratif' di udara.

Puluhan warga berkumpul di pelabuhan New York City untuk menyaksikan atraksi itu. Namun aksi para warga yang berkumpul ini tampaknya menjadi pelanggaran terhadap panduan social distancing.

Sebanyak 12 jet tempur AS itu terbang mengelilingi New York dan Newark di New Jersey selama 40 menit, kemudian mengudara ke Trenton sebelum melanjutkan penerbangan ke Philadelphia.

"Kami sungguh terhormat untuk mendapatkan kesempatan memberikan penghormatan kepada mereka yang bekerja di garda depan menghadapi COVID-19, kami kagum dengan kekuatan dan ketahanan Anda," tutur Komandan Blue Angels, Brian Kesselring.

Aksi penghormatan ini direncanakan selama lebih dari sebulan dan menjadi aksi pertama dari beberapa aksi yang direncanakan akan digelar beberapa pekan ke depan.

"Pertunjukan rasa terima kasih dan patriotisme yang luar biasa dari para pilot terbaik di Bumi. Terima kasih," ucap Presiden dan CEO Rumah Sakit Universitas Newark, Shereef Elnahal, dalam pernyataan via Twitter.

Sejumlah pengguna media sosial mengungkapkan via Twitter bahwa biaya untuk aksi tersebut lebih baik digunakan untuk penyediaan alat pelindung diri (APD) bagi para dokter dan perawat. Sejauh ini, lebih dari 17 ribu orang meninggal akibat virus Corona di negara bagian New York.

China Yakin Telah Berhasil Atasi Corona, Gelar Sidang Parlemen Mei Nanti

Parlemen China akan menggelar sidang tahunan pada 22 Mei mendatang, yang sempat tertunda akibat wabah virus Corona (COVID-19). Sidang tahunan yang biasanya dihadiri Presiden Xi Jinping ini akan digelar di tengah keyakinan China bahwa pengendalian dan pencegahan virus Corona di negara itu semakin membaik.
Seperti dilansir AFP, Rabu (29/4/2020), kepemimpinan Partai Komunis China mengumumkan pada Februari lalu bahwa sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) ditunda untuk pertama kali dalam beberapa dekade terakhir, karena negara itu sedang fokus memerangi wabah virus Corona yang kini mengglobal. Selama ini, sidang NPC selalu digelar setiap tahun sejak tahun 1978.

Laporan terbaru kantor berita resmi Xinhua News Agency mengumumkan bahwa sidang tahunan itu dijadwalkan ulang untuk digelar pada 22 Mei mendatang. Hal ini dipandang sebagai pertanda keyakinan kepemimpinan China bahwa negara itu telah mampu mengendalikan wabah virus Corona.

Jajaran pemimpin Partai Komunis China, termasuk Presiden Xi Jinping, selalu menghadiri NPC setiap tahunnya. Berbagai delegasi dari seluruh wilayah China juga hadir dalam sidang tahunan untuk membahas rancangan undang-undang, rencana anggaran dan perombakan pejabat yang telah diputuskan oleh Partai Komunis.

"Di bawah kepemimpinan yang kuat dari Komisi Pusat Partai Komunis China (CPC) dengan Kamerad Xi Jinping sebagai intinya, dan melalui kerja keras dari negara dan seluruh rakyat, situasi pencegahan dan pengendalian wabah COVID-19 di China semakin membaik dan perekonomian dan kehidupan sosial yang normal secara bertahap mulai kembali," sebut Standing Committee NPC -- lembaga yang mengawasi sidang parlemen tahunan -- dalam pernyataannya.

"Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, kondisi untuk menggelar sidang tahunan NPC pada waktu yang tepat telah siap," imbuh pernyataan itu.

China Tak Senang India Batalkan Pesanan Alat Rapid Test Corona

 Kedutaan China di India kecewa usai India membatalkan pesanan rapid test kit Corona. India batal mengimpor alat tes Corona dari China karena barangnya dinilai cacat.
Seperti yang dilansir The Star, Rabu (29/4/2020) Kedutaan China di India mengatakan pada Selasa (28/4) bahwa India "tidak adil dan tidak bertanggung jawab" karena "memberi label" test kit Corona buatan China sebagai barang "cacat."

Pada hari Senin (27/4), India membatalkan pesanan untuk pengadaan alat tes antibodi cepat (rapid test) dari dua perusahaan China karena masalah kualitas dan kontroversi harganya.

Juru Bicara Kedutaan Besar China, Ji Rong mengatakan langkah India itu tidak bertanggung jawab. China merasa ini tidak adil.

"Kualitas produk medis yang diekspor dari China diprioritaskan. Tidak adil dan tidak bertanggung jawab bagi individu tertentu untuk menyebut produk China sebagai 'cacat' dan melihat masalah dengan prasangka awal," kata Ji Rong.

Pesanan itu dibatalkan setelah Pengadilan New Delhi mengungkapkan bahwa India telah diminta membayar lebih dari dua kali lipat dari biaya untuk mengimpornya. Pemerintah India menyatakan belum melakukan pembayaran apa pun dan belum kehilangan uang.

Namun, Ji Rong mengatakan bahwa kedua perusahaan telah "menekankan" bahwa alat tes tersebut telah memenuhi standar kualitas di China. Barang itu juga telah "divalidasi dan disetujui" oleh otoritas India.

Eksportir China diharuskan menunjukkan bahwa penjualan mereka disetujui pasar tujuan mereka. Hal ini berdasarkan peraturan yang diberlakukan pada 30 Maret lalu, setelah keluhan dari beberapa negara tentang barang-barang China yang rusak dan di bawah standar.

Pada 10 April, China mengatakan akan memeriksa setiap pengiriman untuk memastikan pasokan medis memenuhi standar kualitas.

Sementara itu, Pemerintah ibu kota India, New Delhi pada hari Selasa (28/4) memulai mengizinkan lagi kegiatan beberapa jasa, seperti tukang listrik, tukang ledeng, dan mekanik perbaikan pemurni air.

Lockdown 40 hari di India dijadwalkan berakhir pada 3 Mei 2020. Selain itu, pemerintah daerah juga mengizinkan perpindahan semua personel medis dan veteriner, ilmuwan, perawat, staf medis, teknisi laboratorium, bidan, dan layanan dukungan rumah sakit lainnya termasuk ambulans.

New Delhi adalah salah satu wilayah India yang paling terpukul akibat pandemi Corona. New Delhi memiliki 54 kematian akibat COVID-19, dengan total 3.108 kasus positif.

Kementerian kesehatan India pada Selasa (28/4) pagi melaporkan 48 kematian baru COVID-19, dan 1.055 kasus baru sejak Senin (27/4) malam di seluruh negeri. Hal ini membuat jumlah total kematian di India mencapai 934 dan total kasus positif menjadi 29.435 kasus.

Belasan Jet Tempur Mengudara di New York, Semuanya Demi Tenaga Medis

Sedikitnya 12 jet tempur milik militer Amerika Serikat (AS) mengudara di atas New York City untuk memberikan penghormatan terhadap para tenaga medis, petugas cepat tanggap dan para pekerja esensial lainnya di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Jet-jet tempur itu melakukan formasi seremonial.
Seperti dilansir AFP, Selasa (29/4/2020), belasan jet tempur Thunderbirds dari Angkatan Udara AS dan Blue Angels dari Angkatan Laut AS itu melesat mengudara di langit biru New York City pada Selasa (28/4) sore waktu setempat. Jet-jet tempur itu membentuk formasi 'salut kolaboratif' di udara.

Puluhan warga berkumpul di pelabuhan New York City untuk menyaksikan atraksi itu. Namun aksi para warga yang berkumpul ini tampaknya menjadi pelanggaran terhadap panduan social distancing.

Sebanyak 12 jet tempur AS itu terbang mengelilingi New York dan Newark di New Jersey selama 40 menit, kemudian mengudara ke Trenton sebelum melanjutkan penerbangan ke Philadelphia.

"Kami sungguh terhormat untuk mendapatkan kesempatan memberikan penghormatan kepada mereka yang bekerja di garda depan menghadapi COVID-19, kami kagum dengan kekuatan dan ketahanan Anda," tutur Komandan Blue Angels, Brian Kesselring.

Aksi penghormatan ini direncanakan selama lebih dari sebulan dan menjadi aksi pertama dari beberapa aksi yang direncanakan akan digelar beberapa pekan ke depan.

"Pertunjukan rasa terima kasih dan patriotisme yang luar biasa dari para pilot terbaik di Bumi. Terima kasih," ucap Presiden dan CEO Rumah Sakit Universitas Newark, Shereef Elnahal, dalam pernyataan via Twitter.

Sejumlah pengguna media sosial mengungkapkan via Twitter bahwa biaya untuk aksi tersebut lebih baik digunakan untuk penyediaan alat pelindung diri (APD) bagi para dokter dan perawat. Sejauh ini, lebih dari 17 ribu orang meninggal akibat virus Corona di negara bagian New York.